Kotak Kayu

7 1 0
                                    


Aku terbangun dari tidurku ketika suara jam pendulum berbunyi di siang hari. Pada akhirnya Rudy tidak berhenti tertawa sampai tengah malam tadi. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Mungkin Mary tahu pikirku, yang mulai meniti tangga menuju lantai bawah. Kepalaku masih pusing karena kurang tidur dan aku cukup sadar bahwa kantung mataku menebal. Aku memanggil Mary sedari tadi namun masih belum ada jawaban darinya. Aku ke dapur dan menemukan Rudy di sana.

"Hei, apa yang kau lakuka— Kata kataku tersangkut di tenggorokan. pikiranku tidak bisa mencerna apa yang aku lihat saat ini. Temanku—temanku yang berteriak seperti orang gila tadi malam. Sekarang dia sedang mencekik seorang perempuan dengan rambut dikuncir yang sudah tidak berdaya.

Mary jatuh begitu saja dari tangan Rudy, badannya sudah pucat dan membiru di lantai yang berbunga. Dengan cepat aku mengambil sebuah pisau di laci sebelahku. Rudy masih menatap tubuh Mary yang terkulai di bawah kakinya.

"Ia sudah terbebas dari kutukan" Ujarnya dengan tatapan yang masih terpaku ke Mary. Lalu, ia menatap mataku dengan tajam.

Aku merasa seperti seluruh otot di tubuhku menegang dengan kencangnya, menarik seluruh indraku untuk bekerja. Tanganku gemetar, Bulu kudukku berdiri, dan entah sejak kapan hawa di ruangan ini menjadi dingin. Rudy mulai berjalan ke arahku.

"Tenanglah, kawanku. Aku di sini sebagai penyelamat mu." Tangannya terbuka seolah ingin memelukku. Kakinya mulai mengambil langkah satu persatu. "Suara ini terus menghantuiku, suara yang beterbangan di kepalaku. Aku harap aku bisa kabur dari ini semua namun, aku tidak bisa. Ini adalah kutukan ku. Dan kau sudah dihinggapi kutukanku ini. Oleh karena itu, diamlah dan aku akan melepaskanmu dari kutukan ini." Ia mulai berlari dan berusaha meraih leherku.

Tanpa sengaja aku sudah menghunuskan pisau di tanganku ke perutnya. Gerakannya terhenti hanya beberapa langkah dari ku. Lalu, ia berjalan dan memelukku dengan tubuhnya yang bermandikan darah.

"Cepatlah pergi dari sini, kau sudah membunuh seseorang. Cepatlah, sebelum kotak musik mulai berbunyi." Ujarnya. Untuk sekilas aku melihat diri Rudy yang kukenal dari dulu. Sesosok orang baik yang polos. Lalu, ia pun terjatuh di sampingku dan menghembuskan napas terakhirnya,

Aku merasa akal sehatku mulai memudar semakin lama aku tinggal di sini dan aku mulai tahu kutukan yang dimaksud Rudy. Ini adalah kutukan yang mutlak, kau tidak bisa lari darinya. Mereka semua terus beterbangan dalam pikiranku, bahkan dalam mimpiku. Mereka berubah bentuk, terkadang itu adalah bayangan yang sangat buruk rupa dan terkadang mereka berbentuk suara yang terus menghantuiku siang dan malam. Namun aku tidak perlu khawatir akan itu semua, karena aku memiliki mu. Wahai bidadariku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kutukan Kubah PutihWhere stories live. Discover now