meet her

555 76 20
                                    

"ma, kita telah membahas soal ini, dan jawabanku masih tetap sama"
pria berkepala dua itu menatap kearah lain, berusaha sebisa mungkin tidak berteriak pada ibunya karena hal konyol ini. Ia terlalu muak dengan topik yang satu ini, Keluarganya tengah berkumpul, bersatu untuk membujuk dirinya yang keras kepala. Ruang keluarga ini bahkan tak lagi terasa hangat karena tatapan dingin dan menuntut mereka padanya.

"Sasuke, ini yang terbaik bagimu. Lagipula apa keuntunganmu bekerja di rumah sakit jiwa lain? Uchiha asylum adalah yang terbaik di tokyo, bahkan di jepang, turuti saja kemauan keluargamu"
Sang kepala keluarga angkat bicara, menggantikan istrinya yang baru saja ingin menanggapi perkataan putra bungsunya. Itachi, putra sulungnya duduk nyaman ditempat, masih belum memberikan tanggapan apaupun sejak pertama kali sesi diskusi keluarga ini dibuka.

"Sebenarnya mama tak ingin memaksamu dalam hal ini, namun kami semua butuh alasan jelas kenapa kau tak mau menjadi salah satu bagian dari bisnis keluarga?"
Wanita yang paling disayangi dikeluarga ini menyampaikan tanggapannya. Wajahnya dibuat sekecewa mungkin untuk mmpengaruhi sang anak. Namun tetap saja, tekad si uchiha bungsu sudah terlalu bulat untuk dihancurkan.

"Hei, sasuke, aku tahu ada alasan tertentu kan? Katakan saja. teman? Gaji? Atau...seorang gadis?"

"Huh? Benarkah?"

Sasuke terlihat tak terpengaruh, berbeda dengan ibunya termakan oleh omongan itachi begitu saja. Heboh ketika mendengar kata seorang gadis disandingkan dengan namanya. Matanya berbinar, hal yang ia nantikan akhirnya tiba.

"Benarkah karena seorang gadis? Kalau begitu biarkan saja, ne sasuke, berjuanglah!!!"

"Ma, jangan percaya dengan omongan kak itachi. Ia hanya membuat kesimpulan tanpa dasar. Aku tidak mau karena, ya, tidak mau saja"

"Alasanmu tidak masuk akal sasuke"
Seluruh anggota keluarga menatapnya. Menyudutkannya dan menuntut alasan yang sedikit lebih logis. Uchiha bungsu itu mencoba untuk tidak terpengaruh, namun tatapan mata itu seolah olah menunjukkan bahwa diskusi ini tidak akan berhenti hingga ia mau mengakui alasannya. Ia memijit kepalanya yang mendadak terserang migrain. Jika sudah seperti ini mau bagaimana lagi.

"Haah...baiklah aku mengaku. Satu satunya alasanku adalah karena tak ingin dianggap sukses tanpa adanya usaha keras. Uchiha asylum adalah dambaan setiap mahasiswa lulusan psikoligi, jika aku bekerja disana, mereka hanya akan menganggapku anak manja yang hanya memanfaatkan kesuksesan orang tuanya"

"Itu tidak benar! Kami semua tahu kau telah bekerja keras sasu-chan!"

"Ma, jangan memanggilku dengan panggilan memalukan itu lagi"

"Lagipula siapa yang berani mengatakan itu?"

"Tidak ada, tapi aku yakin mereka menganggap begitu"

"Sasuke, sejak kapan kau terpengaruh dengan tanggapan orang disekitarmu? Jangan jadi pengecut!"

"Sejak aku masuk kedunia psikologi, aku jadi lebih sensitif, aku juga bukan pengecut pa"

"Kalau begitu buktikan, adik kecil! Urusi uchiha asylum dan buktikan pada mereka kau dapat membut uchiha asylum menjadi nomor satu di dunia!"
Itachi menjelma menjadi kakak yang baik, menyemangati adiknya dan memberikan saran agar presepsi para komentator diluar sana berubah terhadapnya. Ayah dan ibunya mengangguk, kini mereka hanya menunggu peesetujuan verbal dari si bungsu yang duduk di kursi tunggal sambil mempertimbangkan keputusan yang akan ia buat.

"Aku..."

Tatapan itu semakin sengit, mereka bahkan mendekat untuk semakin memojokkannya.

"aku..."

NyctophobiaWhere stories live. Discover now