Chapter 16

877 92 10
                                    


Hijikata membuka matanya. Selimut yang ia pakai hanya menutupi setengah tubuhnya. Kepalanya tak lagi bersandar pada bantal dan bantal itu sudah berada di sebelahnya.

Mata Hijikata tertuju pada langit-langit kamar tidurnya, berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

Semalam, Hijikata meminta Mitsuba untuk memanggilnya Toshi dan Mitsuba mengiyakan.

"..........."

"Kenapa, Toshi-san?" kata Mitsuba. "Kok, mendadak kamu diam?"

Wajah Hijikata yang sedang mengingat kejadian semalam mendadak merah padam.

Ugh! Kenapa aku harus bicara seperti itu pada Mitsuba!? Ini baru hari ketiga dan pergerakanku cepat sekali! Tolol kau, Toshi! Apa yang kau lakukan!?

Hijikata kini duduk, menggaruk kepalanya, dan menggerutu. "Aku ingin cepat-cepat kembali bertugas..."

Hijikata mengusap-usap wajahnya, mengambil sebungkus rokok yang ada di samping futon-nya, dan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi.

Hijikata menutup pintu kamar dan terdiam sebentar. Jika dia ingin pergi ke kamar mandi, dia harus melewati ruang keluarga dan dapur. Kemungkinan besar, Mitsuba ada di salah satu ruangan itu.

Haruskah aku mandi?

Hijikata membakar sebatang rokok dan menyeret tubuhnya untuk melewati dua ruangan itu. Tiba-tiba, Mitsuba keluar dari ruang keluarga.

"Ah," Mitsuba terlihat agak terburu-buru. "Aku pergi sebentar, ya?"

"Kamu mau kemana?" tanya Hijikata dengan rokok di mulutnya.

"Semalam aku bilang mau memasak tempura, tapi udangnya tinggal dua. Aku beli dulu ke supermarket," kata Mitsuba.

Hijikata terdiam sejenak. Penampilan Mitsuba membuatnya tercengang. Mitsuba mengenakan sweater merah muda dengan tulisan "JAPAN" dan celana jins pendek.

Tidak. Itu hot pants.

"Sebentar ya," Mitsuba berjalan cepat melewati Hijikata. "Ada susu di lemari es, kamu minum saja dulu."

Langkah Mitsuba terhenti. Hijikata menggenggam tangannya secara tiba-tiba.

"Biar aku saja," kata Hijikata tanpa menoleh pada Mitsuba.

Wajah Mitsuba memerah. "Tidak apa-apa, sebentar saja, kok."

"Tidak dengan celana sependek itu, Mitsuba-san," Hijikata berbalik dan melepaskan genggamannya. "Kamu tunggu saja di rumah. Aku juga sekalian mau beli rokok."

Hijikata melewati Mitsuba dan melambai. "Sebentar, ya."

Mitsuba memainkan rambutnya. "Maaf merepotkan... Toshi-san."

Jantung Hijikata nyaris meledak. Mitsuba baru saja memanggilnya Toshi.

"Ya," Hijikata tidak berbalik dan berjalan menuju kamarnya untuk mengambil dompet.

Hijikata menoleh pada Mitsuba. "Lain kali, jangan pergi mengenakan celana pendek tanpaku."

Mitsuba tersenyum lebar dan mengangguk. "Iya, Toshi-san! Aku kembali memasak, ya!"

Hijikata masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan pelan. Mendadak, dia terduduk dan memegangi kepalanya.

Toshi! TOSHI! MI-MITSUBA MEMANGGILKU TOSHI! KENAPA SECEPAT ITU!? KENAPA DIA MANIS SEKALI!? KENAPA AKU MELARANGNYA MENGENAKAN CELAN PENDEK! TOSHI!!!!

APAKAH AKU BERLEBIHAN!? MITSUBA TIDAK BENCI PADAKU, KAN!? TOSHI!!!! ADA APA DENGANMU!? KENAPA KAMU SOK KEREN!? KENAPA TULISANNYA JADI BESAR-BESAR!? CAPS LOCK-NYA RUSAK!?

Hijikata mengembuskan asap rokok dan mengambil dompetnya. Dia berjalan keluar kamar menuju pintu depan.

"Ittekimasu!" teriak Hijikata.

"Itterasshai!" balas Mitsuba.

Hijikata memakai sneakers-nya dan berjalan keluar rumah. Saat hendak berbelok, sesuatu yang panjang dan berkilau nyaris menyentuh lehernya.

"Sedang apa kau di kediaman Okita sepagi ini?"

Hijikata menoleh. Dia tahu benar siapa pemilik pedang itu.

"Oi, Zura," Hijikata mengembuskan asap rokok dengan tenang.

"Zura janai, Katsura da," pedang Katsura masih menghalangi wajah Hijikata. "Sedang apa kau?"

Hijikata mendengus. "Aku kira kau sudah tahu."

"Misi apa yang sedang kau jalani?"

"Tanya saja pada Shiroyasha-dono."

"Misi yang kalian lakukan dan kenapa aku tidak diajak?"

"Misi personal, Zura. Aku harus pergi."

"Zura janai, Katsura da! Misi apa!?"

"Aku harus membeli udang di supermarket."

"Aku juga mau membeli bayam di supermarket."

"Ya, bareng saja."

"Boleh."

Life After WarWhere stories live. Discover now