Part 9

1K 125 140
                                    


Krist di rawat di dalam ruangan khusus berdinding tanpa jendela, dan hanya ada sebuah ranjang pasien dan CCTV di dalamnya. Krist berbaring dengan posisi meringkuk di lantai sambil memeluk perutnya yang sudah besar sempurna. Bayinya akan lahir dalam satu atau dua minggu lagi. Dokter menghentikan pengobatan kemoterapi Krist sampai bayinya lahir, karena takut akan berbahaya bagi janinnya.

Singto mengawasinya dari layar CCTV dengan perasaan hancur. Ia tidak menyangka Krist akan jadi seperti itu, padahal ia sudah berusaha menunjukkan perhatiannya pada pria itu setelah kembali ke rumah, namun ada sesuatu yang mengganjal pikiran dan perasaannya saat ia hendak memberikan perhatian lebih.

Saat ia sadar bahwa Krist perlahan-lahan meninggalkannya, hatinya benar-benar terasa sakit. Jujur di dalam hati kecilnya yang terdalam, Singto masih sangat mencintainya, sangat tergila-gila padanya, namun setiap kali ia mengingat janin di dalam kandungan Krist bukan miliknya, rasa cemburunya membakar rasa cintanya pada pria itu.

Singto tidak sanggup menyaksikannya lagi, pasien yang berbaring di dalam ruangan itu bukan Krist, pikirnya. Krist tidak mungkin sakit, Krist tidak mungkin akan meninggalkannya, Krist begitu mencintainya, dan akan selalu menunggunya pulang di rumah.

Singto meninggalkan rumah sakit dengan emosi yang tidak terbendung, ia kembali ke rumah, kembali ke kamarnya untuk mencari sosok Krist yang mungkin akan menyambutnya dengan tersenyum lebar, namun ruangan itu begitu sunyi dan kosong. Singto langsung menjatuhkan dirinya di lantai dan menangis pilu.

"Kau di mana Krist? Aku merindukanmu, sayang....aku sangat sangat merindukanmu....kembalilah..." Singto terisak. "Aaaarrghhh!!!" ia berteriak kesetanan untuk memprotes.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja ia mendengar suara ponsel lowbat, namun bukan miliknya. Singto pun mencari ke seluruh ruangan dan menemukannya di bawah ranjang. Ia menjulurkan tangannya untuk meraih ponsel yang diduga milik Krist. Singto melihat beberapa pesan masuk yang belum dibaca di sana, ia pun segera mengunlock dan hendak membukanya, namun tiba-tiba saja ponselnya mati.

Singto tidak sabar mencari changer dan menyalakan ponsel kembali untuk membaca pesan tersebut. Ia menemukan pembicaraan lain antara Krist dan nomor yang tidak di kenal di line.

Unknown : Hi, Krist! Kau masih ingat padaku?

Krist : Ini siapa?

Unknown : Apa kau tau bagaimana rasanya jatuh dari ketinggian 100 meter lebih?

Krist : Apa yang kau bicarakan?

Unknown : Jangan pura-pura lupa Krist, meskipun sudah 20 tahun aku yakin kau tidak akan melupakanku.

Krist : Aku tidak kenal siapa kau, jangan menggangguku!

Unknown : Aku memanjat tebing itu untuk kembali ke atas, kembali mengunjungimu dan putri kecilmu, aku akan membawanya bersamaku.

Krist : Jangan mengusik putriku! Kau siapa, apa yang kau inginkan?

Unknown : Bukankah kau akan mendapatkan seorang putra, kurasa kau tidak membutuhkan putrimu lagi, jadi aku akan membawanya.

Krist : Kau tidak waras, akan kulaporkan kau ke polisi.

Unknown : Polisi tidak bisa menangkapku, karena aku tidak terlihat.

Krist : Kau siapa?

Singto menscroll lagi ke bawah dan kaget saat ia melihat photo Chalida dan suaminya, a langsung melempar ponsel Krist, namun segera memungutnya lagi. Kini ia tau kenapa Krist tiba-tiba berhalusinasi melihat P'Chal.

(Bahasa Indonesia) Dark Story of The Dreams (The End)Where stories live. Discover now