DUA PULUH SEMBILAN

1.3K 203 35
                                    

Baru update hehe
Kangen nunggunya apa kesel nunggunya nih?


***

Aera merasakan benturan-benturan pelan di kepalanya. Dengan kesadarannya yang semakin pulih rasa sakit di kepalanya pun semakin kentara. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya saat gelap masih berada di sekitarnya meskipun ia yakin sekali sudah membuka matanya.

Kenapa gelap sekali? Rujuknya dalam hati.

Seakan baru tersadar dengan hal menyeramkan yang menimpanya Aera segera membulatkan matanya kaget. Ingatan akan dirinya yang bersembunyi dibawah kasur dan kemudian seseorang meraih kedua kakinya, menariknya kasar, keluar dari tempat persembunyiannya itu membuat ia sadar sepenuhnya.

Apa dirinya diculik? kenapa? dan siapa yang melakukannya? Pertanyaan dan semua kemungkinan yang menimpanya saat ini terus berputar dalam pikirannya.

"A—apa yang harus gue lakukan?" ucapnya dengan frustasi. Aera memandang sekitarnya, tangannya tidak dapat bergerak dengan leluasa di tempat sempit seperti ini tapi ia dapat langsung mengenali tempatnya berada saat ini. Dia sedang berada di dalam bagasi sebuah mobil. Ia bisa mendengar suara mesin dengan jelas yang menandakan mobil ini sedang berjalan dan juga matanya sudah mulai terbiasa dengan kegelapan disekitarnya itu. Dengan rasa takut yang semakin mencekiknya Aera memukul-mukulkan kepalan tangannya pada dinding bagasi.

"Tolong!! Siapapun!" teriaknya kencang. Sayangnya hal itu sepertinya percuma, Aera bisa mendengar dengan jelas suara yang muncul dari pengeras suara di mobil ini. Siapapun itu yang sedang mengendarakan mobil ini pastilah dengan sengaja menyalakan musik dengan suara yang besar untuk menyembunyikan keberadaannya. "Tolong!! Siapapun tolong!" teriaknya terus.

Aera tidak bisa menahan rasa takut yang terus menyerangnya, ia bahkan tidak menyadari air mata yang terus turun melewati pipinya. Ini membuatnya sangat frustasi. Suaranya semakin parau, tangannya juga semakin sakit. Ia tidak bisa terus seperti ini.

"Ba-bagaimana bisa gue kena culik lagi" rutuknya pelan. "Gue bahkan ga bawa hape" ucapnya lagi seraya terisak. Seakan menyerah dengan keadaan Aera hanya berbaring diam didalam bagasi. Tiba-tiba mobil berhenti secara mendadak, membuat tubuh Aera terdorong ke kanan dan menyebabkan kepalanya kembali terbentur. "Aw!!!" dengan masih merintih ia menatap benda disampingnya.

Apa yang baru saja di tabrak pelipisnya itu hingga sesakit ini?

Tatapan frustasi yang sedari tadi terpancar dimata Aera seakan berubah seketika, ia menatap kaget benda tersebut dengan mulut yang terbuka. "Kaleng Cat!" teriaknya.

Aera menggerakan tubuhnya dengan kesulitan, geraknya sangat terbatas, seharusnya tubuh kecilnya akan sangat memudahkannya bergerak didalam bagasi mobil ini, tapi sayangnya terlalu banyak barang didalamnya.

Aera berusaha mengulurkan tangannya meraih kaleng cat tersebut.  Posisi tubuhnya yang berbaring menjadi hambatan untuknya. "I--must re-reach it" ucapnya frustasi.

***

Entah sudah keberapa kalinya Aera berusaha meraih kaleng cat tersebut. Tangannya tidak berhasil meraih benda tersebut, terlalu jauh untuk diraih.

Baru saja beberapa saat yang lalu ia merasa lega, lega saat melihat kaleng cat tersebut berada di dekatnya. Masih hangat dalam ingatannya, potongan film yang pernah ditontonnya dulu menggambarkan adegan dimana sang perempuan yang diculik dan disekap didalam bagasi berusaha memberikan tanda bantuan kepada pihak polisi dengan menggunakan cat tersebut.

Hal yang perlu Aera lakukan saat ini adalah meniru adegan itu. Meraih kaleng cat tersebut, membukanya dan kemudian merusak salah satu lampu belakang yang ada di mobil melalui bagain dalam dan menjatuhkan cat tersebut dari lubang tersebut. Itu akan meninggalkan jejak kemana perginya mobil yang membawa Aera ini di aspal jalanan.

AH! sebelumnya Aera harus mengeluarkan pergelangan tangannya dari lubang bekas lampu belakang tersebut dan melambai-lambaikan tangannya. Berharap mobil yang berkendara didekat mobil penculik Aera ini melihat tangan manusia di bagasi dan segera melaporkan hal ini pada emergency call dan akhirnya bantuan akan segera datang kepada Aera.

Semua tergambar jelas dalam ingatan Aera, semua adegan dari heroin yang di tontonnya dalam film action tersebut. Hanya saja...

"SHIT!!" Umpat Aera merasa frustasi.

Hanya saja hal tersebut sangat sulit dilakukan di dunia nyata. Aera bahkan tidak bisa meraih kaleng cat yang berada sedikit di atas kepalanya.

Memang, sesuatu yang ditontonnya di film itu cuma hasil rekayasa. Dengan sedih dan frustasi Aera kembali menghembuskan nafas panjangnya.

"Apa gue akan mati?"

"Gue bahkan belum melihat Bang Jae menikah..."

"...apa gue akan mati secepat ini?" Ujar Aera lagi ngelantur.

"Gue...." kalimat Aera terhenti ketika air matanya yang sudah kering tadi tiba-tiba kembali menurunin pipinya.

Perasaan emosional yang melunjak-lunjak dalam dirinya sukses membuat Aera kembali jatuh kedalam jurang kesedihan.

"A-apa...gue bakal mati sekarang?"

Saat Aera kembali menangis tersedu akan nasibnya ia merasakan kecepatan mobil yang membawanya semakin menurun. Pertanda bahwa mobil yang membawanya ini akan berhenti. Dan tepat sekali perkiraan Aera. Mobil yang membawanya saat ini sudah berhenti secara total.

"Apa aku akan mati?"

Pertanyaan itu kembali bergema dalam pikiran Aera.

Apa dirinya akan mati?

***

OPEN UP | KANG DANIEL✔Where stories live. Discover now