4. Lembar keempat

2.8K 393 59
                                    

Ditemani dengan alunan musik yang mengalun dari audio mobil milik Yona,
Aku masih terfikir arti dari tatapannya dari bagaimana dia tersenyum kepadaku.

Dan tanpa aku sadari malam ternyata mampu menyimpan banyak keindahan. Keindahan malam banyak sekali mulai dari bintang-bintang yang gemerlapan yang menyapa di tengah kegelapan. Ada juga sinar terang di tengah kegelapan malam yaitu sinar rembulan. Dinginya angin malam yang mampu menembus tulang belulangku seketika menghangat saat lengkungan indah tergambar pada wajah Yona.

Dia kini memang tak menatapku tapi aku tau dia sedang tersenyum, matanya yang terus menatap jalanan diluar sana mampu membuat aku tersenyum juga melihat tingkahnya yang terkesan malu-malu.

Aku duduk di bangku belakang bersama Yona, dengan Feni yang berada di kemudi sendiri layaknya supir. Awalnya Feni sempat protes karna Yona lebih memilih duduk dibelakang bersamaku dibanding menemaninya didepan. Tapi apa daya, Feni tetap mengikuti apa yang menjadi pilihan Yona.

"Kalian kenapa sih pada diem-dieman trus? aku beneran loh udah berasa kek supir."

"Udah nyetir mah nyetir aja." Kataku menimpali ucapan Feni

"Tau, kalau nyetir mah nyetir aja."

"Idih baru jadian ya? Kompak amat nyudutin aku!"

Yona langsung melemparkan tisu yang sudah dia remas dan lemparan itu tepat mengenai kepala feni, feni mendengus dan aku tertawa melihat mereka.

"Udah cepet deh, laper nih gw."

"Ih mamski galak"

"Kenapa ketawa??" Kata dia yang kini menoleh ke padaku yang masih menertawainya. Ntah kenapa dia terlihat lucu, perkataan feni tadi seakan menyindir apa yang sedang terjadi pada kita.

"Gak apa-apa." Jawabku yang sekarang menahan tawaku.

"Nyebelin!"

Dia menopang dagunya, menghadap lagi pada kaca mobil yang gelap. Feni didepan sedang bernyanyi mengikuti lagu yang terus perputar menemani kemacetan yang terjadi.

Malam semakin larut, jakarta tetap saja begini tidak siang tidak malam tetap macet, mobil yang dikendarai Feni hanya maju selangkah lalu berhenti seperti itu terus. Aku tersenyum melihat Yona yang masih menekuk wajahnya, sungguh aku tidak bohong Yona terlihat cantik malam ini atau mungkin aku yang baru menyadarinya ntahlah.

Dengan ragu aku mengikis jarak, menjatuhkan kepalaku pada bahu Yona. Jariku, aku selipkan pada jari-jarinya, aku membawa tangan nya kepangkuanku untuk aku genggam, dia  tetap saja seakan tak peduli akan aksiku, tapi aku tau wajahnya bersemu merah, aku meliriknya sedikit sebelum aku benar-benar memejamkan mataku.



.
..
.




Aku merasakan sentuhan pada pipiku begitu lembut, tangan itu terus menyentuhku berkali-kali sampai mataku terbuka, dan menyadari kalau aku baru saja terbangun dari tidur.

"Udah sampe?" Kataku masih menetralkan kesadaranku, aku melihat dalam samar Yona mengangguk.

"Feni mana?"

"Tuh diluar, dia udah bosen nunggu kamu."

"Hehe sory ya."

Kini sudah tersaji makanan yang sudah siap untuk kita makan, kita tidak pergi ke restoran, kita hanya makan dipinggir jalan, karna tadi Feni sedang ingin makan sate taichan jadilah kita disini di daerah senayan, disini memang terkenal enak sate taichan nya, bumbunya yang khas membuat siapa saja akan kembali lagi kesini, terlihat dari banyak nya orang yang makan disini sudah di pastikan makanan disini enak, dulu juga aku saat masih menjadi member sering makan di sini setelah pulang dari teater atau kegiatan latihan, ah jadi rindu.

"Lo mau ini?"

Padahal tadi aku masih mengingatnya, kalau dia memanggilku dengan kata kamu tapi hanya selang beberapa detik dia memanggilku dengan sapaan lo lagi.

Aku mengangguk, Yona menawariku macam sate lainnya. Mungkin aku harus makan banyak malam ini biar tidak terlampau baper akan sikap-sikap Yona yang berubah-ubah.

"Rasanya udah lama banget gak makan bertiga gini ya?"
Kata Feni tatapanya seakan mengingat akan hal yang telah dia lewati dulu.

"Terakhir pas acara last show nya umi, itu juga mamski gak ikut."

"Sok-sokan ngambek, pas umi pulang kebandung malah nangis."

Mimik wajah Yona langsung berubah menegang, "Enak aja, siapa yang nangis, lo tuh yang nangis."

"Dih gak ngaku, siapa yang tiap hari nginep dikosaan biar berasa tidur bareng umi?"

Aku sedikit menahan tawaku yang akan keluar, aku masih terus berusaha menjadi pendengar saja berpura-pura tetap makan walau rasanya ingin sekali tertawa.

"Apaan ih, manaada."

"Dulu perasaan ada yang bilang gak mau satu kosaan sama kita ya Fen." Ucapku kini ikut bergabung dalam obrolan mereka, aku melirik Yona sebentar dia malah memanyunkan bibirnya.

"Inget gak pas hari terakhir seteam sama kita, trus gw minta dia pindah kosaan, ada yang gak mau, ya kan?"

Feni langsung tertawa membenarkan ucapanku. "Hahah iya juga ya."

"Ih gw balik nih ya!" Kata Yona menatap sebal ke arahku dan Feni yang memang duduk didepannya.

"Haha tapi beneran lo Mah, kalau inget kok aku jadi lucu ya, dulu kan mamski gak mau ngekos deket kita."

"Baru berasa kangennya pas gak ada ya??" Lagi-lagi Feni terkikik dan Yona hanya bisa diam seakan tertembak beberapa kali akan ucapanku dan Feni yang memang benar.

"Ketahuan kan gak mau jauh-jauh dari gw."

"Hih gak usah kepedean, kosaan gw dulu kan jauh dari fx, ya biar deket aja."

"Deket sama umi kan maksudnya?" Lagi ucapan Feni seakan mampu membuat Yona berkali-berkali diam tak berkutik.

"Hahaha."

Ntah kenapa ke canggungan sore tadi seakan menghambur begitu saja, aku merasakan bisa lebih hangat dibanding pagi tadi, adanya Feni memudahkan aku dan Yona jadi tidak hanya diam-diaman saja.

Aku masih saja tersenyum melihat wajah Yona yang masih tertekuk, memakan makanananya dalam diam, sampai pada sate terakhir tak ada lagi obrolan yang berarti selain Feni yang mengomentari berbagi hal yang dia liat.

Dari pengamen yang menurutnya terlampau ganteng dan juga ada sindikat Fans jeketi yang terlihat memata matai, yang terus memeperhatikan aku, Feni dan Yona.

Sebenarnya untuk Fans tipe begini, aku tidak mau mengambil pusing, kalau kehadirannya tidak menganggu, aku tak pernah masalah mereka mau berbuat apa, kalau mereka sudah melampaui batas pasti aku akan bertindak juga, bagaimanapun sekarang posisiku adalah sebagai manager mereka, ya Yona dan Feni.

"Ka Yona yang nyetir ya? Aku capek, abis makan kenyang jadi agak bego takut ngelantur nyetirnya."

"Emang bego dari lahir lo mah, sini."

Yona mengambil kunci mobilnya dari Feni. Feni tersenyum menang dan langsung masuk, duduk di kuris belakang. Baru saja aku hendak ikut masuk dengan Feni, Yona langsung berbicara dan membuat aku hanya mengangguk mengerti.

"Gw bukan supir!"




















Bersambung

#TeamVeNalID

Gemes gak?😳 wkwkwkwkw
Happy 1k followers gw double update nih jadinya, kurang baik apa kan gw😌

Dibalik Layar [END]Where stories live. Discover now