🍁 Bab Tiga

1.3K 116 18
                                    

"Ingatlah, ibadah terlama adalah sebuah pernikahan. Baik dan buruk pasanganmu, terimalah dengan ikhlas karena dia pendamping hidup baik dunia maupun akhirat nanti."

🌷🌷🌷

"Saya terima nikah dan kawinnya Nayla Alfisani binti Burhan Abdullah dengan mas kawin emas seberat 300 gram di bayar tunai."

Sah.

Ucapan syukur Akbar panjatkan atas kelancaran acara ini. Raut bahagianya tercetak jelas di wajah tampannya. Di usianya yang menginjak angka 26 tahun, Akbar resmi menikah dengan gadis sang pujaan hati.

Andaikan keluarganya masih berkumpul, kebahagiannya pasti akan bertambah. Namun sayang, Allah lebih sayang mereka sehingga Akbar harus tegar menjalankan kehidupannya seorang diri.

Beruntung saat itu Pak Burhan mau membimbing dirinya sehingga seperti sekarang.

Sementara Nayla yang baru saja tiba setelah di iringi oleh budhe dan sepupunya ikut tersenyum tipis. Namun, bagi orang yang mengenal bagaimana dirinya, senyuman itu bukanlah senyuman kebahagian.

Teringat dimana dua hari yang lalu Nayla mengutarakan keputusannya. Ia bukannya tak berpikir panjang, hanya saja minggu nanti ia harus kembali ke Bandung karena rabu nanti adalah hari wisudanya.

Maka ketika ia sudah memantapkan hati dan pilihannya barulah ia membicarakannya dengan Naufal. Setelahnya baru bicara dengan Akbar.

Nayla tau pilihannya dan ia pun siap dengan segala resiko yang akan terjadi di kemudian hari. Untuk saat ini biarkan takdir mengalir sebagaimana mestinya.

Sekarang Nayla sudah berdiri di hadapan Akbar. Ia mengulurkan tangannya untuk menyalami lelaki yang mulai detik ini halal untuknya.

Setelah menyalami, Akbar mengusap puncak kepala Nayla kemudian membacakan sebaris doa demi kebaikan sang istri.

Acara pernikahan yang mereka lalukan sangat sederhana. Hanya kerabat dekat dan juga tetangga yang di undang. Hal itu di karenakan pemberitahuan dan keinginan Nayla yang ingin melaksanakan pernikahan dengan cepat.

"Maaf membuat Nayla terjebak dalam pernikahan ini," bisik Akbar lembut sebelum menjauhkan kepalanya kemudian kembali melempar senyum pada orang-orang yang datang.

🌼🌼🌼

Nayla menghela napas berkali-kali saat ia menunggu kedatangan Akbar di kamarnya. Entah mengapa ia malah merasa gugup karena akan ada seorang lelaki yang masuk ke dalam kamarnya dan akan tidur seranjang dengannya.

Nayla menggeleng, malam ini mereka hanya akan tidur bukan?

Nayla segera memukul kepalanya sendiri ketika sadar apa yang telah ia pikirkan. Mereka memang hanya akan tidur. Memang Nayla mengharapkan apa?

Larut dalam pikirannya, Nayla tak sadar jika sejak lima menit yang lalu Akbar sudah berdiri di depan pintu kamar Nayla. Lelaki itu ragu untuk masuk makanya yang bisa ia lakukan hanyalah mengetuk.

Namun, hampir lima menit ia berdiri, tak ada tanda-tanda jika Nayla akan membuka pintu.

"Loh Mas, kok belum masuk?" tanya Naufal yang baru muncul setelah sibuk merapikan acara tadi.

Akbar gelalapan kemudian terkekeh, "Ini mau kok."

"Mbak Nayla nya ada di dalam kan? Langsung masuk aja, kayaknya lagi mandi."

Akbar langsung mengangguk, "Kalau gitu Naufal masuk kamar dulu ya Mas."

"Iya Fal."

Akbar menghela napas kemudian kembali mengetuk pintu kamar.

Menanti dalam DoaWhere stories live. Discover now