03 : Love, Affection and Need

2.9K 587 281
                                    

°•°•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°•°•

Belaian demi belaian diberikan oleh jemari panjang milik Guanlin pada surai cokelat si manis, yang kini sedang memejamkan mata meski dahinya terus mengeluarkan keringat.

Hanya dengan tahu bahwa Guanlin ada tepat disebelahnya, Jihoon merasa jauh lebih baik. Terlalu lelah untuk berbicara. Terlalu lelah untuk membuka mata. Jihoon pergi ke alam bawah sadarnya meski telinganya masih bisa menangkap deru napas Guanlin yang menenangkan. Sungguh, hanya dengan mengetahui bahwa disini ada Guanlin, hati Jihoon menghangat.

Masih dari alam bawah sadarnya, Jihoon mengulurkan tangan lalu mengambil tangan yang sedari tadi aktif pada rambutnya tersebut, menggenggam tangan itu erat. Kehangatan menjalar pada tubuh Jihoon. Ia suka bagaimana tangan mereka saling berkaitan dengan pas seperti sekarang.

“Alinㅡ”

Sst, bobo, ya.” potong Guanlin, lalu menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Jihoon meskipun sebenarnya tidak perlu karena bagi Jihoon pelukan Guanlin jauh lebih menghangatkan daripada selimut setebal apapun. “Istirahat,” lanjutnya, seraya kembali mengelap dahi Jihoon.

Jihoon mengangguk, masih dengan mata terpejam. Ia kehilangan seluruh tenaganya setelah lepas kendali tadi.

Ricuh.

Semuanya hancur, padahal mereka datang bertujuan untuk menyambung silaturahmi ke rumah orang tua Guanlin. Tapi monster itu mengacaukan semuanya. Hanya karena suasana tertekan melihat bahagianya kakak adik Guanlin bersama pasangan dan buah hati mereka. Lalu juga kenyataan bahwa Jihoon belum bisa melakukan hal yang sama.

Dan ketika Sewoo tidak sengaja membuat Jihoon semakin tertekan, semua hancur.

Jihoon malu, mungkin Minki dan Jonghyun, atau siapapun itu yang melihat bagaimana ia kalap tadi akan jijik, risih, aneh, heran. Itu pertama kalinya Jihoon mengamuk di hadapan mereka.

Ah, mungkin Jihoon akan semakin sulit mendapat kasih sayang dari keluarga suaminya. “Aku takut deh.” lirih Jihoon, semakin merapatkan tubuhnya pada Guanlin dan membenamkan wajahnya pada dada si dominan.

Guanlin hanya diam, menunggu Jihoon melengkapi kalimatnya.

“Kalo suatu saat nanti kamu bosan gimana, ya. Kalo suatu saat nanti kamu capek, aku gimana ya. Aku kepikiran itu terusㅡ”

Stop.

ㅡitu pasti terjadi sih, tapi aku kuat nggak ya, hidup tanpa kamu. Terus nantiㅡ”

Ck.” Jihoon mendongak ketika mendengar decakan kesal keluar dari belah bibir Guanlin, “Aku bakal beneran bosan kalo kamu bilang aku bakal bosan.” lalu meremas tangan Guanlin pertanda ia ketakutan sekarang. “Aku bakal beneran capek, kalo kamu bilang aku bakal capek.”

“Alin... kok gitu.”

“Kamu yang kok gitu! Aku nggak suka kamu ngomong kayak gitu!” nada suara Guanlin meninggi, sengaja, agar Jihoon kapok berhenti memikirkan hal bodoh seperti itu. Ia bangkit dari tidurnya.

Trauma [[Panwink / Guanhoon]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang