Chapter 24

810 83 13
                                    


"Darin?" Kagura bengong melihat Sougo yang sudah berada di depan pintu rumah Yorozuya. "Ada apa?"

"Bolehkah aku masuk?" tanya Sougo dengan sopan.

"Masuk saja," Kagura mempersilakan Sougo.

Sougo meletakkan katana-nya di samping meja makan dan membaringkan tubuhnya di atas tatami.

"Mana Danna dan Tsuki?" tanya Sougo.

"Mereka makan malam di kediaman Hinowa. Gin-san bilang dia akan pulang pukul 21.00," jawab Kagura.

Sougo menatap langit-langit ruangan. Sebenarnya, dia ingin marah. Dia ingin mengacak-acak rumah Yorozuya. Tapi, Kagura berhasil menahan emosinya.

Sougo memiringkan tubuhnya menatap jendela yang terbuka lebar, membelakangi Kagura.

"Darin," Kagura sadar ada yang tidak beres pada Sougo. "Ada apa?"

Sougo menarik napasnya dalam-dalam. "Apakah aku salah jika aku membenci Hijikata?"

Kagura mendengus pelan. "Poninya yang berbentuk huruf V itu memang menyebalkan."

"Kagura."

"Tentu saja tidak."

"Kenapa?"

"Dia berhasil mengambil hati anego dan kau tidak suka itu."

"Bagaimana kalau aku membunuhnya malam ini?"

"Anego akan sedih sekali, Darin."

Sougo tak menjawab. Dia benar-benar kesal.

"Darin," Kagura ikut berbaring di samping Sougo dan mengusap-usap lengan Sougo. "Jika kamu terus mempertanyakan apakah Hijikata layak untuk hidup bersama anego, kau tidak akan pernah menemukan jawabannya."

Sougo masih tak menjawab.

"Biarkan saja dan tak usah ikut campur terlalu dalam untuk urusan ini, Darin. Biar Gori dan Gin-san yang bergerak. Kamu hanya terlalu khawatir akan keadaan anego," ucap Kagura.

"Ada dua perempuan yang aku lindungi dalam hidup ini. Kamu dan aneue. Dua orang ini penting bagiku, Kagura."

"Jika kamu tidak ingin ada yang terluka meski hanya goresan tipis, kamu harus memilih salah satu untuk kamu lindungi. Jika kamu bersikeras ingin melindungi keduanya, ada yang terluka di antara kami."

Sougo mendesah. "Aku hanya ingin pilihan aneue tepat, Kagura."

"Menurutku tepat. Kamu saja yang tidak menerimanya dengan lapang dada. Kamu memilih untuk membenci Hijikata karena dia pernah menolak cinta anego."

Sougo tidak menjawab.

"Aku tahu kau masih dendam pada Hijikata soal itu. Tapi sekarang, Hijikata-san telah menarik omongannya, bukan?"

"Dia meremehkan aneue, Kagura."

"Menurutku tidak. Dan kau tahu kenapa dia terlihat seperti meremehkan anego."

Sougo tentu ingat dengan apa yang dimaksud Kagura. Menjadi seorang samurai sama dengan menenggak darah manusia. Hijikata tidak mau mengambil risiko akan hal itu. Hijikata memang sekilas memandang lingkungan sekitarnya dengan remeh. Tapi, hal itu menyebalkan bagi Sougo.

"Aku tahu," jawab Sougo pelan. "Aku hanya merasa kesal, itu saja."

"Seharusnya kamu senang karena Hijikata-san sudah banyak kemajuan sekarang," kata Kagura sambil mengusap-usap kepala Sougo. "Mau makan?"

Life After WarWhere stories live. Discover now