22

17.7K 505 97
                                    

Dan pada akhirnya karet yang sudah direntangkan itu justru membawa Lila kembali lagi kepelukan Dava.

"Aku berangkat dulu ya kamu hati hati kalau mau ke Butik" pamit Dava setelah sarapan.Lila mengangguk pelan tanda mengerti.

Sehari setelah Dava tau tentang kehamilan Lila,Akhirnya ia meminta untuk pulang ke rumah mereka,benar benar rumah berdua tanpa ada Amel di sekelilingnya.Setelah perdebatan alot antara Lila dan Dava kemarin akhirnya Lila mengalah,lalu dengan bantuan Dika mereka memindahkan barang Lila yang ada di rumah sewaan itu,ditambah Sri yang sengaja Lila minta untuk ikut dengannya,disamping ia sudah klop dengan wanita paruh baya itu juga karena Lila tau kemana lagi Sri akan pergi setelah ini. 'Hitung hitung nemenin Bi Ju yang udah tua' kata Lila saat membujuk Dava kemarin.

"Kasih tau Bi Ju apa Bi Sri kalo butuh sesuatu nggak usah naik turun tangga ya,jangan capek capek" sejak tadi bangun tidur sampai mau berangkat ia selalu berbicara tentang hal yang sama membuat Lila sudah hafal ucapannya.

Melihat Lila yang sedikit malas Dava merengkuhnya "Aku cuma pengen Anak kita sehat,kejadian yang lalu nggak bakal keulang lagi,please turutin ya?" Akhirnya Lila mengangguk pasrah,ia tau bagaimana Dava menginginkan Anak yang sudah lama ia nantikan setelah keguguran dikehamilan pertamanya.Makanya ia sangat menjaga bahkan 100x lebih posesif dari biasanya.

"Udah sana berangkat,nanti telat" kata Lila.Dava mengangguk,ia merengkuh tubuh Lila kemudian ia kecup dahi nya pelan.

"Aku berangkat ya,kamu hati hati" Lila mengangguk tanpa membalas ucapan Dava,kenapa? Karena kalau sudah begitu Dava akan semakin menjadi dan itu pasti memakan waktu,cukup ia angguki saja.

Setelah mengantar Dava sampai teras,Lila masuk ke kamar nya,kamar Dava dan Lila.Lila menghela nafas pelan menatap lurus keluar balkon kamar mereka,ia mengelus perut nya yang masih rata.

"Kamu liat sendiri kan Dek,gimana Papa,Sebenernya Mama juga belum sepenuhnya percaya sama Papa,tapi kamu malah nyuruh Mama nemuin kamu sama Papa,Mama bisa apa sayang" gumam Lila masih mengelus lembut perutnya.

"Tau nggak,sebenernya Mama nggak mau pulang kerumah ini,rumah yang udah banyak banget kenangannya,bahkan tentang Kakak kamu sayang,makanya Mama berat buat balik lagi,semua buat kamu sayang"

"Jadi cuma buat dedek aja,kamu masih nyesel balik ke aku? Pulang ke rumah kita?" ucapan seseorang dibelakang Lila membuatnya sedikit terkejut,apalagi dekapan hangat dari belakang melingkupi tubuhnya.Ya,Dava,Dava yang memeluknya sekarang,membenamkan kepalanya di bahunya.

"Aku masih belum dimaafin?" Lila hanya diam.

"Sayang" panggil Dava.

Lila berbalik tapi tangan Dava masih melingkari pinggangnya,dirangkumnya wajah milik suaminya itu,ia kecup dahi nya,kemudian dibenamkannya dipelukan hangat milik Lila.

"Kalo aku belum maafin kamu,aku nggak mungkin disini,tapi please,aku bukan malaikat Dav,aku nggak sebaik itu,kamu ngertiin aku ya,kesalahan rumah tangga kita,kesalahan kita itu berat aku nggak bisa langsung lupa,jadi tolong bantu aku buat lupain itu semua,kamu tau? Jauh dilubuk hati,aku udah maafin kamu,tapi buat lupa sama kerjadian kemarin,masalah rumah tangga kita,aku belum bisa lupain itu Dav" penjelasan panjang Lila membuat Dava meneteskan air mata,dipelukan hangatnya ditambah elusan di punggung pelan pelan membuat Dava tenang.

"Kok nangis sih,cengeng banget,baper ya?" kata Lila ketika mencoba menatap Dava.

"Maafin aku ya sayang,jangan tinggalin aku lagi"

"Insya alllah"

"Kok gitu sih" protes Dava.

Lila menghapus sisa air mata suaminya "Udah ya,aku udah mulai lupain semua,jangan nangis,nanti Dedek ilfil,Papanya cengeng" Dava tersenyum.

MY POSESIF HUSBAND *season_2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang