Dua

116 17 2
                                    

Apa sih bedanya pacaran sama temenan? Sudah hampir seminggu aku dan Mario pacaran tapi rasanya sama saja, tidak ada yang berubah. Kata orang kalau baru pacaran bikin hati berbunga-bunga, deg-degan, segala ada kupu-kupu dalam perut. Yang ada cacing dalam perut deh ini.

"Lo kenapa sih diam aja dari tadi?" tanya Mario yang tiba-tiba saja muncul dan duduk disampingku.

Mataku pun sibuk melirik kekiri dan kanan, takut-takut kalau ada teman kami yang melihat kami sedang duduk berdua-duaan didepan kelas.

"Ngapain sih?" tanyaku seraya menggeser tubuhku agar tidak terlalu dekat dengannya.

Mario kembali menggeser tubuhnya mendekat kearahku. "Gue nanya dan lo jawab, bukan nanya balik. Aneh lo."

Aku hanya melengos acuh. Malas menanggapi omongannya yang kalau dijawab juga semakin gak jelas.

"Oi. Lo kenapa sih?" tanyanya lagi.

"Gakpapa! Udah sana ah. Gue males pacaran sama lo. Lagian ngapain sih kita pake pacaran segala?"

Hannah, Hannah.... Kenapa jadi kesannya ngambek gitu sih? Malu-maluin aja!

Mario menatapku heran. "Lagi PMS lo ya? Gue deketin salah, katanya takut ketahuan anak-anak.... Gue jauhin, katanya gak kayak pacaran...."

"...."

Aku gak tahu harus jawab apa. Memangnya jatuh cinta bisa bikin IQ kita berkurang ya dan jadi tambah bodoh?

"Nah?"

"Nah loh, nah loh...." ujarku asal saking tidak tahunya harus bereaksi apa menghadapi Mario. Ya ampun.... Ini kan Mario! Kenapa aku jadi salah tingkah sih?

"Nah, serius ah. Kamu maunya aku gimana?"

Shit. Apa aku gak salah dengar barusan? Mario ngomong aku-kamu sama gue? Kenapa kedengarannya keren ya?

"Gak tahu ah, Yo. Kepala gue--eh aku pusing!"

Mario meraih kepalaku dengan tangannya, mencoba meraba dahiku. "Kamu sakit?"

Cepat-cepat aku menepis tangannya sebelum Farah yang sedang berjalan kearah kami melihat.

Benar saja, sepersekian detik kemudian Farah yang melihat kami dengan tatapan bingung langsung menghampiri. "Ngapain lo berdua?"

"Ngobrol, nyet. Darimana lo?" ujarku sesantai mungkin.

"Dari kantin, lihat dedek-dedek gemes...." jawabnya dengan mata menerawang seolah sedang membayangkan junior-junior kami.

Mario tertawa. "Hahahaha. Udah mau kuliah masih aja mainnya sama anak SMA!"

Farah menatap Mario sewot. "Yee.... Suka-suka gue lah. Justru karena masih disini gue puas-puasin ngeliatin mereka. Kalau udah kuliah kan gak bisa! Jakarta-Jogja emang lo kira deket? Ya gak, Han?" tanya Farah sambil menyenggolku dengan lengannya.

"Eh, iya kali ya...." jawabku singkat.

Entah kenapa aku bisa melihat raut wajah Mario yang sedikit berubah. Rasanya seperti baru tertangkap basah berbohong. Padahal aku kan gak bohong. Cuma memang belum cerita saja kalau aku berencana kuliah diluar Jakarta. Lagipula belum tentu keterima juga kok.

"Pada mau kuliah dimana emangnya? UGM?" tanya Mario.

"Iye, mana lagi?" ujar Farah santai. "Kalau lo mau kuliah dimana, Yo?"

"Gue mau ambil sekolah penerbangan."

***

Saking gak ada kerjaannya libur kuliah begini, akhirnya aku mengobrak-abrik isi lemariku. Lebih tepatnya mencoba menata ulang isinya yang sudah gak jelas bentuknya. Bisa-bisa ada rumah tarantula didalamnya.

Bukannya aku pemalas atau bagaimana, tapi dengan tugas kuliah yang selalu menumpuk, mana sempat membereskan lemari? Ya gak?

Aku menarik laci dalam lemariku dengan sedikit keras. Well, laci ini memang sudah lama sekali gak aku buka dan aku gak tahu isinya apa.... Coba tarik sekali lagi, dan.... Berhasil! Astaga banyak sekali debunya....

Aku pun bergegas mencari kain lap untuk membersihkan debu yang sudah menumpuk itu namun langkahku terhenti ketika kakiku menginjak suatu benda kecil yang terasa keras dan lumayan menyakitkan.

Rupanya aku menginjak gelang lamaku yang mungkin tersimpan dalam laci lemariku. Gelang manis dengan bandul berbentuk pesawat kecil pemberian seseorang....

Sedalam-dalamnya kita mengubur kenangan, akan terasa semakin sakit kalau kita mengingatnya....

***

Bagi pasangan yang baru menjalin hubungan tidak lebih dari seminggu tanpa komunikasi yang baik, masalah yang kami hadapi benar-benar berat!

Pasangan mana yang suka dengan hubungan LDR alias hubungan jarak jauh?

Mau ada teknologi yang namanya video call juga gak akan mempan. Memangnya kamu pacaran sama gambar?

Dan yang lebih parahnya lagi, aku gak pernah tahu kalau Mario punya cita-cita menjadi pilot....

"It's not gonna work on us, Yo...." ujarku pelan saat Mario mengantarku pulang dengan motornya.

"Apanya?" ujar Mario balik bertanya padaku.

Entah dia memang tidak mengerti perkataanku atau hanya pura-pura....

"Semuanya. Hubungan ini gak bakal berhasil...."

"Udah kita coba?" tanya Mario.

"Apanya?" ujarku bertanya balik.

Sungguh, aku beneran bertanya, bukan berniat membalas kata-katanya!

Mario menepikan motornya, aku pun turun dan melepas helmku. Kami memang belum sampai ditujuan, tapi kami harus berhenti untuk bicara.

"Kita ujian nasional kapan sih, Nah? Tes masuk UGM kamu juga masih lama kan?" tanyanya serius, sementara aku hanya bisa mengangguk pelan seperti mainan di dashboard mobil. "Jadi kita jalanin aja dulu ya? Kamu mau kan?"

Aku menatap matanya dalam-dalam. Dia tidak seperti Mario yang biasanya kukenal. Kenapa, Yo? Kenapa aku baru sadar kalau ini kamu?

"Aku keterima di UGM atau gak, kamu tetap gak akan ada disini, Yo.... Kamu bakal sering pergi-pergi ninggalin aku...." ujarku lirih.

Membayangkan Mario kelak menjadi pilot yang dikelilingi pramugari cantik dengan postur yang aduhai.... Ck! Gak ada apa-apanya aku!

Mario tergelak, seolah bisa membaca isi pikiranku. "Aku mau jadi pilot bukan karena mau pacaran sama pramugari, Nah. Kalau mau pacaran sama pramugari yang cakep-cakep itu, ngapain aku nembak kamu?"

Oke, aku mulai merasakan kupu-kupu diperutku. Oh ini rasanya.... Ya Tuhan....

Untungnya alam sadarku langsung mengambil alih kegilaan ini. "Ya udah, terus ngapain emang nembak aku?" ujarku defensif.

Mario masih berusaha menahan tawanya. "Karena kamu beda, Nah. Kamu yang pantas dampingin aku...."

Kayaknya kupu-kupu dalam perutku tadi udah berevolusi jadi naga deh. Duh, gak kuatlah!

"Fine...."

Sudah, sudah.... Dosis Mario yang sweet ini sudah cukup segini aja. Kalau kebanyakan aku kayaknya mau muntah nanti.

Cepat-cepat aku kembali membonceng motor Mario dan meneruskan perjalanan kami dalam hening.

Sampai saat ini aku masih belum tahu alasan kenapa aku mau menjadi pacar Mario. Well, mungkin karena mencintai seseorang tidak butuh alasan.... Dan sekarang aku benar-benar takut membayangkan akan tinggal berjauhan dengannya....

***

Kangen SMA gak sih jadinya? Jaman merasa udah paling bener dan visioner, sok tau bakal kayak apa masa depannya. Masih optimistis tingkat tinggi. Ya tapi kadang kenyataan gak seindah itu sih :)

MenaraWhere stories live. Discover now