Bab 5 : You Must Die

4.3K 355 8
                                    

Jungkook melirik arlojinya, seraya mendesah panjang. Sesekali, sepasang matanya memandang pintu kafe tersebut. Menanti seseorang, yang tadi mengajaknya untuk bertemu. Ia kembali menyesap latte-nya yang hampir dingin, seraya mengetukkan jemarinya di meja.

Mata pemuda tampan ini mengernyit tak suka, tatkala melihat seseorang yang baru saja memasuki kafe itu. Ia diam-diam mengeraskan rahangnya, manakala orang itu tersenyum manis padanya. Orang tersebut, Park Jimin berjalan dengan santai menuju ke arahnya. Jika bukan karena pemuda itu seorang klient Wonwoo, Jungkook juga tidak akan sudi menampilkan senyumnya pada orang tersebut.

"Senang bertemu dengan anda lagi, Tuan Jeon." ujar Jimin. Pemuda tampan itu tersenyum ramah pada Jungkook, seraya menjabat tangannya. "Maaf untuk pertemuan kedua kita waktu itu, terkesan buruk."

"Tidak apa-apa, Tuan Park." tukas Jungkook. Pemuda tampan inipun membalasnya, masih menunjukkan senyum di wajahnya yang rupawan itu. "Saya mengerti akan sikap anda waktu itu," ujarnya lagi.

"Baiklah," Jimin melepaskan jabatan tangannya pada Jungkook. Pemuda ini duduk di hadapan Jungkook, lalu membuka tas jinjing di tangannya. Ia mengeluarkan berkas-berkas yang akan didiskusikannya dengan Jungkook. "Mari kita bahas beberapa berkas ini, Tuan Jeon."
**

Jungkook menghentakkan kakinya kesal, memasuki ruangannya dengan amarah yang membuncah. Sesosok rupawan ini melonggarkan dasinya, seraya melemparkan tas jinjingnya di sembarang arah. Menggeram kesal, ia menendang dan membanting semua barang yang ada di sekitarnya.

"Sialan," ujar Jungkook. Pemuda ini mendesis, seraya mendudukkan diri di sofa. Matanya masih berkilat, menunjukkan amarahnya yang tidak kunjung reda. Membuka dua kancing kemeja teratas, Jungkook menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. "Sebenarnya, apa mau Park sialan itu?"

"Cih," Jungkook berdecih. Pandangan matanya jatuh pada tas jinjing yang dilemparnya tadi, seraya tersenyum sinis. "Kerjasama? Menanamkan saham untuk Jeon Corp? Ingin menjalin hubungan baik dengan Jeon Corp, terutama dengan Jeon Jungkook?"

"Mustahil," ujar Jungkook. Pemuda ini kembali mengeluarkan segala sumpah serapahnya, meluapkan semua emosi yang sedari tadi ditahan olehnya selama rapat dengan Jimin. "Sejak dia mengambil milikku, tidak ada kata menjalin hubungan baik."

Sesaat kemudian, Jungkook pun mulai mengatupkan bibirnya. Sosok rupawan ini memijit pangkal hidungnya, seraya bersandar. Sepasang mata coklatnya terpejam sesaat, karena kepalanya terasa sangat pening.

"Jungkook, tolong aku!"

Jungkook kembali membuka matanya itu, tatkala kata-kata Hyeon Na tiba-tiba saja terlintas di otaknya. Pemuda ini mengerang pelan, manakala ia teringat wajah cantik Hyeon Na yang begitu sendu dan tampak sangat menyedihkan di matanya. Gadisnya butuh bantuannya, entah apa yang harus dilakukannya. Jungkook pun masih belum paham.

Jungkook ingin menemui Hyeon Na, agar ia bisa memperjelas maksud dari perkataan gadisnya kala itu. Namun sepertinya, dewi fortuna tidak berpihak padanya. Sejak Hyeon Na dengannya kepergok Jimin berpelukan di taman, ia tidak pernah lagi bertemu dengan gadis itu lagi. Ia ingin menghubungi Hyeon Na, namun nomor gadis itu tidak pernah aktif. Bukankah ini aneh?

"Haruskah aku mendatangi Hyeon Na di penthouse Jimin?" tanyanya pada diri sendiri. Pemuda ini menopang dagunya, membuat pose berfikir. Masih mencari cara, agar ia bisa menemui Hyeon Na.

"Ah!" desahnya. Pemuda tampan ini mengacak-acak surai hitamnya, seraya menunduk kesal. Kepalanya serasa ingin pecah, karena memikirkan Hyeon Na. Ia ingin mengabaikannya, namun mengingat wajah sendu gadis itu membuatnya urung untuk bersikap seolah-olah ia tidak tahu apapun.
**

Jimin memasuki penthouse-nya, ia berjalan dengan angkuhnya menuju ke ruang tamu. Matanya bergerak, sibuk mencari sosok istrinya. Tatapan matanya tertuju pada kamar pribadi keduanya, yang terletak pada lantai dua. Menghela nafas, pemuda tampan ini memanggil seorang kepala pelayan.

The Devil [Lengkap]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora