🍁 Bab Lima

1.8K 112 12
                                    

"Jadi sebenarnya Mas kenapa?" tanya Nayla yang entah keberapa kalinya.

Tadi janji Akbar yang katanya mau bicara setelah shalat tidak terselesaikan karena lelaki itu khusyuk membaca Al Quran.

"Mas Akbar..." Nayla mulai merajuk membuat Akbar menggelengkan kepalanya.

Sudah hapal sekali bagaimana tingkah Nayla jika sedang penasaran akan sesuatu hal.

"Gimana kalau kita keluar dulu cari makan? Jujur Mas laper banget," ucap Akbar sambil memegang perutnya.

Nayla menghela napasnya lagi. Sejak bangun tadi ia memang mendengar suara aneh dari perut Akbar. Dan ternyata... Lelaki itu lapar.

Nayla beranjak dari duduknya, "Yaudah Nay cari makan dulu biar Mas tunggu sini."

Sebelum Nayla pergi Akbar menahan tangan istrinya. "Ada apa lagi Mas?"

Akbar tersenyum kecil, "Mas ikut ya?"

"Loh, Mas kan masih belum sehat. Kalau nanti pingsan lagi siapa yang bantu?" ucap Nayla setelah mengecek suhu tubuh Akbar yang masih demam.

"Tapi Mas kuat kok."

Nayla menggeleng, "Mas kayak anak kecil deh. Udah ya Nay aja yang pergi. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Akbar menatap ke arah luar dimana sosok Nayla belum juga terlihat. Sudah setengah jam berlalu tapi istrinya itu belum kembali. Sekilas pikiran buruk terlintas. Bagaimana kalau terjadi sesuatu ada Nayla?

Akbar langsung beristigfar seraya menggeleng. Jangan berpikiran macam-macam.

Karena Akbar tak bisa tenang, ia meraih pun memutuskan untuk menyusul Nayla. Akbar menghela napas lega ketika ia menemukan sosok Nayla di ujung.

Tapi gadis itu tampak sedang mengobrol. Akbar pun berjalan mendekat. Samar-samar ia mendengar percakapan Nayla dengan seorang pria.

"Maaf Kak, Nayla baru sampai hari ini. Dan sejak tadi belum lihat ponsel makanya nggak sempat kasih kabar."

"Nggak apa. Lihat kamu sekarang baik-baik saja membuat kakak lega."

Nayla tersenyum kecil. "Kakak sengaja kesini?"

"Iya. Kakak khawatir Nay. Kamu tidak mau di jemput dan belum kasih kabar tadi makanya kakak memutuskan untuk kesini."

Selanjutnya Akbar tak bisa mendengar apapun lagi karena ia melangkah menjauhi tempat itu. Akbar tak sempat melihat dengan siapa Nayla berbicara tapi ia bisa pastikan ada sesuatu diantara mereka.

🌼🌼🌼

Pintu berdecit ketika Nayla membuka pintu kontrakannya. Ia menatap Akbar yang membaca mushaf di tangannya. Lalu menatap jam sudah menunjukan pukul delapan lebih.

Artinya sudah hampir satu jam Nayla pergi. Nayla menggigit bibir bawahnya ketika meraih piring. Ia takut. Bagaimana jika Akbar bertanya kenapa ia lama? Bagaimana jika Akbar curiga?

Akbar menutup mushaf lalu menyimpan di tempatnya. Ia tersenyum pada Nayla yang tampak gelisah. Tanpa berkata ia berjalan mendekati Nayla dan membantu istrinya itu menuangkan makanan yang tadinya hangat mulai mendingin.

Nayla yang di bantu Akbar semakin gugup.

"Kenapa kamu diam Nay? Ko makanannya nggak di makan?"

Nayla tergagap lalu meraih sendok dan memasukannya ke dalam mulut. Ia tersenyum kecil menatap Akbar yang tampak santai makan.

Menurut Nayla ada yang aneh. Akbar tampak menghindari tatapannya. Bahkan ia tak bertanya kenapa Nayla pergi lama.

Sampai mereka akan terlelap pun Akbar masih diam. Nayla yang penasaran akan kondisi suaminya pun menjadi lupa akibat kegugupannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menanti dalam DoaWhere stories live. Discover now