(PRESENT) Afflict

410 17 16
                                    

Kalau kau tahu, maka diamlah... 

 

 

“Daina anak yang baik, Ya,” Puji Rio.

Daina memasang muka se-masam mungkin, Tangannya menutupi kedua pahanya yang putih.

“Rio jahat…”

“Kenapa…?” Rio asyik memfoto temannya,  “Seksi kok,”

“Tapi… Tapi…” Desak Daina menahan tangis.

“Aih,” Rio mencelos, “Jangan ada yang ditutupi, payah,”

“Aku malu…! ”

“Kenapa harus malu…? Kan cuman ada aku disini…?”

“Rok nya kependekan! I-ini pelecehan namanya!”

Daina menarik helaian rambut Rio sampai putus, Membuat sipemilik kepala berteriak kesakitan.

Hari ini mereka berdua melakukan kegiatan tidak jelas lagi, mencoba kostum karakter anime, Mereka sering melakukannya bersama, mengecat rambut mereka jadi berwarna semarak untuk kemudian menghitamkannya kembali, mencoba makeup tertentu yang lebih terlihat seperti aktris dan aktor film horror, menyanyi dan menari seperti orang gila atau kadang mengumpulkan barang barang unik... semua yang sesuai bagi jiwa nyentrik mereka berdua.

“Sakit, Dai!” Keluh Rio, “Lagian pelit amat, Sih, Begitu doang,”

“Jangan memfoto yang aneh aneh,” Daina berdiri didepan sofa putih besar di ruang tamu rumah Rio. “Dasar maniak, Mesum! Maniak!” Teriaknya pada pemuda berwajah super keren yang sedang duduk didepannya.

“Ini pembalasan,” Rio mengingatkan, “Ingat apa yang kamu lakukan padaku sebelumnya,”

Mereka tertawa bersamaan.

“Seharusnya Rio membuka area lebih banyak supaya fotonya lebih mengundang rasa penasaran,” Cetus Daina sok yakin.

“Boleh saja, Telanjang juga tidak apa apa, Asalkan Daina mau melakukan hal yang sama,” Sahut Rio santai.

Daina menampar pipi sahabatnya, sebal,  

Yang ditampar malah kelihatan tidak sadar diperlakukan kasar, Rio tertawa kencang sekali, bangga atas keberaniannya, ia melemparkan diri keatas sofa, mengulurkan tangan seperti meminta sahabatnya untuk mendekat.

“Lakukan lagi…” Pinta Rio menyodorkan pipinya, “I’m your slave, Am i?”

Daina cemberut, tapi ia merasa spontanitasnya sudah cukup keterlaluan dan gadis itu memutuskan untuk mengalah saja, duduk diatas pangkuan Rio, Mengusap penuh sayang pipi Cowok itu yang sedikit memerah.

Tentu saja Daina tidak sungguh sungguh marah, Walau tangannya tadi memang tergerak untuk memukul dengan niat melukai.

Karena ia tahu, Rio takkan marah, Apapun yang ia lakukan,  Merendahkan, Menginjak, Menghancurkan, Atau bahkan perbuatan paling tak termaafkan sekalipun.

Sahabatnya akan selalu membela dan melindunginya, Tidak perduli ia benar atau salah.   

"Kamu sedang berlagak melindungi diri dari apa...? Ini Aku." Rio menatap langsung kemata sahabatnya, senyum ejekan tersungging diwajah itu.

"Maaf... Sakit ya...? Maaf..." Ulang temannya sekali lagi, kali ini penuh rasa penyesalan, iya yah, Daina melindungi diri dari apa sebenarnya? Ini adalah Rio... Orang yang paling ia percayai, Tidak ada satu halpun yang perlu Daina cemaskan, satu satunya tempat asing selain tangan hangat Tasuku, yang bisa dipastikan takkan pernah menyakitinya, kecuali mungkin rahim ibunya sendiri. 

Romeo and CinderellaWhere stories live. Discover now