S02: Chapter 01

194 13 3
                                    

Shahir POV

"Apa?! Kamu hamil?!"

"Iya. Dan anak dalam kandunganku ini adalah anakmu."

"Tidak! Ini tidak mungkin! Kamu pasti becanda!"

"Aku tidak berbohong, Shahir! Anak ini adalah anakmu!"

"Aku... Tidak mengakui anak itu! Lebih baik kamu gugurkan saja."

"Tega kamu, Shahir! Ini anakmu! Aku akan melahirkan dan membesarkannya dengan atau tanpa kamu!"

Aku terbangun dari mimpiku. Mimpi yang selalu berakhir sampai situ. Keringat dingin mengalir deras membasahi wajahku.

"Mimpi itu lagi." Batinku.

Aku beranjak dari ranjang dan melangkah ke bawah untuk mengisi kerongkonganku dengan air putih.

"Hah! Segar." Gumamku begitu air putih tersebut membasahi kerongkonganku.

Aku tidak langsung beranjak ke kamarku dan malah termenung memikirkan mimpiku tadi.

"Hiiyyy!!! Kenapa aku bisa mendapatkan mimpi seperti itu?"

Aku menghela napas beratku dan melihat ke arah jam dinding yang tergantung indah.

"Jam 1." Gumamku.

Aku memutuskan untuk melanjutkan tidurku di sofa saja. Biarpun tidak nyaman, tidak apalah. Yang penting aku bisa mengusir rasa kantukku.

***

Author POV

Shahir membolak balikkan badannya di atas sofa. Sungguh, tidur di atas sofa merupakan hal yang tidak nyaman baginya.

"Ck!" Decaknya.

Dia pun beranjak dari sofa dan berjalan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda akibat mimpi buruk itu.

"Semoga bisa tidur nyenyak lagi." Gumamnya setelah merasakan ranjang empuknya.

Tak lama kemudian, matanya tertutup dan dia pun kembali masuk ke alam mimpinya.

***

Sementara itu...

Naomi sedang berada di sebuah tempat yang sangat suka didatanginya saat dia merasa sedih.

Taman kampus McKenzie. Entah apa yang mendorongnya untuk datang kemari. Yang pasti dia merasa nyaman saat duduk di taman tersebut sembari melihat ke arah langit hitam yang memperlihatkan bintang-bintangnya yang indah.

Air mata kembali menetes di pipinya. Dadanya kembali terasa sakit saat memikirkan kondisi Alief saat ini. Sudah dua minggu Alief terbaring koma di rumah sakit. Dia berharap Alief segera sadar dari komanya agar dia dapat kembali berduaan dengan pujaan hatinya itu.

"Jika boleh memilih, aku akan dengan senang hati menukar jiwaku dengan kesadarannya." Batinnya.

Naomi menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Dia berdiri dari kursi taman tersebut dan kembali ke rumah sakit.

***

Naomi POV

"Alief, bangunlah." Bisikku lirih di telinganya.

Aku menggenggam erat tangannya mencoba merasakan kehangatan sentuhannya.

Alief masih betah menutup matanya selama dua minggu ini.

"Buka matamu, Alief. Apakah kamu tidak ingin melihat wajahku?" Lirihku.

Aku masih merencanakan bagaimana caranya agar senior yang mengerjai Alief bisa turut merasakan penderitaan yang dialami oleh Alief.

My Ghost Girlfriend(Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant