Assistance

140 20 0
                                    

Disarankan untuk memutar mulmed





.
.





"Look at me! Look at your reflection!"



Gadis itu kukuh tetap menolehkan pandangan ke arah lain, enggan menatap pantulan wajahnya yang telah berlumuran darah senja hari itu.



"Aku tidak mau pemuda itu menjadi pasangan kita saat kompetisi."



"Keurom?"



"Aku hanya ingin sendiri, tanpa bantuan orang lain."



"Tapi, kau tidak perlu melukainya bukan!!"



Kiky berseru pada refleksi dirinya di depannya, di dalam cermin kotor itu, menatap dengan penuh sesal ke tangannya yang menggenggam sebuah pisau lipat. Berlumuran darah segar beberapa tikus putih yang entah milik siapa.










"Well, I'm thirsty Kiky..."



Tawa mulai menggema di gang sempit itu, tawa kecil nan licik.












Meow ~



Suara eongan seekor kucing berbulu abu-abu di ujung gang ini menginterupsi tawa bahagia seorang Kikyo. Kepalanya menoleh perlahan, seekor tikus di ulurkan pada kucing itu.



"Come here little pussy... I have something for you..."



Dengan lari kecil kucing itu menghampiri gadis itu sehingga seringai menyeramkan tersungging di bibirnya. Then....








Sraat!



Darah segar mengalir deras dari perpotongan leher dan kepala kucing yang belum terpenggal seluruhnya itu. Kiky menangis dengan wajahnya terciprat bercak darah kucing itu.



"Mianhae... kucing, maafkan aku. Kikyo.. I hate you so much!"









"Ya! Mwohago issni? Neo..."



"Gaman isseo!"



Seruan itu membuatnya bungkam. Darah di tangan gadis itu, serta bangkai kucing di pangkuannya membuat tekanan jantungnya meningkat. Belum lagi beberapa makhluk kecil berbulu putih di ujung kakinya.










"Kiky ah.... aku tahu itu bukan kau."



"Kau tahu apa?! Kau tidak tahu! You don't know anything!"







Pemuda itu, Yoo Siwoo. Meskipun terlihat syok, tetap saja dia berjalan mendekat ke arah gadis berlumuran darah itu.



"Jangan mendekat!"



Siwoo menghentikan langkahnya sejenak lalu kembali melangkah, dia berjongkok di samping Kiky dengan tangan yang terjulur ke arah pisau kecil yang masih basah akan darah.












Bruk



Kiky menubruk tubuh Siwoo sampai terjatuh ke belakang, pisau di tangannya terhenti di ujung hidung pemuda itu karena Siwoo menahan pergelangan tangan Kiky. Dengan keyakinan penuh, Siwoo meraih pisau itu, membuat luka di telapak tangannya. Menyingkirkan nya hingga Kiky tersadar sepenuhnya.








"Mianhaeyo... hiks.. hiks.."



Kiky melepaskan pisau di tangannya, membuat Siwoo lega. Setidaknya telapak tangannya tidak terluka terlalu dalam.



"Uljimaseyo, kau tidak salah. Ceritakan semuanya padaku, aku akan membantu mu."



Dengan perlahan tangan Siwoo mengelus surai Kiky yang sedang terisak di dadanya, menyesali saat saat sebelumnya di kala dia melukai pemuda di hadapannya, mencuri sekandang tikus putih, lalu membunuhnya, membunuh kucing yang tidak berdosa dan percobaan pembunuhan yang gagal baru baru ini.









"Can I trust you?"



Kiky menyingkir dari posisinya, Siwoo pun ikut bangkit dan duduk di sampingnya, menatap sarat pengertian pada Kiky. Tangannya menggenggam erat tangan Kiky.









"Of course, trust me! Let's be a friend!"



Kiky tersenyum tipis dan mengangguk, setidaknya dia harus belajar mempercayai orang lain sekarang. Di mulai dari pemuda ini, Yoo Siwoo.



.
.
.



"Mian, kegiatan kita terganggu karena aku."



Mereka berada di perpustakaan kota, membereskan buku buku yang tadinya langsung terbengkalai karena Kiky berlari keluar setelah melukai Siwoo.



"Gwaenchana, tersenyumlah Kiky."



Kiky tersenyum tipis padanya, Siwoo sendiri tersenyum sangat lebar memperlihatkan gigi giginya yang kecil bahkan kantung matanya menyembul di bawah matanya. Membuatnya terlihat lucu.








"Mian.."



"Ssshh... kenapa kau terus minta maaf padaku, eoh? Kau tidak bersalah, jadi berhenti minta maaf atau aku akan marah padamu!"



Jemari Siwoo yang panjang menyentuh bibir Kiky, menyuruhnya diam. Sementara gadis itu sibuk bermain dengan pikirannya sendiri. Kenapa dia menjadi seperti ini?








"Kalau mau marah, marah saja."



Kiky menenteng tas nya dan beranjak keluar dari rak rak buku yang menjulang di sekelilingnya, Siwoo menyesali perbuatannya telah berani bermanja manja dengan gadis anti sosial seperti Kiky Choi. Dengan kaki yang panjang, dia berjalan cepat menyusul gadis itu.



"Ya, chamkkan!"     "Chamkkan!"









Siwoo maupun Kiky juga seorang pemuda lainnya terdiam, Siwoo menatap pemuda itu tajam seolah musuh utama dalam hidupnya. Sementara yang ditatap bingung dengan siapa Siwoo? Kiky berharap dia bisa keluar dari sini dengan mudah sekarang juga.
.
.





Tbc

Oneirokinesis ~ Kim Jisung TRCNG (COMPLETED)Where stories live. Discover now