1. The Business

24.6K 1.1K 11
                                    

Demam-demam liburan tahun baru belum usai. Tapi, kerjaan Alin masih sama banyaknya dengan kerjaan akhir tahun. Bagi orang di balik layar televisi kayak Kalina memang nggak kenal kata libur. Pulang jam sepuluh pun dijabanin sama Kalina kalau memang selesai syuting jam segitu.

Kadang temen-temennya bertanya, pulang tengah malam tanpa minta dijemput gimana Alin bisa berani. Kalau mikirin resiko sih, sebenernya Alin juga takut kalau misalnya ada begal atau ada apa gitu. Tapi mau gimana lagi, tuntutan profesi yang memaksa Alin pulang malam setiap hari. Mau minta jemput orang rumah juga banyak nggak bisa. Dia ini anak kedua dari lima bersaudara. Punya adik laki-laki satu yang malesnya minta ampun kalau dimintai tolong. Padahal kalau minta uang sama Alin lemes banget tangannya.

"Lin, lagi ngapain?" Alin yang sedang berbicara bersama beberapa camera person yang bakal stand by untuk liputan live nanti siang menengok saat producer-nya memanggil.

"Lagi ini, Mbak, nge-fix-in campers* buat Seleb Update," jawab Alin dengan gulungan kertas di tangannya.

"Gue tunggu di meja rough cut* ya."

Setelah Mbak Cici berlalu, Alin kembali berunding sama beberapa camera person-nya. "Mas Adit bisa ya?"

"Oke siap."

Alin mengembuskan napas lega, satu kerjaannya sudah kelar. Memastikan siapa camera person yang bakal meliput syuting acara infotainment nanti siang.

Alin berniat membikin kopi lebih dulu di pantry saat tersadar kalau Cici menunggunya di meja rough cut. Ah, kerjaannya masih banyak sekali yang belum selesai. Segera Alin melangkahkan kaki ke meja rough cut, daripada kena omel sama Cici.

"Duduk, Lin." Cici menepuk kursi di sebelahnya saat melihat kedatangan Alin. "Kerjaan lo yang liputan Police Line mana?"

Alin mengutak-atik komputer di depannya. Tangannya menari-nari di atas mouse komputer. Senyum lebar dia sunggingkan saat kerjaan yang dimaksud Cici dia temukan. "Ini, Mbak."

"Oke, gue preview dulu."

Alin menunggu Cici selesai mengecek video liputan yang tadi Alin rough cut. Satahun kerja di Good Tv dan posisinya masih stuck di sini, Production Assistant.

Kalau ditanya apakah Alin merasa nyaman di sini, Alin akan menjawab nyaman-nyaman saja. Politik kerjaan pasti ada. Untungnya Alin nggak punya masalah dengan rekan kerjanya yang bisa nyebabin breng atau memicu ketidakkerasanan di kantor. Alin sih netral, meski ada satu dua orang yang tidak begitu Alin sukai. Seperti Versha, Floor Director di tim sebelah atau Chika, kreatif, yang selalu bikin Alin muak dengan gaya-gayanya. Beruntungnya Alin nggak satu tim sama mereka dan Alin juga nggak terlalu deket sama mereka. Jadi Alin nggak perlu nambah banyak dosa dengan menampakkan muka dua sama mereka.

Deheman dari Cici membawa Alin ke dunia nyatanya lagi. Dia menatap Cici penuh minat, kali aja kerjaannya udah bagus. Jadi Alin nggak perlu lama-lama di meja rough cut lagi.

"Udah bagus sih," ujar Mbak Cici. Dia menjeda sebentar. Cici menggigit bibir atasnya berpikir, "Tapi, tadi ada gambar yang goyang, Lin. Yang waktu liputan razia lalin di Kemanggisan. Lo ganti sama video lain ya. Nanti kalau beres langsung kirim ke editing aja."

The Story Went [PINDAH TAYANG DI INNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang