Chapter 05

264 10 0
                                    

Natalia terlihat masih memejamkan matanya saat sang Ibu memanggilnya untuk bangun dan bersiap-siap.

"Pesawat kita jam berapa, Ma?" Tanya Natalia sambil mengucek matanya.

"Jam 06.00. Sekarang kamu bangun dan siap-siap gih. Papa, Mama sama adik nunggu kamu di bawah ya."

Natalia hanya mengangguk. Setelah itu, dia mengambil handuknya dan menghamburkan dirinya ke kamar mandi.

***

Kediaman Alief.

Naomi tersenyum ketika melihat Alief yang masih berada di alam mimpinya.

"Jadi begini rasanya jatuh cinta." Batin Naomi.

Tangan lembut Naomi terangkat dan reflek mengelus pipi dari Alief. Senyum terus mengembang di wajah cantiknya tersebut.

"Aku bersyukur bisa bertemu dengannya."

Naomi melepaskan tangannya dari pipi Alief dan berjalan menuju beranda kamar Alief.

Dia melihat lingkaran di telapak tangannya.

"Hmm... Masih cukup waktu. Aku tidak mau kehilangan momen ini terlalu cepat." Naomi kembali menatap wajah Alief yang damai saat tertidur.

***

Pagi pun menjelang

Sinar mentari pagi menembus jendela kamar Alief dan membangunkannya. Untungnya ini hari sabtu. Jadi dia tidak perlu terburu-buru untuk bangun.

"Sudah bangun?"

Alief melihat ke arah suara yang sudah diingatnya.

"Pagi, Naomi!"

"Pagi, Alief." Balas Naomi tersenyum.

"Gimana tidurmu? Nyenyak?" Lanjut Naomi.

"Ya begitulah." Jawab Alief singkat.

Alief pun beranjak dari ranjangnya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

***

Naomi POV

Hari ini hari sabtu. Aku senang karena pasti aku akan berdua terus bersama Alief sepanjang hari ini. Tapi dugaanku salah.

Aku yang mengetahui bahwa Alief yang hobi bermain futsal saat ini sedang bermain bersama temannya. Aku hanya bisa mendengus jengkel.

"Kenapa sih selalu begini. Waktu untuk kita berdua itu tidak pernah ada." Batinku.

"Oi! Bengong aja!" Suara Alief mengagetkanku.

"Alief! Kok kamu bisa ada disini? Bukannya kamu...."

"Aku yang meminta istirahat." Jawab Alief.

Aku tersenyum mendengar jawabannya. Entah kenapa aku senang. Senang akhirnya dia bisa di sampingku dan berduaan lagi.

"Jangan senyum. Nanti aku diabetes." Ucap Alief.

"Kamu ih! Suka banget ledekin aku!"

"Habisnya kamu itu orangnya asyik sih kalok digodain." Timpal Alief dengan cengirannya.

Aku hanya bisa tersenyum dan terkekeh mendengar ucapan Alief.

Akupun mencoba memegang tangannya dan merasakan kehangatan sentuhannya.

Alief memandangku dan menunjukkan senyumnya. Sontak, wajahku langsung merona melihatnya tersenyum seperti itu.

***

My Ghost Girlfriend(Completed)Where stories live. Discover now