Kau di mana, Adikku?

5.6K 560 109
                                    


"Tuhan mengabulkan doa kalian. Tuan Suga akan segera siuman. Kalian bisa melihatnya sekarang," tutur sang dokter.

Eunha dan Yoongi tak henti mengucap syukur dalam hati karena doa mereka terkabul. Namun kelegaan hati mereka tak berlangsung lama saat Dokter Lee Taemin mengungkapkan kenyataan lain.

"Tuan Suga harus melakukan operasi pemasangan alat pacu jantung sementara, Tuan. Hal itu dilakukan hingga donor jantung bisa ditemukan."

Eunha dan Yoongi mendesah pasrah. Mereka seperti baru saja diterbangkan ke atas awan lalu dijatuhkan secara mendadak ke dasar jurang. Suga adalah anak satu-satunya dalam keluarga kecil Min, namun kenyataan itu membuat pemuda itu menjadi rapuh.

"Tolong selamatkan anak kami, Dok. Posisikan Suga dalam daftar penerima donor jantung pertama."

Dokter Taemin mengangguk ragu. Dalam hatinya sebenarnya sangat sulit menyanggupi sepasang suami istri ini mengingat mencari donor jantung amatlah sulit. Belum lagi jika tak ada kecocokan pada jantung yang akan dipasang.

***

Dokter Jiyong merapikan meja kerjanya. Hari sudah malam, pria 29 tahun itu bersiap akan pulang. Ia menyampirkan tas dokternya di bahu kokohnya, lalu melangkah keluar dari ruangan pribadinya.

"Selamat malam, Uisa!"

Dokter Jiyong hanya melempar senyumnya saat berpapasan dengan rekan kerjanya yang menyapa hangat dirinya. Ia melangkah agak terburu-buru. Dokter Jiyong membuka mobilnya seraya melempar tasnya ke kursi belakang. Setelah men-starter kendaraannya, ia melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota.

Mobilnya tampak berbelok dengan lincah karena jalanan yang lumayan lengang. Tinggal beberapa belokan lagi maka dokter tampan itu akan sampai di apartemen mewahnya.

***

Saat ia membuka pintu apartemennya, seluruh ruangan masih tampak gelap. Cahaya lampu belum dihidupkan. Dokter Jiyong menyalakan lampu senter di ponselnya. Ia menekan saklar yang berada tak jauh darinya.

"Ya Tuhan ... perasaanku tak enak!"

Begitu lampu menyala, Dokter Jiyong melangkah lebar ke sebuah kamar bernuansa biru.

Cklek!

Matanya membulat sempurna saat melihat keadaan mengenaskan seseorang yang menghuni kamar mewah itu. Ia berlari kecil menghampiri sosok itu.

"Tae! Kenapa bisa seperti ini? Mana obatmu?"

Sosok itu -- Park Taehyung -- tak mampu membalas ucapan sang dokter. Bahkan untuk bernapas pun ia tampak kepayahan. Hal yang membuat hati siapapun adalah hidung Taehyung yang mengeluarkan cairan merah kental.

Dokter Jiyong menginterupsi Taehyung agar menunduk. Ia meraih tissu yang ada di dalam tas dokternya.

"A-Appo, Hyung," rintih Taehyung.

Tangan Taehyung mencengkeram kuat perut bagian kanannya. Bibirnya terbuka lemah meraup sisa-sisa oksigen yang mampu ia dapatkan.

"Sebentar, Tae! Hyung akan mengambil obatmu!"

Dokter Jiyong membuka laci nakas untuk meraih dua tabung obat milik Taehyung. Ia mengambil dua obat dari masing-masing tabung lalu memasukkannya ke dalam mulut Taehyung.

"Telan, Tae!" titah Dokter Jiyong.

Meski rasanya sangat menyakitkan, tapi Taehyung tetap menelannya tanpa bantuan air minum. Setelah tertelan, refleks tubuhnya bersandar pada bahu kokoh sang dokter.

Forgive Me (COMPLETED)Where stories live. Discover now