8. Kenyataan

818 135 27
                                    

Brugh!

Plak!

"BODOH! TIDAK BISAKAH KAU LAKSANAKAN TUGAS ITU DENGAN BAIK, EOH?"

"Ma-maafkan aku." rintihnya.

"Harus berapa kali aku memperingatkanmu?" mengambil sapu tangan yang berada di atas meja, pria tua itu menyapu tangannya yang telah terdapat beberapa bercak darah dari seseorang yang baru saja ia pukul. Mendekatkan diri pada Jeonghan, lalu berbisik lembut namun mengintimidasi. "Kau akan mati di tanganku."

Brak!

Usai ketua Choi itu membanting pintu, dengan cepat beberapa orang bawahan membereskan berkas yang sudah berserakan. Memungut kertas putih yang turut mendapatkan beberapa tetes darah.

Jeonghan meringis. Mengusap sudut bibirnya lalu menyeka hidung yang mengeluarkan darah tanpa henti sedari tadi.

"TINGGALKAN AKU DAN JEONGHAN SEKARANG!"

Jisoo memang bukan pemimpin mereka. Namun, mengingat bahwa keberadaan Jisoo di keluarga Choi cukup diistimewakan, tentu mereka akan menurut dengan apapun yang keluar dari bibir kucing itu.

"Kau tak apa?" tanya Jisoo seraya mendatangi Jeonghan. Mendekatkan diri pada pria manis satu itu lalu memicingkan mata untuk memperhatikan luka yang terukir di sana.

Namun, Jeonghan menolak keberadaan Jisoo. "Tidak usah ikut campur!"

"Ya! Aku hanya ingin membantumu, Yoon Jeonghan! Kenapa kau begitu benci padaku?"

"Apa aku meminta bantuanmu? Kalau begitu, pergilah!"

"Astaga! Apa kau marah padaku karena menginginkan Seungcheol? Kalau iya, aku akan menghindarinya detik ini juga!"

"Kau pikir aku menyukainya? Aku bahkan mual setiap melihat senyumannya."

Jisoo mematung di tempatnya. Ternyata, apa yang ia perkirakan selama ini salah. Jeonghan begitu benci padanya bukanlah karena cemburu.

"Jadi, kenapa kau membenciku?"

"Kau bagian dari mereka." ujar Jeonghan lalu melangkah keluar meninggalkan Jisoo yang masih mematung. Sedikit menabrakan dirinya pada Jisoo, melangkah pergi tanpa menoleh sedikitpun.

"Aku? Bagian dari mereka?"

• • •

Setelah pengakuan Seokmin kemarin, keduanya berubah sedikit canggung. Tanpa mengatakan apapun sepanjang perjalanan menuju apartemen Jun dan Minghao. Seokmin terlalu sibuk dengan jalanan ramai di depannya dan Jisoo sibuk terpaku oleh benda persegi di tangannya -kembali berselancar di dunia maya untuk mencari berita mengenai kematian kedua orang tuanya-.

Menarik nafas panjang, usahanya untuk mencari berita mengenai tumbal keluarga Choi memang tidak pernah membuahkan hasil. Berita yang beredar selalu saja simpang siur, membuat Jisoo semakin pusing.

Memijat pelipisnya yang terasa mulai sakit, ia memejamkan mata sejenak. Tanpa sadar Seokmin mulai memperhatikannya. Mendengar Jisoo beberapa kali menghela nafas frustasi, membuat pria mancung itu sedikit khawatir.

Devil's Punishment (✓)Onde histórias criam vida. Descubra agora