Be Brave

33 14 18
                                    

"Nyatanya memiliki sebuah keberanian tidak membantumu lari dari rasa takut"
.

Gadis itu masih setia memegang ponsel pintarnya kala jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Sambil mengoyang-goyangkan kakinya yang terjulur lurus di bawah selimut. Minah-nama sang gadis-masih setia membaca dereta kata yang ada di ponselnya.

Bukan sebuah kalimat dari status teman-temannya di sosial media, bukan pula berita Idol kesayangannya yang baru saja melangsungkan Comeback mereka bulan ini. Melainkan sebah cerita misteri yang tengah Minah baca.

Kau bisa mengatakan kalau Minah adalah gadis pemberani. Minggu lalu kala teman-teman kelasnya meninggalkannya sendirian di kelas saat jam pelajaran malam berakhir, Minah sama sekali tak berkutik.

Padahal saat itu dirinya baru saja terbangun kala jam sudah menunjukkan pukul 3 lewat 43 menit, dan keadaan sekolah sudah sepenuhnya sepi. Bahkan segala bentuk penerangan telah penjaga sekolah matikan. Meninggalkan Minah dengan suasana sekolah yang mencekam dan gelap gulita.

Jika kau tanya bagaimana Minah saat itu, dia tak bereaksi berlebihan. Hanya terbangun dari tidur malamnya, memerhatikan seluruh penjuru kelasnya yang sudah gelap gulita, lantas menyusun sisa-sisa buku belajarnya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya dengan santai.

Gadis berwajah mungil itu melenggang dengan santainya. Membawa serta tubuh malasnya dan rasa kantuk yang masih bersarang di matanya, melewati koridor sekolah yang hanya di hiasi lampu pijar minim cahaya.

Minah hanya memerhatikan beberapa objek yang menimbulkan suara-suara aneh untuk sesaat. Seperti kaleng minuman soda yang bergelinding sendiri-Minah berasumsi itu hanyalah ulah tikus malam-, suara langit-langit sekolah yang sedikit gaduh-dan kali ini Minah berfikir itu hanya seekor kucing yang bermain-main disana-. Serta suara meja atau kursi-Minah tak terlalu yakin, gadis itu terlampau mengantuk untuk memastikan hal itu-yang bergeser secara mengejutkan.

"Itu hanya angin.." ucapnya saat itu.

Dan mengabaikan semuanya. Minah melangkah dengan malas keluar dari sekolahnya dan menuju rumah nyamannya dengan menggunakan bis yang sudah ia tunggu selama hampir 1 jam.

Semuanya Minah lakukan dengan santai. Baginya, tak ada yang namanya hantu atau makhluk gaib yang dapat membunuh manusia. Derajat diri Minah lebih tinggi dibandingkan makhluk-makhluk tak kasat mata itu.

Dirinya bahkan sama sekalu tak merinding kala deretan cerita horror yang kini tengah ia baca berakhir dengan adegan mengerikan.

Dimana sang pemeran utama tewas di cabik-cabik sang hantu yang sudah menghantuinya sejak dirinya kembali dari hutan didekat kampung halamannya.

-*Jaemin98*-
Aku merinding.. kau membuat cerita yang sangat mengerikan. Kau hebat 👍

Ucap salah satu pembaca yang meninggalkan komentar disana.

"Heol.. bagaimana bisa kalian mengatakan cerita ini mengerikan? Bukannya ini biasa saja?" Minah berkomentar dengan bibir mungilnya.

"Bang Minah.. apa kau belum tidur?" Suara serak khas bangun tidur itu adalan milik ibu Minah yang berhasil mendapati cahaya ponsel Minah yang masih berpijar di kegelapan kamar dari celah pintu yang terbuka.

"Iya bu. Aku akan tidur sebentar lagi." Balas Minah pada sang ibu.

"Tidurlah. Tak baik untukmu tidur selarut ini.." Nasihat sang ibu sebelum berlalu dari pintu kamar Minah.

Rain Library [Oneshot Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang