9. Take Care of Her For Me

217 11 0
                                    

Aldrian mengambil satu langkah ke depan supaya sejajar dengan posisi Athena berdiri. Tangannya menggantikan tangan Athena yang akan membuka pintu. Ia melirik Athena, lalu senyum simpul terlukis di bibirnya sebelum masuk lebih dulu.

Athena berpikir bahwa yang akan memimpin rapat hari ini adalah Hans, tetapi salah. Baru empat puluh jam yang lalu kembali dari Australia, dirinya sudah bertemu Aldrian sebanyak tiga kali. Tidak bisakah sehari saja laki-laki itu absen mengusik hidupnya?

Perempuan dengan gaya straight hair itu tidak dapat sepenuhnya fokus dengan jalannya rapat. Kakinya sudah gatal ingin segera melangkah keluar dari ruangan di mana laki-laki berbibir seksi itu sedang memimpin rapat. Ia diam-diam mengirim pesan pada seseorang untuk menjemputnya setelah rapat selesai. Ya, orang itu adalah Hasiel.

Aldrian selesai menandatangani risalah rapat, lalu memberi penutup dan menyilakan para peserta rapat untuk istirahat. Dengan langkah lebar, ia mengejar Athena yang sudah beranjak dari tempat duduknya.

"Athena?" Aldrian berhasil meraih pergelangan tangan kiri Athena.

Perempuan itu pun menghentikan langkah dan menoleh. Tatapan tajamnya diarahkan ke Aldrian. Mulut Athena sudah membuka untuk bicara, tetapi kalah cepat dengan gerakan Aldrian yang menyeretnya untuk kembali ke tengah-tengah ruangan.

"Al!" Athena menyentak. Wajahnya merah padam menahan kesal. Ia tidak suka dengan sikap Aldrian yang masih saja pemaksa.

"Please, Tha! We need to talk." Aldrian memasang tatapan memohon, tetapi itu tidak mempan untuk meluluhkan Athena.

"Untuk? Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan, Al."

"Ada. Tolong dengarkan aku!"

Aldrian tidak tahu bahwa detik ini Athena berusaha mati-matian untuk mengontrol detak jantungnya. Ia juga menahan diri untuk tidak melingkarkan kedua tangannya di kedua sisi tubuh laki-laki itu. Suhu ruangan yang ber-AC pun memperparah keadaannya yang sudah panas-dingin.

"Tidak, kamu yang harus mendengarkanku! Urusan kita hanyalah seba—"

"Please, listen to me!" Aldrian kembali memohon.

Perempuan yang memakai anting model dangle itu pun menggeleng. "Kamu yang harus mendengarkanku, Al!"

"Tidak, Na."

. "Al, tolong ...." Karena menggunakan cara tegas Aldrian tidak luluh, maka Athena melakukan sebaliknya—melemahkan nada bicara.

Kini giliran Aldrian yang mengeluarkan suara tegasnya. "Atha, dengarkan ini! Aku harus—"

"Maaf, aku tidak punya banyak waktu." Athena buru-buru memotong ucapan laki-laki itu. Kemudian, ia membalikkan badan, berjalan cepat, dan menutup rapat pintu ruangan itu—meninggalkan Aldrian seorang diri.

Aldrian menghela napas pasrah beberapa kali. Ia duduk di kursi kedua dari belakang. "Kamu pergi, karena takut kalah debat denganku, 'kan?" gumamnya, lalu tersenyum tipis.

Memori Aldrian masih kental dengan kenangan mereka ketika sekolah. Di mana Athena selalu kalah debat dengannya dan memilih menurut.

Flashback On

"Heii ... Athaku, bangun." Aldrian duduk di tepi ranjang. Ia berusaha membangunkan Athena dengan menggoyang-goyangkan bahunya. Usaha pertamanya gagal. Namun, usaha yang kedua berhasil. Untung saja Athena bukan tipe anak yang susah jika dibangunkan.

Athena menguap, lalu mengucek-ngucek matanya dengan punggung tangan. Berusaha mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.

"Athaku, buruan cuci muka!" perintah Aldrian, lalu menyibakkan selimut yang masih membungkus tubuh Athena.

Struggle YouOnde histórias criam vida. Descubra agora