***
Hubungan Shani dan Vino menjadi merenggang, karena Vino mendiamkan Shani setelah pemakaman ibunya itu. Shani pun menjadi merasa sangat bersalah pada Vino, ditambah Vino juga mengindari Shani. Tiap kali Shani ingin menghampiri Vino, pasti Vino langsung berjalan menjauh dari Shani.
"Hhh," Shani menghela nafasnya setelah memikirkan hubungannya dengan Vino yang sedang di tengah masalah ini
Shani menolehkan kepalanya kearah bangku Vino, memperhatikan Vino yang sedang duduk diam sambil mendengarkan lagu dengan headset nya, dengan kepala yang menunduk dan mata yang terpejam.
"Aku kangen.." lirih Shani
"Maafin aku.."
Puk!
"Vin.."
Vino membuka matanya saat Boby menepuk bahunya, dia menoleh kearah Boby sambil memasang ekspresi seakan bertanya apa?.
"Guru.." ucap Boby sambil menunjuk guru yang baru saja datang di kelasnya dengan dagunya
Vino menoleh, dia pun langsung melepas headsetnya dan meletakkannya di kolong bangkunya. Saat dia meletakkan headset nya di kolong bangkunya, tangannya tak sengaja menyentuh barang lainnya yang ada di kolongnya.
"Coklat?" batin Vino
Vino langsung mengambil barang yang dia duga coklat itu, dan ternyata memang benar coklat. Dia pikir dia tidak mendapatkan coklat hari ini, dan dia juga tidak mengecek kolong bangkunya saat baru datang tadi.
Coklat itu sudah tidak terasa dingin, tapi setidaknya coklat itu belum meleleh. Vino kembali meraba kolong bangkunya dan mengambil amplop dengan motif yang dia hafal saat menerima coklat ini. Setelah mendapatkan amplop itu, dia pun langsung membukanya dan membaca suratnya.
"Wanna be always Happy? Always carry some chocolate with you ;)"
Vino tersenyum kecil membaca surat itu, dimasukkannya kembali surat itu ke amplopnya dan meletakkannya di dalam tasnya. Vino menaruh coklatnya kembali di kolong bangkunya, dia akan memakan itu nanti di jam istirahat.
"Vino dapet coklat lagi?" gumam Shani pelan
Shani yang sedari tadi memperhatikan Vino pun menjadi teringat sesuatu, dia melirik Gracia yang berada di sampingnya. Dia pun memikirkan sebuah cara untuk membuktikan sesuatu pada dirinya sendiri.
"Gre.."
Gracia menoleh, "Iya ci?"
"Pinjem buku catetan fisika kamu dong, mau lihat terakhir sampe mana" ucap Shani
"Oh, bentar ci.."
Gracia pun mengambil tasnya yang ada di kolong bangkunya, dia membuka tasnya tepat di depan Shani, Shani pun berusaha mencuri-curi pandang ke dalam tas Gracia untuk memastikan sesuatu.
Dan benar saja, saat Gracia mengambil buku catatan fisikanya, bersamaan dengan kertas motif yang selalu dia lihat di kolong bangku Vino itu keluar dari tas Gracia dan terjatuh. Shani sedikit terkejut dan bingung, ditambah kertas itu bukan hanya kertas melainkan berbentuk amplop.
"Nih ci.." ucap Gracia sambil memberikan buku catatan fisikanya lalu mengambil amplopnya yang terjatuh
Shani pun menerima buku fisika Gracia itu, lalu berpura-pura mengeceknya dan membandingkan dengan buku catatannya. Pikiran Shani melayang, dia berpikir apa benar Gracia yang selalu memberikan coklat pada Vino? Jika iya, kenapa dia memberikannya pada Vino? Apa Gracia suka dengan Vino?
Saat jam istirahat, Vino memutuskan untuk pergi ke rooftop dan menikmati coklatnya sendiri disana. Biasanya coklat itu akan dibagi berdua dengan Shani, namun mengingat hubungannya kini sedang ada masalah, maka Vino menikmati itu sendiri.
