Prolog ⭕

502 30 0
                                    

"ummi, abi, abang? Kenapa kalian tega ninggalin aku sendirian.." lirih Pasha.

Di kamar ini, kamar yang hanya ada kesunyian dan kegelapan. Dia meringkuk ketakutan, dengan rasa kecewa dan rasa kesedihan yang mendalam.

Dia butuh keluarga nya, keluarga yang damai, tenang, ceria, sederhana dan yang selalu 'ada' bersama nya dan sekarang?

Mereka..

Jauh, sangat jauh. Tetapi, dekat.. Sangat dekat dengan-Nya. Yap! Mereka meninggalkan nya, tetapi ada bersama-Nya.

"Sya, yuk keluar.. Kamu nggk mau ketemu sama ummi abi mu untuk terakhir kali nya?" wanita muda yang berusia 28 taunan itupun memasuki ruangan gelap tersebut. Aisha melihat keponakan nya dengan tatapan sendu sambil sesekali menyeka air mata yang nampak ingin turun. Aisha memberikan kekuatan nya kepada Pasha, dia mengusap bahu Pasha yang nampak masih bergetar.

"ummi? Abi? Mereka ada tan?aku pengen ketemu, aku.. Aku..."  ucap gadis berwajah arab itu dengan terbata-bata, dengan mimik muka gelisah. Entah apa yang ingin dia katakan, semua yang ada di pikiran dan hati nya kacau tak seperti biasa nya.

"Maksud tante itu, jasad or—" perkataan aisha terpotong karena melihat Pasha bangun dari duduk nya, tatapan nya lurus kedepan;ke arah pintu. Ia nampak ragu untuk melangkah ke arah sana.

Aisha sudah memberi tahu beberapa kali tentang kematian kedua orang tua keponakan nya itu.Tetapi, Pasha tidak akan menjawab, hanya diam, dengan wajah datar nya. Semua keluarga cemas atas keadaan Pasha, mereka tau semua ini cobaan terberat bagi Pasha, tetapi mereka tak bisa mendesak Allah untuk bisa memberikan takdir-Nya.

Aisha bangun dari duduk nya, sambil mengusap sisa air mata yang berserakan di wajah nya, dia menyusul keponakan nya itu dan memapah Pasha untuk meninggalkan ruangan gelap itu.

Ketika sampai di ruang tengah, suara-suara orang mengajipun terdengar. "itu ummi abi mu sya" bisik Aisha kepada Pasha.

"apa ini? Ummi? Abi?" lirih Pasha ketika ia melihat kedua orang tua nya yang terbujur kaku dengan balutan kain putih. Semua orang yang sedang mengajipun mengalihkan pandangan nya kepada Pasha.

"ikhlas ya nak" ucap Aisha yang di balas dengan anggukan kecil dari Pasha. Mau tidak mau Pasha harus mengikhlaskan kepergian orangtuanya, ia tak ingin dengan kesedihan nya ini membebani kedua orangtua nya itu.

***

"Dasar jalang!" umpat lelaki berwajah tampan itu. Bibir nya selalu mengumpat dengan kata-kata yang tak pantas, hal itu di sebabkan karena pacar nya—Tere menghianati nya. Ia melihat pacar cantik nya itu sedang bercumbu mesra dengan pria lain di salah satu club malam. Padahal semua yang wanita itu inginkan selalu di berikan oleh nya sekalipun hanya ada satu-satu nya di dunia.

Ketika melihat pacar nya yang seperti itu ia yakin semua wanita adalah sama, pecundang, penghianat, dan hanya pemuas nafsu.

"kamu kenapa lagi, hans?" tanya pria yang berumur itu sambil fokus membaca koran.

"sekarang aku yakin dad, semua wanita itu sama, mereka cuma ingin uang, meteri, dan popularitas." jawab Hans dengan wajah kebencian nya.

"so? Kamu baru menyadari nya? Kemarin-kemarin kamu membela ibu mu itu" ucap ayah Hans—Leo dengan nada mengejek. Leo pun masih fokus membaca koran nya itu, ia sama sekali tidak menatap anak sulung nya yang sedang merasakan apa yang ia rasakan nya bulan lalu.

Ya.. Ibu nya Hans bulan lalu tercyiduk selingkuh dengan teman ayah nya sendiri, Leo merasa hidup nya hancur, ia tak menduga wanita yang sangat sangat ia cintai dengan mudah nya menghianati nya.

"yes dad, Aku tau itu sekarang, dan sekarang aku akan menganggap semua wanita itu sama!"

Tbc.

--------------------------------------------------

Story ke dua kuu heheeh.. Semoga kalian sukaaa yaa.. Vote and comment ya gaess jangan lupaaa..

Salam Alya Nurkhalizah gelis XD wkwkw

ini awal bukan akhirWhere stories live. Discover now