[3]

1.1K 225 3
                                    


"Si Jooe itu terlihat sekali bahwa dia tertarik pada Mr. Kim," bisik Soonyoung, teman sekelas Wonwoo yang bisa dibilang cukup dekat untuk saling mengobrol satu sama lain. Apalagi pada jadwal piket hari ini, hanya ia dan Soonyoung yang merupakan siswa laki-laki, sisanya adalah teman Jooe.

"Kau tahu darimana?"

Sebenarnya, Wonwoo juga sudah tahu akan hal itu. Sejak perlakuan Jooe yang tiba-tiba mendekati Mr. Kim dan mencoba mendapat perhatian dari guru muda itu, Wonwoo sudah bisa menebak bahwa Jooe menyukai Mr. Kim.

Sama seperti dirinya.

"Bahkan, kalau aku bisa katakan, hampir seluruh perempuan di kelas ini menyukai Mr. Kim." Soonyoung masih berbisik-bisik, takut yang sedang diperbincangkan mendengar omongan mereka dari meja guru di depan sana. Soonyoung dan Wonwoo melirik sebentar ke arah Mr. Kim yang tampaknya masih fokus pada pekerjaannya.

Lalu, mereka saling tatap lagi. "Begitu, ya? Dia benar-benar populer, ya...."

"Exactly. Lagipula, Mr. Kim juga masih muda dan lajang, membuat mereka semua semakin berpikir bahwa kesempatan masih ada di tangan mereka," ujar Soonyoung lagi. Temannya satu ini memang hobi menggosip, dan mencuri dengar perbincangan hangat dari beberapa siswa perempuan di sekolahnya.

Wonwoo kembali berbenah alat-alatnya untuk dimasukkan ke dalam tas. "Baguslah, kalau begitu. Mr. Kim tidak perlu susah-susah mencari pasangan hidup. Dia bisa memilih mana yang ia suka dari para perempuan yang berbaris itu," ucap Wonwoo asal-asalan, tentu dilakukannya untuk menutupi rahasia terbesarnya soal dirinya yang juga mungkin merupakan salah satu dari barisan para perempuan itu. Bedanya, dia laki-laki. Tapi, apa salahnya?

Soonyoung mundur, kembali ke mejanya yang terletak di belakang meja Wonwoo dan meraih tas ranselnya.

"Ya, dia sangat beruntung. Kalau begitu, aku duluan, ya, Woo. Sampai jumpa!"

"Huum, sampai jumpa."

Dengan begitu, Soonyoung melesat keluar kelas terlebih dahulu, meninggalkan dirinya, Mr. Kim dan Jooe yang masih juga berbenah. Tak lama kemudian, perempuan berkuncir kuda itu melangkah dengan cepat menghampiri Wonwoo, membuat yang dihampiri terkejut dengan lengannya yang sudah diapit oleh perempuan itu.

"Wonwoo, jangan berlama-lama! Ayo, kita pulang atau keberadaan kita bisa mengganggu Mr. Kim!"

Astaga, dia mulai lagi.

Wonwoo menghela napas berat. "Tunggu dulu, aku belum selesai--"

Dan, Wonwoo sudah lebih dulu ditarik oleh Jooe bahkan perempuan itu membuatnya cukup kewalahan dengan men-retsleting tas ranselnya sembari berjalan terbata.

Sebelum itu, Jooe membawa dirinya menghadap ke arah Mr. Kim dan berpamitan.

"Kami duluan, Mr. Kim. Selamat bekerja!" Jooe memaksa Wonwoo untuk membungkuk dan segera menyeret Wonwoo untuk keluar dengan paksa, membuat Mr. Kim hanya mampu membalas salam mereka dan menatap kepergian keduanya.

Kelas sudah sepi. Hanya tinggal dirinya dan sesuatu yang menarik perhatiannya setelah ia menelaah keadaan kelas.

Tubuh jangkung itu tiba-tiba berdiri, menghampiri meja muridnya yang bernama Jeon Wonwoo itu dan mendapati sesuatu di atasnya.

Sebuah buku kecil berwarna merah muda dengan kancing yang mengunci buku tersebut. Tampak muridnya itu tak sengaja meninggalkan benda tersebut karena kewalahan dipaksa keluar oleh temannya.

Tapi jangan katakan Mingyu tidak penasaran dengan isinya. Benar, ia tak seharusnya membuka privasi dari murid-muridnya, karena hal tersebut termasuk hal yang lancang untuk dilakukan. Namun, Jeon Wonwoo itu bisa jadi pengecualian untuk kali ini.

Ia benar-benar tertarik untuk membuka kancing dari buku itu dan berhasil membuka covernya, menampakkan halaman kosong berwarna senada dengan cover buku. Tampak tak ada yang spesial dari halaman kosong itu, ia mulai membalikkannya ke halaman bergaris pertama dengan kertas berwarna krem.

Rentetan kalimat--yang tampaknya kalimat pembuka atas buku tersebut--membuat Mingyu terus ingin membacanya sampai titik terakhir. Kalimat itu ditulis dengan tulisan yang tidak begitu rapih, namun susunan kalimatnya cukup bagus.

Tak ada yang tahu bahwa Mingyu sekarang tengah tersenyum bahkan tertawa kecil saat membaca halaman pertama dari buku yang ia simpulkan sebagai buku harian dari salah satu muridnya itu.

Ia tak menyangka, muridnya yang bernama Jeon Wonwoo itu punya sisi manis dibalik kesederhanaaan dan wajah dinginnya.

Sampailah Mingyu membaca paragraf terakhir dari halaman tersebut.

"I would love to found a love letter tucked in this book, with my name on the envelope aebnd the name of my third grade English teacher on the last line,

Mr. Kim Mingyu.

Would you? Yes. No. Maybe."

Awalnya dia sedikit terkejut, mengetahui ada namanya tertulis di sana--apalagi pada bagian tulisan tentang romansa dari muridnya tersebut.

Namun, ia menemukan bahwa hal itu terlampau manis dan entah kenapa ia menyukainya. Mingyu tersenyum lebar, dan berakhir membawa buku tersebut ke meja guru--karena kini malah pekerjaan merangkumnya itu sudah tidak menarik lagi untuk dikerjakan.


a/n:
mau sedikit sharing lagi kalo quote di buku harian wonu buat guru tercintanya itu tuh aku dapet dari quote di totebag aku yang mana oleh-oleh dari temen wkwkw. bedanya kalo di totebag aku dia pengen ada surat cinta dari gurunya masuk ke tasnya, kalo aku ke buku harian. ngehehehehe
lucu bgt quote-nya makanya keknya cocok kujadiin story ayey. lanjut.

love letter ;;meanie ✔Where stories live. Discover now