Just A Bestie

55 7 7
                                    

"Udiiinn!!!" teriak Hanny. Suara nya menggema di seluruh penjuru ruangan.

"hm?" sosok Udin yang sedang menunduk membaca buku melirik ke arah Hanny.

"Kamu lupa dengan janji itu, ya?! Dasar!" Hanny berjalan menuju tempat duduk Udin sambil menghentak-hentakkan kakinya, gaya orang merajuk.

" Janji itu?" mata Udin menerawang kearah langit-langit kelas.

Saat Hanny mulai duduk di sebelah Udin, Udin malah berdiri sambil memukul permukaan meja dengan kasar.

"Oh!! Janji untuk menjemput Luna di ruang laboratorium ya!?" teriak nya ketika Udin teringat tentang janji 'itu'.

Udin membereskan buku-buku yang berserakan diatas mejanya dengan tergesa-gesa. Hanny yang menyaksikan tingkah Udin malah melongo.

"Udin!" panggil Hanny ketika Udin sudah beranjak meninggalkannya. Sedangkan Udin tidak menghiraukan panggilan-panggilan Hanny, dan malah mempercepat langkah kakinya.

Ukh, maksudku kan.. Janji untuk makan siang dengan pacar.. Bukan sahabat!!! Lagian, apaan sih si Luna!? Masa dari laboratorium saja perlu dijemput!??? Geram Hanny dari balik hatinya.

Udin terus melakukan jalan cepat menuju laboratorium fisika.

"Udin!" panggil seseorang yang tak jauh di depan Udin sambil melambaikan tangannya. Udin membalas lambaian tangannya disertai senyuman manis.

Udin menghampiri gadis itu yang berdiri di depan pintu laboratorium.

"Lama banget sih? Remedialnya sudah selesai sejak 15 menit tang lalu, lho. " Luna memukul bahu kiri Udin dengan pelan.

"lupa, hehe. Sudah lah, yuk kita pulang!"

###

"Baiklah, kamu... silakan memperkenalkan diri.."

Seorang siswa baru yang berdiri tegak di depan kelas mulai memperkenalkan diri.

"Nama saya Harris , pindahan dari SMA Negeri 14."

Setelah mendengar nama dan asal sekolah Harris, banyak siswa siswi yang mulai berbisik-bisikan.

"Baiklah Harris, silakan duduk di bangku yang kosong." Guru mengarahkan Harris untuk duduk bersama siswa siswi lainnya.

Mata Harris tertuju kearah dua bangku kosong. Yang satu di daerah tengah lorong kedua dari pintu, dan yang satu lagi bangku sudut kiri belakang. Tentu saja Harris memilih bangku yang ditengah.

Luna yang sadar kalau Harris menuju kearahnya malah deg-degan. Dan ia tambah shock ketika Harris duduk di sebelah nya.

"Emh, maaf.. Harris." panggil Luna sepelan mungkin.

"Hm?" Harris menoleh dengan wajah angkuh. Tatapan matanya malah membuat Luna salah fokus dengan ketampanan wajahnya. Luna menggeleng kan kepalanya pelan, berusaha mengembalikan kesadaran nya.

"Itu, bangku yang kamu duduki sudah ada yang punya." cicit Luna. Harris yang mendengar pernyataan Luna malah bersikap biasa saja.

"Memangnya, berapa harga bangku jelek ini sehingga sang pemilik rela menghabiskan uang nya?" jelas Harris dengan datar.

Luna menghela napas nya. Susah juga berbicara dengan seseorang yang baru di kenal.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang