[4] Run

130 16 15
                                    

Langit sedikit mendung, namun jika angin bertiup, awan mendung akan berarak menjauh dan kemungkinan hujan tak akan turun di Seoul sore ini. Setidaknya itu yang diharapkan dua siswa Golden High School ini. Joochan dan Soyoon masih menunggu di halte bus. Hampir lima menit berlalu bus yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Soyoon sedikit kesal, jika dia terlambat 30 menit sampai rumah, Soyoon akan ketinggalan menonton drama kesayangannya. Soyoon tak suka menonton siaran ulang.

    “Soyoon-ah, di mana rumahmu?” tanya Joochan.

    “Rumahku masih sama saat dulu kau berkunjung, tidak pindah,” jawab Soyoon.

    “Aaah.” Joochan hanya mengangguk.

    Tak berapa lama bus tiba dan mereka naik bersama. Joochan dan Soyoon duduk di kursi belakang.

Soyoon duduk di dekat jendela sementara Joochan di sebelahnya. Bus melaju dengan kecepatan standar, namun pada suatu ketika sang supir bus menginjak rem mendadak sehingga para penumpang terkejut. Rupanya ada seseorang yang tiba-tiba menyeberang jalan. Beruntung orang tersebut tak tertabrak. Tapi masalahnya ada pada penumpang di dalam bus. Beberapa ada yang terbentur jendela, ada juga yang membentur kursi di depannya, namun tidak dengan Soyoon, gadis itu baik-baik saja tak terbentur apapun karena tangan Joochan sigap berpegangan pada besi jendela untuk menahan tubuh Soyoon.

    “Gwenchana?” tanya Joochan khawatir.

    Soyoon yang mendapat perlakuan seperti itu dari Joochan sangat terkejut. “Oh? Ne, nan gwenchana,” balasnya.

    Jantung Soyoon seketika berdegup kencang. Bukan karena kaget atas bus yang berhenti mendadak, tapi karena ulah namja bernama Hong Joochan.

    Tenang... tenangkan dirimu Soyoon. Kau tak boleh lemah pada Joochan, meskipun rasanya sulit. Joochan itu hanya menganggapmu teman.  

    Tak berapa lama, Soyoon membunyikan bell untuk turun di halte. Soyoon dan Joochan turun bersama. Joochan berniat mengantar Soyoon sampai gerbang rumahnya, karena sudah lama sekali Joochan tidak main ke rumah Soyoon. Dulu saat SMP, Joochan sering ke rumah Soyoon untuk mengerjakan PR bersama.

    “Joochan-ah, kau tak lelah? Aku tak apa-apa, kau pulanglah,” pinta Soyoon. Dia merasa tak tega jika Joochan harus mengantarnya sampai depan rumah.

    “Aku ingin memastikan kau baik-baik saja,” tukasnya.

    Setelah sampai di depan rumah Soyoon, Joochan pamit pulang. Padahal Soyoon ingin sekali mengajak Joochan masuk walau sebentar, tapi hari yang semakin petang dan mendung menghalangi niatnya.

    Joochan kembali naik bus tapi ke arah sebaliknya. Itu karena rumah Joochan sebenarnya sudah terlewat, namun karena ingin mengantar Soyoon, Joochan rela melewatkannya.

***

   

    Sunggyu tampak tengah kesulitan membawa setumpuk buku. Buku tersebut selain banyak, juga tebal hingga beratnya membuat tangan pegal. Mata Sunggyu melirik ke kanan-kiri berharap ada seorang siswa yang bisa dimintai tolong untuk membawakan buku tersebut. Maklum saja, saat ini Sunggyu tengah menahan mulas di perutnya.

    Bujuk dicinta ulam pun tiba, seorang siswi kelas IPA-1 muncul tanpa diduga. Dia sudah seperti malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk Sunggyu, setidaknya untuk saat ini. Sunggyu memanggil siswi tersebut.

    “Haksaeng!” panggilnya.

    Siswi itu yang ternyata adalah Yoon Soyoon menoleh. Dia mendapati wali kelasnya yang memanggil. Soyoon mendekat pada Sunggyu lalu memberi salam.

Teens of Love [Golden Child Fanfiction]Where stories live. Discover now