Bab 11 | Gre! Dia Om lo!

36.6K 1.7K 15
                                    

Greta masih dalam mode marah pada om Arlannya. Sepanjang jalan menuju kampus dia hanya diam, dan memilih memandangi pohon yang seakan berkejar-kejaran dari balik jendela mobil. Sementara Arlan seperti biasa, fokus dengan kemudinya dan sesekali melirik keponakan cantiknya, yang ia tahu masih merajuk karena kejadian semalam.

"Udah dong ngambeknya, Gre."

Greta tidak menjawab.

"Gre!"

"Hemm."

"Greta!"

"Apa si, Om!?" jawab Greta kesal.

"Udah dong manyunnya, janji deh gak gitu lagi."

"Iya."

"Kok masih manyun?"

"Udah ih, terus aku suruh ngapain?"

Arlan hanya menghembuskan napasnya jengah. Dia memang bukan tipe orang yang pandai mencairkan suasana. Kini dia malah ikut-ikutan kesal. Kalau soal marah dan merajuk Arlan memang jagonya. Kini gantian Greta yang melirik Arlan.

Kenapa jadi dia yang ngambek, si? Kan disini gue yang harusnya masih ngambek? Orang ini memang ajaib.

Arlan langsung melajukan mobilnya, saat memastikan Greta turun sepenuhnya dari mobil.

"Ih itu orang, kenapa jadi dia yang ngambek, si? Aneh banget," gerutu Greta sambil memperhatikan mobil Arlan yang sudah melesat pergi.
Tapi ya sudahlah, omnya memang paling jago untuk urusan ngambek.

***

Greta melangkah di koridor kampusnya sambil mengelilingkan matanya. Mencari sosok sahabatnya yang semenjak jadian dengan Dimas jadi semakin rajin. Mau ada kelas pagi atau tidak Sisil tetap datang pagi-pagi ke kampus.

Kaki Greta melangkah ke arah taman saat melihat Sisil dan Dimas ada di sana.

"Aduh, aduh, yang baru jadian! Udah kayak pengantin baru aja. Nempeeeelll terus."

Sisil malah cengar cengir gak jelas mendengar cibiran Greta.

"Jomblo dilarang sirik, ya, makanya lo jangan jomblo terus, Gre."

Greta hanya mendengus dan melipat tangannya di depan dada.

"Ya udah aku cabut dulu, ya, bentar lagi ada kelas. Ayo, Gre," kata Dimas sambil beranjak meninggalkan dua sahabat itu.

Dimas memang yang paling kalem diantara teman satu gengnya. Dan sebenarnya agak bingung juga sih, kenapa dia bisa jadian sama Sisil yang modelnya kayak begini.

Greta mendaratkan bokongnya di tempat Dimas tadi duduk.

"Katanya kemarin lo pulang bareng Kak Girda, ya?" tanya Sisil dengan wajah keponya.

"Kok lo tahu?"

"Gue gitu Gre, apa si yang gak gue tahu," ujar Sisil bangga sambil menaik turunkan alisnya.
Greta membalas dengan tatapan jijik. Sisil malah cekikikan.

"Tapi, kalian ada kemajuan juga, yah? Lo jadi udah gak marah-marah lagi sama itu cowok. Kok bisa si Gre, lo jadi nggak jutek sama Kak Girda?"

"Udah deh gak usah belagak bego. Gue tahu dibalik sikap Girda yang berubah drastis pasti ada peran lo, kan? Lo pasti udah ngasih banyak info tentang gue ke dia, kan? Soalnya kalau gue perhatiin, Girda itu berubah total semenjak lo deket sama Dimas."

Sisil memasang senyum manisnya, tanpa dosa.
"Iya, hehe ... sorry ya, Gre. Abisnya gue kasian sama dia, lo jutekin mulu."

"Udah ketebak!"

"Tapi Gre, ada untungnya juga kan buat lo? Itu cowok jadi gak alay dan gak norak. Jadi gak bikin lo risi."

"Iya si, emangnya lo ngomong apa aja sama dia?"

"Intinya si gue cuman bilang kalau mau ngedeketin lo itu gak boleh lebay, alay dan sejenisnya. Karena lo gak bakalan suka."

"Yakin cuma itu?"

Sisil tampak berpikir. "Ya kayaknya cuman itu, si. Intinya dia nanya apa yang lo gak suka dan apa yang lo suka. Termasuk yang lo suka cokelat.

"Gue gak salah kan, Gre?" tanya Sisil, memastikan Greta tidak marah dengan tindakannya.

"Asalkan dia gak ganggu hidup gue yang tenang ini si gak masalah," jawab Greta enteng.

"Lagian kak Girda itu baik loh. Udah gitu keren, pinter. Kurangnya apa coba?"

"Kurangnya gue gak tertarik sama dia."

"Maksud gue yang bikin lo gak tertarik sama dia itu apa? Atau tepatnya lo itu suka cowok kayak apa? Secara selama gue kenal sama lo, lo itu gak pernah terlihat naksir sama cowok. Jangan-jangan?"

Greta menoyor kepala Sisil untuk menghapus pikiran negatifnya.

"Gak usah mikir macem-macem, gue masih normal!" geram Greta yang mulai mendapat tatapan curiga dari sahabatnya.

"Bener? Kalau enggak gue jadi serem Gre, sama lo. Jangan-jangan lo naksir gue lagi."

Sekali lagi Greta menjitak kepala Sisil. Dan tidak bisa menahan tawanya saat melihat aura horor dari wajah sahabatnya itu.

"Ya ampun, Sil. Sumpah! gue masih normal. Lo kan tahu sendiri gimana posesifnya oma gue? Sekali-kalinya gue pulang diantar cowok langsung diceramahin panjang kali lebar."

"Iya si, lah terus kemarin Girda gimana? Dia nganterin lo, kan?"

"Enggak, kemarin gue ketemu Om gue. Gak jadi pulang sama Kak Girda."

"Ketemu Om lo?"

Greta mengangguk. "Dan gue bingung sama sikap Om gue waktu ketemu sama Girda."

"Bingung kenapa?"

"Dia itu kayak orang marah, terus gak suka gitu sama Girda."

"Serius?"

Greta mengangguk. Lalu dia menceritakan sikap-sikap aneh omnya dan tak lupa kejadian chat semalam. Sisil tampak berpikir dan menyusun semua cerita lengkap itu dan mengambil kesimpulan.

"Kok gue curiga ya, Gre." Sisil mengetuk-ngetukan telunjuknya di dagu, pertanda dia sedang berpikir.

"Curiga kenapa?"

"Curiga kalau Om lo naksir sama lo."

Greta mengerutkan kening. "Jangan ngaco lo, Sil."

"Gre, sebenarnya Om lo udah ngasih kode-kode. Tapi lonya aja yang gak peka."

"Kode apaan?"

"Kata lo kan Om lo bilang, kalau dia cemburu lo mau tanggung jawab apa enggak. Iya, kan?"

Greta mengangguk.
"Lo yakin itu cuma becanda?"

"Iya," jawab Greta polos.

"Gre, itu kode bukan becanda. Secara gak langsung dia mau bilang kalau dia itu cemburu."

"Masak si, Sil? Jangan bikin gue takut."

"Otak lo memang encer, Gre, tapi payah banget soal percintaan. Harus belajar banyak dari gue," cengir Sisil bangga.

Greta tidak menjawab. Dia sedang memikirkan semua yang Sisil katakan. Sebenarnya kalau mau jujur dia sendiri sudah merasakan hal itu. Apalagi saat Arlan mengatakan dia hanya akan tersenyum pada orang yang ia sayang. Dan akhir-akhir ini Arlan terlihat seringkali tersenyum, bahkan malah tertawa. Itu artinya ia sayang, kan?

Tapi arti kata sayang itu kan luas? Jadi arti kata sayang Arlan ke Greta itu apa?

"Jangan-jangan lo naksir juga sama Om lo?" Niatnya Sisil hanya bercanda. Tapi saat melihat reaksi sahabatnya yang tampak gugup, Sisil malah curiga kalau tebakan asal-asalannya itu benar.

"Gre! dia Om lo!"

"Apaan si lo? tahu ah," ucap Greta kikuk lalu berdiri dan meninggalkan Sisil. Dia sendiri masih bingung dengan yang terjadi dalam hatinya akhir-akhir ini.

>>>©©©<<<

I LOVE YOU, OM! (COMPLETED)Where stories live. Discover now