[Vampire]

528 69 24
                                    

XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Kiriya Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

Chapter IV

Ketika akan diadakan acara pertemuan anggota klan, dapat dipastikan semua vampire akan mendapat undangan dan—sebaiknya datang dalam acara itu. Tanpa terkecuali. Karena itulah, meskipun half blood, Junmyeon juga merupakan bagian dari klan karena memiliki darah vampire dari ayahnya. Meskipun dia tidak begitu menyenangi acara itu. Tentu saja, para vampire pure blood pasti tidak akan lupa untuk menyapanya dalam berbagai artian. Dia bisa menyebut dirinya beruntung kalau pakaiannya tidak menjadi kotor kali ini.

Semua vampire dari kasta terendah sampai elit akan datang. Termasuk para petinggi dan tetua. Dia akan mempermalukan dirinya jika tidak ikut.

Sosok yang digosipkan sebagai kandidat penerus pemimpin klan juga pasti akan datang. Ya, vampire mana yang tidak kenal dengannya.

Wu Yifan.

Sosok yang Junmyeon kenal dengan baik. Sangat baik.

Pada saat pertama kali bertemu Yifan, Junmyeon meyakini dia tidak akan bisa menghadapi sosok yang terkesan angkuh itu. Pemuda berpakaian western itu melipat tangan dengan tatapan dingin, dan hal yang Junmyeon lakukan hanyalah menunduk di belakang ayahnya saat mereka diperkenalkan. Rasanya seperti anak taman kanak-kanak yang diperkenalkan pada pemuda kuliahan. Sejauh itu perbandingan jarak milik mereka.

Semua menjadi lebih berat ketika ayahnya meninggal, dia tidak bisa lagi bersembunyi dibalik punggung ayahnya. Ia harus menghadapi seluruh mata semerah ruby memandangnya remeh di setiap kali pertemuan diadakan demi darah yang sulit didapatkan bagi anak kecil sepertinya.

("Kenapa half blood sepertimu berada ditempat seperti ini?!")

("Kau tidak layak berada di tempat ini!")

Junmyeon sering mendengarnya hingga ia terbiasa.

"Junmyeon, sedang apa kau di sana? Kemari."

Sosok-sosok yang mencercanya selalu diam ketika pemuda Wu itu muncul memanggil namanya. Menatapnya tanpa senyum, dan berbalik pergi sebelum sempat dia mengucap sepatah dua patah kata. Meskipun dia harus berlari dengan langkah kecilnya untuk mengajar Yifan, dia tahu, Yifan selalu berusaha menjaganya.

Mungkin terdengar konyol, Junmyeon pernah memberikan sekotak permen untuk Yifan. Untuk pertama kalinya, dia melihat Yifan tertawa karena hal itu.

"Kami para vampire, tidak memakan benda seperti itu. Tapi terima kasih. Aku akan menyimpannya."

Di pertemuan selanjutnya, Junmyeon meminta agar sekotak permen itu ditukar dengan sebuah bola kristal kaca berisi sebuah rumah kecil disertai salju yang berjatuhan di dalamnya sebagai bentuk rasa maaf. Dia masih kecil waktu itu, tidak mengetahui sejauh apa perbedaan mereka.

Junmyeon duduk di kursi taman, membuka sebungkus permen berwarna merah muda. Rasanya asam-manis. Junmyeon menatap langit berbintang, "Ini rasa stroberi."

Para vampire tidak akan pernah tahu rasa permen ini, maupun betapa enak rasa dari tiap permen yang berbeda warnanya. Begitu pula dengan Yifan.

Merah muda—stroberi, merah—ceri, hijau—apel, kuning—lemon, jingga—jeruk.

Ini salah satu perbedaan mereka.

Junmyeon bukan vampire, tapi juga bukan manusia.

XoXo-XoXo-XoXo

RavelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora