[Hunter]

449 63 41
                                    



XoXo-XoXo-XoXo

Ravel © Kiriya Hiiragi

XoXo-XoXo-XoXo

Chapter V

"Caffe Latte."

Junmyeon mengangguk seraya menuliskan di lembar catatan pesanan. Pemuda berdimple dihadapannya ini, untuk kesekian kalinya, selalu memesan minuman yang sama. Menikmati waktunya sendirian sambil membaca buku dengan wajah serius. Namun juga terkadang membawa tas ransel yang tampaknya cukup berat dengan kamera tergantung di lehernya. Mungkin saja pemuda ini fotografer?

"Aku... menyukai Caffe Latte. Seperti yang kau katakan waktu itu, rasa susunya lebih dominan. Kopi bisa jadi terasa enak juga."

Junmyeon segera menoleh pada sang pelanggan, "Baguslah kalau anda menyukainya."

Lesung pipit segera menghiasi pipi sang pemuda, dia tampak menopang dagunya dengan senyuman yang manis. Dia menatap Junmyeon.

"Apa anda tertarik untuk mencoba minuman yang lain?"

"Kalau kau yang merekomendasikannya... sepertinya aku akan menyukainya. Aku tidak begitu tahu menu yang enak dan populer."

"Ada banyak menu minuman yang bisa dicoba, Frappucino Whipped Cream, Latte strawberry, Latte Hazelnut—" Junmyeon menunjuk beberapa minuman yang ada di buku menu.

"Oh—kalau begitu, apa tidak masalah aku ganti pesananku menjadi... Frappucino Whipped Cream?"

"Tentu saja tidak masalah." Junmyeon membalas dengan senyuman.

Dan untuk beberapa waktu kemudian, setiap kali mampir ke café, pemuda itu selalu memesan Frappucino Whipped Cream.

Junmyeon hanya bisa menggelengkan kepala.

Sampai detik ini, dia masih belum tahu nama pemuda berlesung pipit itu.

XoXo-XoXo-XoXo

Hari ini, menuliskan menu di papan hitam luar café dengan kapur adalah tugas yang di dapat oleh Junmyeon. Sementara Yongguk dengan cepat membuka papan close menjadi open. Shift pagi memang harusnya dijalani dengan semangat. Meskipun baru sekitar lima belas menit lagi para pengunjung yang ingin sarapan berdatangan. Sekarang masih cukup pagi untuk mempersiapkan semuanya.

Bangkit dari kegiatannya menulis menu, matanya mendapati seseorang berdiri, mengarahkan kamera ke arahnya.

Tersadar dengan apa yang dilakukannya, sang pemuda langsung tersadar, "O—oh, maaf. Kau terlihat fotogenik, jadi tanpa sadar aku memotretmu. A—aku tidak bermaksud buruk ataupun stalker! Ini hanya naluri seorang fotografer—meskipun aku masih baru di bidang ini sih..."

Ah, pemuda caffe latte. Junmyeon menyebutnya seperti itu karena masih tidak mengetahui namanya. Tapi ternyata tebakannya tentang pekerjaan pemuda berdimple manis itu benar.

"Sangat jarang mendengar ucapan seperti itu. Temanku selalu mengatakan kalau aku tidak fotogenik." Ujar Junmyeon kemudian.

"Tapi yang kulihat dari lensa kameraku, kau terlihat sangat tampan, Junmyeon-ssi. Akan aku perlihatkan hasilnya nanti padamu."

Junmyeon tertegun beberapa saat, jarang mendengar pujian secara langsung seperti itu. "Aku akan menunggu kalau begitu."

"Uhm, yeah. Akan kupastikan hasilnya sangat bagus, Junmyeon-ssi." wajah pemuda itu bersemu. Dia menggaruk pipinya dengan telunjuknya sungkan, "Aku... bisa memesan Frappucino kan?"

RavelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora