Flashback 1

14 1 0
                                    

[Unknown P.O.V]

Hembusan angin menerpa surai depan Reil. Rambutnya dibiarkan terurai begitu saja. Bulan April dengan pepohonan yang indah, Reil hanya duduk termenung sejak dua jam lalu.

Kurang dua bulan lagi Reil akan pergi ke luar kota. Tidak ada pilihan lain bagi ia. Pasalnya, Reil sendiri belum pasti akan pilihannya.

Ayah Reil dipindah tugaskan. Reil tidak ingin sendirian di rumahnya.

Rumah Reil begitu indah. Terlebih letaknya yang dekat dengan hutan hijau dan tebing, serta air terjun. Rumah Reil tidak sepenuhnya bisa dibilang terpencil. Ada sebuah losmen, sekitar 4 km sebelah timur danau.

Rumah Reil dan jalan raya dibatasi oleh gerbang besi yang berjarak 2 km jauhnya, dijaga oleh seorang tua yang ramah.

Reil sangat suka berjalan-jalan. Hari ini ia duduk santai di hutan di belakang rumahnya. Dari tempat ia duduk, ia bisa melihat seorang anak laki-laki kecil tengah berlarian sambil tertawa lepas. Reil tersenyum.

Ayah memanggil Reil untuk masuk ke dalam rumah. Reil berdiri dan berjalan menuju pintu samping. Interior rumah Reil cukup menawan. Piano di ruang tengah, Reil suka saat jemari ayahnya menekan lembut tut hitam putih itu.

" Ayah benar-benar akan pergi?"

Reil menatap ayahnya sendu. Sang ayah menatap putrinya lama, lalu menunduk dan mengusap puncak kepala putrinya.

" Kita tidak ada pilihan, bukan?"

Reil mengangguk pelan. Bibirnya masih cemberut walau ayahnya sudah berlalu.

Seberkas cahaya menyakiti mata Reil. Bulan April tidak seharusnya seburuk ini. Cuaca yang terang mendadak berubah menjadi hujan deras.

Cahaya yang tadi masih enggan beranjak dari pelupuk mata Reil. Reil mengerjap beberapa kali. Disaat itulah pandangannya menangkap sesuatu.

Pintu depan yang terbuka lebar dengan cahaya-cahaya petir di luar. Ya, cahaya itu yang akan selalu menumbuhkan rasa takut Reil.

Ayahnya...

" Ayah!"

*** [Unknown P.O.V end] ***

" Kalau kamu bosan, kamu boleh nonton tv."

Suara itu membuat telingaku berdengung kencang.

Kepalaku berdentum. Aku menatap ke sekeliling, harapanku beberapa detik lalu mendadak luntur. Aku tidak sedikitpun berpindah dari tempat ini.

Saat itupun, tiga bulan lalu, aku berusaha untuk kabur dari tempat ini. Suasana rumah yang sepi. Kukira aku bisa bebas untuk melepaskan rantai ditanganku dengan kunci yang tidak sengaja jatuh dari sakunya saat ia jongkok. Susah payah aku menggigiti pangkal anak kunci itu, berusaha memutarnya agar rantai ditanganku terlepas.

Butuh waktu lama. Karena suasana yang sangat sepi, sempat aku mengira ia pergi mengambil susu atau apalah, yang jelas ia pergi.

Saat usahaku berhasil, aku menurunkan kedua tanganku yang terasa sangat pegal. Posisi seperti itu membuatku (sepertinya) harus membeli minyak oles. Harus kuakui, sakit.

Aku menatap nanar kedua pergelangan tanganku yang merah karena darah. Rupanya penolakan dan perlawananku terhadapnya selama ini berbuah begitu nyata. Tanganku ini buktinya.

Aku mengendap-endap menaiki tangga ruang bawah tanah rumah ini. Perlahan menuju pintu dan membukanya.

Gelap.

Iya, hanya ada sapu dan alat kebersihan lainnya. Dalam gelap mataku masih bisa menangkap kenop pintu di sebelah kiriku. Perlahan aku mendekatinya. Meletakkan tanganku di atas kenop itu.

Krek...

" Nggak kerasan ya?" sebuah suara mencicit.

Tubuhku tegang seketika. Suara itu cukup keras kudengar. Aku menoleh.

Seorang anak laki-laki berdiri dibelakangku sambil tersenyum. Nampak tubuhnya berkilauan.

" Mbak, nggak kerasan ya? Memangnya Reil itu jahat ya?" ucapnya.

Mataku terbelalak horor. Sejak kapan anak kecil itu hobi berada di tempat gelap dan berdebu seperti ini. Aku menatap anak itu tidak berkedip.

" Mbak, Reil baik kok. Reil cuma mau menyelamatkan Mbak aja. Kalo misal Mbak nggak dikurung Reil disini, Mbak mungkin udah amburadul."

Senyum di bibirnya makin lebar. Mataku bergantian menatap antara mata, bibir, dan benda berkilauan pada tubuh anak itu. Anak yang tingginya belum mencapai pundakku itu nampak aneh dalam keadaan gelap begini.

Krek...

Pintu di belakangku terbuka. Aku menoleh, menyaksikan cahaya yang sangat kurindukan. Ingin sebenarnya aku untuk melompat keluar dan berselebrasi. Tapi kini, lihatlah siapa yang tengah berdiri menghalangi cahaya itu untuk menuju mataku.

Sesuatu yang ramping dan runcing menembus kulit leherku. Rasanya sedikit nyeri. Aku merasa seperti ada yang bergerak di dalam leherku.

Rencana melarikan diriku gagal total. Si gila dan laki-laki kecilnya itu berhasil memergokiku.

Si gila itu menatapku ambigu, lalu kemudian bertepuk tangan.

" Gadis manisku yang pintar mulai membangkang. Wah wah wah, apa ini Theo?" ujarnya mendayu-dayu. Sejujurnya, di telingaku terdengar seperti nyanyian kematian.

" Aku bersembunyi darimu. Lalu aku bertemu mbak ini. Aku menegurnya. Hanya itu."

Si gila itu menjawab, " daaaaaan?"

Theo tersenyum.

Aku masih bisa merasakan sebuah jarum suntik di leherku, menancap dengan bangganya seakan ingin melubangiku lebih dalam lagi.

" Ingin tusukannya lebih dalam, hm?" tanya si gila itu.

Aku terkejut mendengar hal tersebut. Si gila itu tersenyum, " Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Maka dari itu..."

Kalimatnya sengaja ia gantung, dengan tubuhnya yang berangsur mendekatiku. Menghembuskan nafas hangat di telingaku. Berbisik perlahan disana, seakan tak ingin orang lain tahu. Tapi, oh astaga, hanya kami bertiga disini. Atau, berlima?

"... berhati-hatilah dalam bertindak. Jangan coba-coba untuk melakukan yang aneh-aneh. Paham?"

Aku memaku ditempat, hanya diam. Si gila ini mengantarkan adrenalinku ke ubun-ubun.

Satu sisi diriku berkata agar aku kembali ke bawah dan mendekam disana. Satu sisi diriku berkata aku harus segera lari dari tempatku sekarang. Masalahnya, ini semua sangat membingungkan.

Ba... bi... bu...

Aku memilih.

Kulangkahkan kakiku, lalu kemudian...

____________________________________

Iya, sementara ini dulu ya. Authornya lagi capek senam jari mulu.

Author lagi dihadapkan oleh bejibun ujian, jadi mohon doanya agar author dapet nilai yang bagus ya. Dan semoga semua cita-cita author juga tercapai.

Amiin~

Eng, vommentnya jangan lupa ya :)

Regard,

NiinA~

Jangan Berisik [HIATUS]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin