Bab 9 : Gone

4.1K 343 16
                                    

Di dalam ruangan bernuansa putih itu, sosok rupawan itu duduk seraya menyandarkan punggungnya pada tumpukan bantal. Bersusah payah, ia mengambil ponselnya di meja nakas yang terletak di samping ranjangnya. Menghidupkan ponselnya, pemuda ini tersenyum tipis. Pandangannya menatap layar ponselnya, yang saat ini menampilkan sepasang kekasih sebagai wallpaper.

Sepasang almond hitam itu berkaca-kaca, manakala ibu jarinya mengelus lembut layar ponsel tersebut. Sosok Jungkook yang merangkul bahu sang pujaan hati, sedangkan gadisnya mendongak seraya mengecup rahang tegas pemuda kelinci itu. Keduanya tampak bahagia, mengingat mereka mengambil foto tersebut saat merayakan hari jadi mereka yang kedua tahun.

"Mengapa?" tanya Jungkook. Sesosok rupawan ini mendongakkan kepala, seraya memejamkan sepasang mata bulatnya. Air mata itu mengalir, tanpa seizinnya. Seakan-akan, air mata itu tengah menertawakan sosok dirinya yang lemah.

"Mengapa hubungan kita harus berakhir seperti ini?" ujar Jungkook. Ia masih memandangi layar ponsel miliknya, seraya mengusapnya lembut dengan salah satu ibu jarinya.

Tawanya pun menggema di ruangan yang didominasi oleh warna putih itu, menertawakan nasibnya yang buruk. Juga, menertawakan kisahnya yang manis dan indah bersama Hyeon Na harus berakhir mengenaskan seperti ini. Air matanya tidak berhenti mengalir, walaupun ia terus menyeka air mata tersebut.

"Mengapa takdir tidak berpihak pada kita, Kimmy?" ujarnya. Ia menangis di sana, meluapkan semua yang telah ia rasakan dan pendam selama ini. Ia mengepalkan tangannya, seraya menutupi wajah rupawannya dengan salah satu lengan kekarnya. "Mengapa harus aku dan kau yang menjalani takdir sekejam ini, Kimmy?"

"Kimmy..."

Pemuda tampan bergigi kelinci itu meringis perih, manakala dirinya tak sengaja menggerakkan kakinya yang masih diperban. Jungkook mengerang sakit, saat kakinya yang diperban itu mengeluarkan darah segar hingga membasahi seprai putih tersebut.

"Arrgh!"

Suara erangan kesakitan itu terdengar memilukan, bagi siapapun yang didengarnya. Pemuda tampan itu memegangi kakinya, membiarkan darah segar itu membasahi tangan kekar nan berototnya. Bibirnya yang tipis itu terus berteriak kesakitan, juga memanggil-manggil nama sosok Wonwoo yang kini tidak berada di ruangannya.

Hingga tidak lama kemudian, seorang dokter dan beberapa perawat masuk ke ruangannya. Mulai mengambil tindakan, untuk kakinya yang saat ini terus mengucurkan darah. Jungkook mengambil nafas, wajahnya pucat pasi karena banyak darah yang telah keluar dari tubuhnya. Pemuda tampan ini pun mengatupkan mata, tidak sanggup bertahan lebih lama lagi.
**

Ruangan yang didominasi oleh warna abu-abu itu, seperti terkena badai angin topan. Kertas-kertas berserakan di lantai, juga beberapa pecahan barang pun berada di sana. Beberapa botol soju memenuhi meja kerja sosok rupawan, yang kini terduduk lemas di lantai karena terlalu banyak minum.

Jimin memegangi keningnya, sesosok rupawan ini menghela nafas karena merasa pening. Ia membuka sebuah botol soju lagi, lalu menenggak isinya. Entah sudah berapa kali ia meminum soju, hingga rasanya sesosok rupawan ini sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri. Ia menyandarkan punggung lebarnya, tatkala rasa pusing mulai menderanya.

PRANG

Ia melemparkan botol kosong tersebut pada dinding, membuat botol berbahan dasar beling tersebut pecah. Jimin menangis, menjatuhkan air matanya kembali. Sosok rupawan ini kacau, hanya karena wajah sedih Hyeon Na melintas begitu saja di otaknya.

"Mengapa harus aku?"

Kata-kata yang dilontarkan oleh sang istri, kembali berputar di otaknya layaknya film. Pemuda ini mengerang keras, merasakan sesuatu menghantam kepalanya. Jimin hanya mampu menggeleng pelan, seraya ia mengerjapkan matanya berulang kali.

The Devil [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang