13. Gift

1.7K 194 57
                                    

180308

"Oke-oke, sekarang Yoonmi tidur."

"Besok ulang tahun Appa, kan?" gadis kecil itu masih belum mau melepaskan diri dari Yoongi. Ia mencengkeram kaos hitam sang ayah dengan erat sedangkan matanya mengerjap lucu, dan karena itu, Yoongi harus kembali duduk karena tingkah yang tidak bisa dihindari.

"Ya," ini jawaban yang keempat, dan tadi pertanyaan yang kelima.

"Appa ingin hadiah apa?" tanyanya. Yoonmi benar-benar tak mau diam, memelintir baju Yoongi dan terkadang menarik-nariknya agar tak diabaikan.

"Appa tidak mau hadiah." jawab sang ayah.

"Harus mau! Yoonmi mau membelikan hadiah yang Appa suka."

Sejenak Yoongi berpikir. Sebenarnya terlalu malas. Ia lelah dan ia ingin Sunhee. Sama sekali tidak berhubungan, tapi ia enggan menjelaskan kenapa malah ingin istrinya saat ini. "Kaos kaki?"

"Hah? Kaos kaki?" bibir imutnya mengulang. "bukannya Appa punya banyak?"

"Tapi Appa belum punya kaos kaki darimu."

Gadis lima tahun itu menatap langit-langit kamarnya sejenak sebelum kembali memandang Yoongi dengan senyum. "Oke, Yoonmi akan membelikan kaos kaki untuk Appa dan memastikan Appa juga menyukainya."

Yoongi membalas senyuman. "Ayo berdo'a, lalu tidur." tuturnya kebapakkan. Rasanya ia begitu peduli saat merapikan letak selimut yang merosot.

Min Yoonmi menurut, tangannya terangkat sebentar dengan bibir yang menggumam pelan. "Ya, Tuhan. Semoga besok Yoonmi bisa membelikan hadiah kaos kaki yang Appa suka. Dan Appa akan terus bersama Yoonmi selamanya bersama dengan Eomma, aamiin."

Entah maksudnya apa do'a yang terakhir itu. Yang jelas, Yoongi hanya ikut mengaminkan dalam hati. Tidak mengindahkan kata selamanya untuk dikomentari, baik itu pada Yoonmi atau pikirannya. Ia abai, lagi pula akan selalu begitu, kan? Mereka akan selalu bersama.

Segera setelahnya, Yoonmi bergerak ke samping kanan, memeluk leher boneka jerapah sebesar dirinya sambil menutup mata. Sedangkan Yoongi mencium kening putrinya sekilas sebelum pergi dan menutup pintu karena urusannya telah selesai.

Suasana berganti, kamarnya yang bernuansa putih pucat sedikit gelap saat Yoongi berada di ruangan itu setelah menutup pintu. Hanya ada lampu tidur di sebelah Sunhee yang masih menyala dan cahaya luar yang menyorot dari balik tirai. Ia sengaja menghela napas, akan dimulai dari mana?

Namun tak lama Yoongi berjalan ke arahnya, Sunhee menyimpan ponsel yang tadi dimainkan, menarik selimut dan bersiap untuk tidur. Entah ini semacam pengalihan agar tak diganggu Yoongi, atau memang mengantuk. Urusan kemarin lagi pula sudah selesai, barang kali, mereka sudah berbaikan. Sunhee sudah kembali dengan rutinitasnya dan Yoongi pikir, tidak ada masalah apa pun lagi.

"Hee," wanita itu menggumam sebagai jawaban, pertanda ia belum melelapkan diri. Yoongi yang tahu begitu langsung duduk di ranjang. "aku ingin hadiah."

"Hadiah?" Sunhee merendahkan selimutnya agar dapat melihat Yoongi. "Kupikir kau tidak pernah menginginkan yang seperti itu."

"Memangnya tidak boleh?"

Sunhee berdecak, "Kau bisa membeli apa pun yang kau inginkan tanpa harus berharap dari orang lain."

"Aku tidak ingin sesuatu yang dibeli."

Kerutan kecil muncul di dahinya yang bingung. "Lalu apa?"

Ini pertanyaan yang Yoongi tunggu, dirinya tersenyum. "Kau." seolah tanpa beban mengucapkannya. "kenapa harus dengan cara yang sulit dan mengeluarkan uang jika yang aku inginkan hanya kau, Hee?"

"Ewh, murahan sekali."

"Kau itu berharga."

"Bukan aku, tapi gombalanmu."

"Kau pikir aku sedang menggoda?"

Yoongi memiringkan tubuh, matanya intens menatap Sunhee yang saat itu juga tengah memperhatikannya. Jelas sekali jika perbuatan yang dilakukan Yoongi tersebut benar-benar membuat Sunhee tak nyaman, dalam artian wanita itu menahan malu. Ia mengalihkan pandangan menjadi ke atas.

"Tidak juga." akhirnya ia menjawab.

"Kalau begitu, serahkan dirimu."

Bukankah itu terdengar bodoh? Tapi Yoongi sama sekali tak sedang bercanda atau menyepelekan ucapannya, ia sedang serius meski dalam keadaan seperti ini. Ia ingin Sunhee dan ia jujur akan hal itu.

"Kau berharap aku melakukan apa?"

"Euu... Kalau bisa sih, lakukan hal sebebas Mia."

"Mia seperti apa?"

Yoongi ikut menerawang. "Yang seperti Mia, Hee."

"Kalau begitu lakukan saja dengan Mia."

Sekilas kemudian, lelaki dua puluh lima itu menoleh. Ia tidak salah bicara, kan? Atau apakah ada sesuatu yang membuat Sunhee mendadak seperti orang kesal? Lidahnya terasa kelu bahkan setelah menelannya dengan ragu. Demi Tuhan, Yoongi belum menyadari kesalahannya. Sunhee tidak bergeming dari posisinya sedikit pun, menambah kekhawatiran Yoongi yang beralasan. Ketimbang melihat Sunhee meminta black card, merajuknya wanita itu terasa lebih menakutkan.

"Hee..."

Bahkan ruangan itu terasa lebih sunyi, tirai tersibak angin kecil di awal musim semi dan bau hujan sisa tadi sore masih tercium pekat. Mungkin di luar, langit sudah sangat gelap di jam sepuluh ini. Yoongi bisa melihat itu sekilas dari jendela yang berada di sisi Sunhee.

"Aku tidak bisa melakukan hal yang seperti Mia."

Mendadak tubuh Yoongi mendingin, ini jelas bukan karena angin itu. Ruangan mereka cukup hangat, tapi Yoongi merasa kaku dalam sekejap. Sekarang ia baru menyadari kesalahannya, alasan Sunhee terlihat mengubah mood-nya tiba-tiba dan sekarang terlihat malas pada diri Yoongi yang bodoh. Ia bukan marah, tapi tidak suka dibandingkan. Bukankah wanita memang begitu? Sekali pun Mia adiknya sendiri yang terkadang memiliki sifat yang sama dengan Sunhee, tapi mereka jelas berbeda. Karakter Mia yang lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya sangat berbeda dengan Sunhee yang terkadang pasrah atau memberontak di awal.

Lantas, alibi apa yang harus Yoongi katakan?

"Kau tidak melupakan besok, kan?" akhirnya Yoongi memilih berganti topik.

"Ada apa? Kau mau pergi tour?"

Yoongi tak menyalahkan Sunhee yang telat berpikir atau berpura salah dengan jawabannya. Intinya wanita itu sedang kesal, jadi ketimbang meladeni dengan kekesalan lagi, Yoongi malah tersenyum sambil memiringkan tubuhnya. "Bukan."

"Lalu?"

"Menagih hadiah."

Rasanya Yoongi bersyukur pada kejeniusan otaknya sekarang. Dirinya tersenyum setelah mencongdongkan wajahnya pada si wanita yang disukai. Yang jelas, saat itu Sunhee sudah tak bisa lagi berpaling dari tatapan mata Yoongi yang menghunus tajam.

"Maaf, tapi aku ingin Min Sunhee. Diri Min Sunhee. Tidak seperti Mia atau wanita lain. Yang aku mau hanya Min Sunhee sebagai istriku."

[]



[Suga × Sunhee] (Revision) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang