U : Frustasi

398 65 4
                                    

Segmen au lah. Berantukin pokoknya. Lumayan panjang.
..

Frustasi.

Bisa di bilang begitu. Nyatanya, Taehyung kini berani mabuk-mabukan di dalam kamar. Tidak jarang pula, dia pergi ke bar hanya untuk mencari hiburan. Seperti saat ini.

"Hei, kawan! Sudahlah! Ayo pulang. Kita tidak boleh di sini. Jika ada yang tahu, kita bisa di kuluarkan dari sekolah. Ujian sebentar lagi"

Ini Jimin, dia sempat memergoki Taehyung berjalan masuk ke suatu tempat. Karena cemas, Jimin mengikutinya.

"Kau akan segera di jemput. Hei, Tae! Ayo pergi!"

"Diam kau! Jangan berisik! Kau tahu bagaimana rasanya di jodohkan dengan orang yang tidak kau sukai hanya demi kekayaan." Balasnya dengan suara sumbang.

Taehyung menunjuk-nunjuk Jimin yang ada di depannya sambil sesekali menenggak minuman di tangannya. "Aku di jadikan jaminan. Hidupku di jadikan taruhan oleh sialan itu. Kau tahu?"

Jimin benar-benar bingung dengan racauan Taehyung. Sebenarnya, masalah apa yang dia hadapi? Begitu kira-kira isi otak Jimin. Secara, selama ini Taehyung adalah orang yang tertutup dan keras kepala.

"Aahh! Tentu saja kau tidak tahu. Selama ini hidupmu mulus-mulus saja, bukan? Orang sepertimu tidak akan tahu"

Tidak kuasa, Jimin menyeret temannya keluar dari tempat itu. Tidak peduli racauan, makian ataupun bentakan yang di lontarkannya.

.
.

Sementara Chun Hi tengah berada di antara pasangan yang sedang terpuruk itu. Sang bos dengan kekasihnya.

"Oppa, aku tidak mau menikah dengannya. Aku tidak mau. Aku tidak mencintainya" sang perempuan tak henti-hentinya terisak di pelukan sang pria.

"Oppa, lakukan sesuatu! Aku tidak mau"

"Apa yang bisa ku lakukan, hem?" Seok Jin menyentuh kedua pipi kekasihnya. Mengusap lembut air mata yang terus mengalir itu.

Untuk pertama kalinya Chun Hi melihat bosnya mengeluarkan air mata.

Jujur saja Chun Hi ikut terharu. Dia ingat akan Taehyung. Pasti dia juga sama terlukanya saat ini.

"Aku tidak mungkin melawan orang tuamu, kan?"

"Oppa, aku mohon! Selamatkan aku dari perjodohan konyol ini. Aku tidak menyukainya. Aku hanya menyukai oppa. Hanya oppa"

"Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Maafkan oppa"

Mereka kembali berpelukan. Saling menumpahkan kesedihan.

Kenapa jadi begini?

Pikiran Chun Hi berkecamuk.

.

Taehyung sampai di rumah dengan keadaan kacau. Bukan hanya tampilan tapi juga hati dan pikiran.

"Kenapa kau acak-acakan?" Sapa sang ayah yang kebetulan keluar dari ruang kerjanya.

"Apa pedulimu?!"

"Kau mabuk?" Tanyanya saat mencium bau alkohol dari tubuh sang anak. "Kau mulai berani minum sekarang?!" Sinisnya.

Taehyung masih diam dan hanya tersenyum remeh.

"Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi brandal. Sekarang setelah kembali ke rumah, kau mulai berani? Siapa yang mengajarkanmu? Apa wanita it-"

"Diam kau!" Pekiknya. "Siapa yang kau sebut wanita itu?! Jangan pernah menghinanya. Dia bahkan seribu kali lebih baik dari pada jalang di rumah ini"

"TAEHYUNG! Berhenti memanggilnya jalang. Dia ibumu"

"Ibu?" Taehyung mulai melelehkan air matanya. "Kau bilang dia ibu? Ibuku sudah meninggal kalau kau lupa. Dia meninggal karena ulahmu. Tidakkah kau ingat? Kau! suami macam apa yang berani membunuh istrinya sendiri?"

"Tae-"

"Ayah! Sampai saat ini aku masih memanggilmu ayah. Setelah semua hal yang ayah lakukan. Dan ayah tahu kenapa aku mau melakukannya? Karena dia, gadis yang ayah anggap miskin dan tidak berguna. Bahkan sebelum ayah bertemu dengannya" Taehyung tak bisa lagi membendung air matanya.

"Darinya, aku belajar banyak hal. Tidak hanya menikmati uang, uang, dan uang. Darinya, aku merasakan kasih sayang setelah ibu tidak ada. Jadi, ku mohon ayah. Berhenti menyakitiku. Aku sudah di rumah ini sekarang. Tidak ada tempatku untuk mengeluh. Jadi jangan membuatku sakit ayah. Dan, ayah. Aku bukan agunan yang bisa di jadikan jaminan. Aku punya hati, ayah. Punya hidupku sendiri. Tidak selamanya aku dalam genggamanmu. Aku ingin bebas menentukan pilihanku"

"Tae?"

Taehyung segera pergi ke kamarnya. Menangis pilu di ranjangnya.

Sakit.

Benar-benar sakit. Taehyung merasa sudah tidak punya siapa-siapa lagi.

"Ibu, aku merindukanmu. Kenapa hidupku jadi begini, bu?"

Di pandangannya foto yang ada di atas nakas. Foto sang ibu dan dirinya saat masih kecil.

"Ibu, aku juga merindukannya. Hanya dia yang bisa menjagaku. Aku ingin bersamanya, bu. Ibu, bantu Taehyung"

.
.

Chun Hi terduduk di ranjang sang adik. Matanya beredar ke penjuru kamar.

"Tae, kau sedang apa? Apa kau makan dengan baik? Kau belajar dengan benar? Apa kau bahagia sekarang? Apa kau tidak merindukanku?"

Chun Hi tersenyum miris. "Ah! Tentu saja tidak" Chun Hi terdiam sejenak. "Tapi, aku merindukanmu, Tae. Apa kau ingat saat kita sering bertengkar? Itu lucu bukan?"

Chun Hi terus bergumam sambil tersenyum di sela air matanya yang tanpa sadar sudah mengalir.



|

TBC

Feelnya hancur dah. Tp, gue udh berhasil ngeluarin air mata tuh. Ah gue ngantuk kali ya.

Lavyu

Ryeozka.

SMUT (SENYUM MANIS UNTUK TAEHYUNG) (END)Where stories live. Discover now