Ch. 1 #Red

530 49 5
                                    

MERAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MERAH.

Aku tidak tahu kapan, pada hari atau tanggal apa tepatnya aku bertemu dengan gadis itu.

Yang kuingat, dia memakai dress merah pada pertemuan pertama kami. Dari ekspresi lelahnya, ia sepertinya baru pulang kerja. Namun ia tetap menghampiriku dan menyapaku yang sedang sibuk menarik koper di lorong lantai lima sendirian.

"Baru pindah?" tanyanya dengan senyuman indah di wajahnya.

"Iya," jawabku singkat.

"Mahasiswa KNU?" tanyanya lagi.

Aku hanya mengangguk, terlalu malas untuk menjawabnya, dan terlalu malas untuk menanyakan ia tahu aku ini mahasiswa di KNU dari mana.

"Aku juga mahasiswa KNU. Semester lima, departemen Business Administration." Ia lalu menunjuk apartemen di depannya. "Aku pemilik nomor 17."

Aku mengangguk lagi, masih mengunci mulutku yang terlalu malas untuk berbicara.

Tapi entah bagaimana, kami kemudian bertukar pembicaraan singkat. Meskipun kami dilanda rasa canggung --atau ternyata aku saja yang canggung?, kami saling memperkenalkan diri masing-masing.

Dan saat itu aku tahu, kakak apartemen sebelah itu, namanya Bae Joohyun.

[]

Setelah pertemuan pertama, aku hampir tidak pernah melihatnya. Mungkin ia sibuk bekerja atau kuliah, pikirku.

Padahal ia cantik, dan tidak kelihatan hidup kekurangan. Entahlah, mungkin ia hanya ingin hidup mandiri. Lagipula itu sama sekali bukan urusanku.

Beberapa hari selanjutnya, aku bertemu dengannya di restoran depan kampus. Aku sedang survei referensi tempat makan enak kala itu, mumpung kuliah belum dimulai, pikirku. Aku sedang membuka buku menu dan tidak sengaja melihatnya berdiri di meja kasir.

Oh, ia ternyata bekerja di sini.

Entah berapa banyak kata "entah" yang telah ku ucapkan, tapi memang, entah bagaimana, aku jadi sering mengunjungi Resto itu. Alasannya karena makanannya yang memang terlalu enak atau karena aku ingin melihat wajahnya, aku pun tidak tahu.

Mungkin karena aku terlalu sering datang ke sana, ia jadi hafal denganku. "Kau datang lagi". Itu yang dia ucapkan ketika aku menyerahkan beberapa lembar uang padanya.

Ya, aku datang lagi . . . untuk melihatmu.

Irene.

Dia bilang dia lebih suka dipanggil dengan nama itu. Nama bekennya di kampus, katanya. Jadi hari itu aku mulai memanggilnya Irene-noona.

[]

Ketika masa Orientasi dimulai, aku terkejut melihat banyak mahasiswa KNU yang ternyata tinggal di apartemen yang sama denganku.

Noona Next Door [SuRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang