2. Narendra Affan Nasution

56.1K 2.6K 38
                                    

Segala hal jika melibatkan Allah akan mudah menjalaninya. Termasuk mengikhlaskan seseorang yang kita sayang.

* * *

Semilir angin berhembus kencang, malam ini hujan tidak turun namun udara terasa dingin. Beruntung malam ini Affan menggunakan sweeter tebal untuk duduk di kursi balkon kamarnya. Sendiri, sepi dan sunyi sudah seperti teman akrab Affan.

Sejak kepergian Hanin, Affan belum mempikirkan untuk menikah lagi. Jika saja sang Bunda tidak menjodoh-jodohkan dengan anak teman beliau, Affan nyaris tidak mempikirkan untuk menikah. Prioritas Affan hanya si kembar.

Bahkan minggu lalu, Affan dengan segala pesonanya menolak wanita cantik nan solehah bernama Almira Sabrina, wanita manis yang keibuan, nyaris tidak ada cela. Hanya satu kekurangan nya yaitu, tidak berhasil membuat Affan melupakan sosok almarhumah Hanin. Mengingat Hanin, Affan menghela nafas berat, mengapa sangat sulit untuk melupakan bayang-bayang ibu dari si kembar itu?

Ceklek! Mendengar ada yang memasuki kamarnya Affan segera masuk kedalam kamar dan menutup pintu balkon . Ternyata yang datang adalah Wulan—Bunda dari Affan.

Wulan menepuk sofa, mengisyaratkan Affan untuk duduk di sampingnya. Affan yang mengerti isyarat Bunda nya langsung duduk di samping sang Bunda.

“Fan, gimana kabar cucu Bunda? Udah satu minggu Bunda nggak lihat. Kamu juga jarang main ke rumah, sibuk banget apa? Sesekali main ke rumah Bunda, Bunda juga kangen sama Hasan dan Hana.” Wulan memberikan pertanyaan bertubi ke Affan.

“Maaf Bun, Affan lagi banyak klient dari luar negeri jadi, harus Affan sendiri yang handle, nggak bisa di wakil kan. Alhamdulillah si kembar sehat Bun, maaf juga Affan belum bisa main ke rumah. Gimana kabar Ayah, Bun?”

“Ayah baik. Kenapa kamu kemarin batalin rencana melamar Almira, bukanya kamu janji akan menikah lagi, kenapa malah begini! Belum siap lagi!?” Wulan kesal sekali dengan anak sulungnya ini, masih teringat jelas minggu kemarin Affan mengatakan setuju untuk menikah lagi dan akan segera melamar Almira, kenapa sekarang malah main batalkan saja.

Affan mengangguk membenarkan ucapan sang Bunda. “Bun Affan belum siap, pasti nanti Affan menikah tapi nggak sekarang.”

“Sudah Bunda duga kamu menjawab itu, Fan! Bunda udah tentuin kali ini, kamu nggak akan bisa nolak! Cukup sudah kamu memepermalukan Bunda dan Ayah dengan penolakan-penolakan kamu! Kali ini Bunda nggak menerima penolakan! Kamu harus mau dengan pilihan Bunda. Ayah juga setuju kok dengan Bunda,” ketus Wulan.

“Pasti Ayah setuju Bun, kalau Bunda udah nentuin sesuatu,”ucap Affan lesu.

“Nah! Itu kamu tahu, kenapa nggak nurut sama Bunda! Bunda nggak minta yang aneh-aneh kok. Bunda udah sabar ya, Fan! Ini udah tahun ke tiga kepergian Hanin kamu harus ikhlas sin kepergian dia, biar Hanin juga tenang di sana. Pasti Hanin juga sedih, lihat kamu kaya gini! Pikirin juga si kembar, mereka masih kecil. Butuh kasih sayang seorang Ibu!” Wulan berbicara dengan penekanan di setiap katanya.

“Affan lagi banyak kerjaan Bun, belum kepikiran menikah lagi,” ucap Affan setenang mungkin.

Netranya melirik pigura pernikahanya dengan Almarhumah Hanin.

'Mencintai kamu begitu mudah mengapa Melupakan kamu begitu sulit Hanin?' Batin Affan lirih.

Affan juga mempikirkan si kembar, benar kata Bundanya mereka juga perlu kasih sayang Ibu. Tapi! Bayang-bayang Hanin masih sangat terasa. Itu yang membuat dia sulit membuka hati untuk wanita lain.

ImamkuWhere stories live. Discover now