Part 7

1.1K 135 192
                                    

Krist dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai kondisi kesehatan dan bayinya. Setelah menjalankan serangkaian tes seperti CT scan, MRI, tes darah, dan terakhir neurologis examination.

Krist  didiagnosa menderita gejala kanker hati dan tumor otak jenis Glioblastoma yang menyerang otak besar, diduga penyebab utama yang memicu munculnya kanker ini pada Krist adalah akibat tekanan dan depresi serta banyak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan pada masa kehamilan.

Nyawa Singto langsung tinggal separoh begitu mendengar kabar tersebut, untungnya kondisi Krist cepat terdeteksi sebelum sel kanker menyebar ke bagian lain, jadi nyawanya masih bisa diselamatkan.

Dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan untuk mengangkat sel-sel kanker yang tumbuh di otak setelah itu radiasi untuk menghancurkan sisa-sainya. 

Sayangnya kondisi Krist tidak memungkinkan untuk melakukan operasi besar dan radiasi karena akan berbahaya bagi janinnya. Sehingga dokter memberikan metode lain untuk  pengobatan dengan melakukan kemoterapi jenis Temozolomide.

Dokter juga memberitahunya, bahwa Krist mungkin akan mengalami gejala abnormal, seperti perubahan mood, kejang-kejang, sakit kepala, penglihatan, dan gangguan mental.

Singto kembali ke kamar pasien untuk menjenguk Krist setelah mendengar keseluruhan penjelasan dari dokter. Krist sedang tertidur lelap dengan infus, dan oksigen di lengan dan wajahnya. Ia meraih tangan krist dengan perlahan dan menciumnya dengan penuh perasaan.

"Apakah ini adalah protes dari keputusanku padamu, protes atas janji yang ku ingkari saat pernikahan kita?" Singto mengusap wajah Krist lembut, hatinya terasa sangat perih. "Jadi kau menghukumku dengan cara seperti ini?"

"P'Kang! Berhenti!" terdengar suara Pring dari luar ruangan. Singto segera melepaskan tangannya dari Krist dan mengusap air matanya.

Tiba-tiba saja Kang berhambur masuk dan mendorong Singto kasar, lalu duduk di samping ranjang Krist dan menggenggam tangannya erat sambil menangis tersedu, ia terlihat sangat emosi.

Pring segera menahan tubuh Singto dari terjatuh. "Sing, maaf....aku memberitahunya...dan..."

"Tidak apa-apa..." potong Singto. "Dia berhak untuk tau..." 

"Krist, apa yang terjadi denganmu, sayang?" Kang mengelus wajahnya yang tampak tertidur dengan damai. "Maafkan aku...aku tidak tidak tau kau akan jadi seperti ini...maafkan aku..." ia menyesal.

Singto menarik bahu Kang kasar dan mencengkram kerah bajunya.

"Semua ini gara-gara ulahmu! Kau membuatnya jadi seperti ini! Bangsat!" maki Singto emosi dan hendak memukulnya, namun Kang melawannya dan menahan pukulannya.

"Aku?" Kang tertawa mengejek. "Kaulah yang membuatnya jadi seperti ini! Jika kau tidak mengkhianatinya, menceraikannya dan menikah apakah dia akan mengalami depresi?!" Kang menantangnya.

Kang benar, jika dari awal ia bisa memaafkan Krist dan menerima bayinya, maka Krist tidak akan merasa tertekan dan akhirnya mengkonsumsi obat-obatan penenang dan alkohol yang merusak liver dan sel-sel otaknya.

Kini satu-satunya jalan untuk menyembuhkannya adalah kemoterapi, ia harus mencari cara membujuk Krist untuk menjalankan pengobatan, sampai anaknya lahir, lalu melakukan pembedahan dan radiasi untuk mengangkat dan menghancurkan sisa tumor di otaknya.

Ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Krist seperti Krist yang rela melakukan apapun untuk menyelamatkannya dulu.

"Aku akan membawa Krist pulang dan merawatnya di rumah!" ujar Singto.

(Bahasa Indonesia) Dark Story of The Dreams (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang