[1] Syndrome

421 25 24
                                    

~Woollim Middle School kelas IX~

    Musim panas tahun ini tampaknya lebih panas dari tahun lalu. Lihat saja gadis manis bernama Soyoon itu tampak kepanasan berdiri di bawah pohon maple. Rupanya Soyoon bukan kepanasan karena musim panas tapi karena seseorang di hadapannya. Jarak wajah Soyoon dengan wajah namja tampan itu hanya sekitar lima cm, itu lebih dekat dari kata berhadapan. Soyoon kikuk. Matanya membulat memandangi mata sayu milik namja gila itu. Entah kenapa mata sayu itu malah membuat Soyoon tak bisa berkutik. Mata sayu yang menatap tajam, baru kali ini Soyoon menemukan mata unik seperti itu.

    Soyoon mengepalkan tangannya, sedikit meremas rok pendek seragamnya. Soyoon benar-benar tak bisa berkutik. Ingin rasanya gadis itu mundur selangkah, namun sepertinya otak dan hati tak terkoordinasi dengan baik. Anehnya, Soyoon malah memejamkan mata. Pasrah jika sesuatu yang lembut datang ke bibir tipisnya.

    Setelah beberapa detik Soyoon memejamkan mata, tak ada sesuatu yang terjadi sampai Soyoon membuka matanya lebar-lebar.  

    “Soyoon-ah, kenapa kau memejamkan matamu? Aku hanya ingin mengambil bulu mata yang terjatuh di sudut matamu.” kata namja itu dengan polosnya.

    “Mwoya?” Soyoon buru-buru mengucek kedua matanya dengan tangan. Dalam hati merasa bodoh sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

    “Yak, jangan mengucek matamu seperti itu,” cegah namja itu sambil memegang kedua tangan Soyoon.

    Lagi, mata mereka kini saling berpandangan. Soyoon tak akan tertipu untuk kedua kali, dia berusaha mengalihkan pandangan ke arah lain, ke manapun asal tidak memandang mata sayu yang sialnya indah itu.

    “Wae? Kenapa kau memalingkan pandanganmu?” tanya namja itu serius.

    “Anniya.”

    “Ya sudah, aku pergi dulu, ada janji dengan Nancy.”

    Namja itu melangkah pergi meninggalkan Soyoon sendiri. Ada rasa sedih di hati Soyoon saat memandang punggung namja itu. Perasaannya semakin tak bisa dipendam. Soyoon sangat menyukai teman sekelasnya itu, namun sayang, Nancy sudah lebih dulu menyandang predikat pacarnya.

    “Joochan-ah, neo arra? Nan neo johaae.” gumamnya lalu tersenyum pahit.  

    Beberapa bulan kemudian, Joochan memutuskan untuk pindah sekolah ke Hanlim Middle School karena lebih dekat dengan tempat tinggalnya yang sekarang. Hal itu terjadi karena ayah Joochan yang di mutasi hingga diperlukan juga pindah rumah.

    Mengenai percintaan Joochan, dia sudah putus dengan Nancy tapi Soyoon tetap dengan hatinya sendiri. Sampai akhir pun Soyoon tetap menjaga rahasia akan perasaannya.

***

   

    Waktu begitu cepat berlalu, Soyoon sudah lulus dari Woollim Middle School dan sekarang Soyoon melanjutkan sekolah di Golden High School, salah satu sekolah favorit di Seoul. Hari pertama Soyoon masuk sekolah tampaknya berjalan dengan baik. Soyoon berlari-lari kecil di lapangan rumput sambil menggendong tas sekolahnya. Lapangan Golden High School atau bisa disebut GHS sangat luas. Gedungnya juga menarik, tak hanya itu, sekolah ini mempunyai fasilitas seni yang sangat memadai.

    Setelah puas berkeliling halaman sekolah, Soyoon berniat masuk ke area dalam sekolah. Soyoon mencari di mana letak kelasnya. Pandangannya menyusuri setiap papan bertuliskan ruang kelas.

    Saking fokusnya Soyoon mencari hingga tanpa sengaja Soyoon menabrak seseorang hingga hampir terjatuh. Beruntung orang yang dia tabrak sigap memegang tangannya, kalau tidak, tak terbayang malunya Soyoon jatuh di depan umum.

    Soyoon masih dalam posisi tanggung, berdiri tidak, jatuh pun juga tidak. Tanpa diduga, namja yang memegang tangan Soyoon itu malah melepaskan genggamannya, alhasil Soyoon terjatuh dengan pantat yang mendarat lebih dulu.

    “AAWW,” Soyoon meringis kesakitan, “ Yak! Kenapa kau melepaskan tanganmu?” kesal Soyoon pada namja di depannya.

    Namja itu berjongkok menyamai posisi Soyoon. Dia mengulurkan tangannya untuk Soyoon, “Maafkan aku, kau baik-baik saja?” tanya namja itu sambil tersenyum manis pada Soyoon.

    Soyoon hanya mengedipkan mata saat melihat wajah namja tampan di hadapannya itu. Uluran tangan namja itu pun Soyoon abaikan.

    Mwoya? Apa sekolah ini memang diisi dengan namja-namja tampan? Aku merasa melihat bulan di depanku, silau sekali.

    “Hey, kau tidak apa-apa?” namja itu melambaikan tangannya berharap si gadis sadar dari lamunannya.

    “Ah, iya. Aku baik-baik saja,” balas Soyoon. Keduanya berdiri bersamaan.

    “Kau sepertinya murid baru juga, perkenalkan aku Bong Jaehyun,” lagi, namja itu mengulurkan tanganya.

    Kali ini Soyoon tak akan menyia-nyiakan tangan namja itu untuk bersalaman. “Ne, aku Yoon Soyoon, senang bertemu denganmu.”

    “Kau di kelas apa?” tanya Jaehyun.

    “Kelas IPA-1.”

    “Wah, kita sekelas.”

    “Jinjja?” Soyoon tampak senang mendengar kalau dia sekelas dengan Jaehyun. Tampaknya Jaehyun orang yang baik dan ramah. Tanpa sadar Soyoon sudah suka pada Jaehyun saat pandangan pertama.

    Soyoon mempunyai semacam syndrome aneh, yaitu syndrome ‘mudah jatuh cinta’ entah ada atau tidaknya syndrome tersebut di dunia, yang jelas Soyoon merasakannya. Setidaknya itu sebutan untuk dirinya sendiri yang mudah sekali menyukai namja tampan. Syndrome itu muncul setelah kepindahan Joochan ke Hanlim Middle School. Mungkin karena hati Soyoon merasa kosong dan hampa, jadi hatinya mudah berlabuh pada siapa saja terutama namja tampan seumurannya.  

    Soyoon dan Jaehyun pergi ke arah yang berbeda, Soyoon mencari kelasnya sementara Jaehyun ke toilet. Soyoon senang sekali bisa sekolah di GHS, gedungnya besar, halamannya luas dan sejuk, fasilitas lengkap, ditambah lagi namja-namja di sekolah ini tampan. Bisa dijamin Soyoon tak akan bosan sekolah di sini.

   

    “Yak, murid baru!” teriak seseorang pada Soyoon hingga ia menghentikan langkahnya. Soyoon berbalik mencari orang yang memanggilnya.

    “Ne?” jawab Soyoon.

    Seseorang yang  memanggil Soyoon adalah kakak kelasnya di XII IPA2. Wajahnya tampan juga mempunyai gigi kelinci yang manis.

    “Tolong antarkan buku ini ke kelas X IPA-1, buku ini milik siswa bernama Choi Arin, bilang saja dari sepupunya,” ucap namja bergigi kelinci itu.

    “Ne, Sunbae, kebetulan itu kelasku,” Soyoon mengambil alih buku itu dari tangan sunbaenya. “Keunde, kalau boleh tahu, nama sunbae siapa?” tanya Soyoon penasaran.

    Sudah dikatakan Soyoon punya syndrome aneh, saat ini pun Soyoon sudah jatuh hati pada namja gigi kelinci itu.

    “Namaku Sungyoon,” setelah mengatakan itu Sungyoon pergi meninggalkan Soyoon yang masih mematung.

    Nama sunbae itu mirip denganku. Soyoon-Sungyoon, ah, dia tampan sekali.

    Soyoon tak igin berlama-lama, dia harus bergegas ke kelasnya untuk mengantarkan buku milik Choi Arin.

Teens of Love [Golden Child Fanfiction]Where stories live. Discover now