#38

1.1K 132 7
                                    

Mingyu dengan keras memegang tangan Ren dan langsung ia hempaskan. Ren tampak mundur beberapa langkah.

Mingyu membalikan badannya dan memojokan Ren, sehingga punggung Ren menabrak pintu di belakangnya.

Mingyu menjulurkan tangannya di pintu sekitat Ren yang membuat Ren terkunci pada tatapan tajam Mingyu.

"Dengar," ucap Mingyu dengan pelan namun tajam. Ren bisa melihat kedua bola matanya yang sangat mirip dengan Wonwoo.

"Ini pertama dan terakhir kalinya aku mengatakan ini," Mingyu melanjutkan ucapannya.

"Aku, tidak akan pernah membuka hati untukmu. Dan aku tidak akan pernah mau untuk menyentuhmu. Dan ku harap kau juga jangan pernah menyentuhku. Mengerti?"

Ren menatap mata tajam Mingyu yang begitu dekat dengannya. Jika suasananya ini tidak seburuk ini, ia pasti dengan tanpa malu mencium Mingyu. Namun sekarang, kebalikannyalah yang terjadi.

"Ke-kenapa?" Ren memberanikan diri untuk bertanya. Namun dibalas pukulan keras di pintu sampingnya oleh tangan Mingyu.

"Tidakkah kau mengerti? Kau dan aku hanya sebatas surat perjanjian. Jadi apa yang kau harapkan? Jujur saja aku bisa saja langsung pergi ke tempat Seokmin sekarang. Tempat dimana hatiku berada. Jadi jangan berharap apa-apa denganku." Ucap Mingyu dengan tajam sebelum berbalik berjalan kembali ke lemarinya.

"Seokmin Seokmin Seokmin! Apakah semua orang akan bertekuk lutut pada orang yang bernama Seokmin itu ?! Kau dengan kakakmu sama saja! Mingyu, Sadarlah Bahwa Seokmin itu Pria!" Ucap Ren yang sudah kesal sekali. Kenapa semua orang menyukai orang yang bernama Seokmin itu? Apakah dirinya yang cantik ini tidak bisa di bandingkan dengannya?

Mingyu yang sedang merapikan jubahnya di lemarinya hanya menatap Ren datar dan menjawab," lalu? Apakah itu masalahmu?"

"Ya tentu saja itu masalahku! Bahkan kau rela membunuh kakakmu sendiri demi orang yang bernama Seokmin itu!" Ucapan Ren membuat Mingyu kaget sebentar sebelum menatap Ren dengan tajam.

"Dari mana kau tahu?"

"Apakah itu penting sekarang?" Balas Ren yang entah kenapa kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Mingyu sebenarnya ingin membalas Ren lagi, tapi setelah melihat kedua mata Ren yang mulai membasah, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan perdebatan ini. Salahkanlah hatinya ini yang selalu iba ini.

"Kau tidak mengetahui apa-apa, jadi jangan ikut campur." Ucap Mingyu yang kemudian berjalan pergi keluar dengan menggeser Ren.

"Tentu saja aku tahu,Mingyu...karena yang kau bunuh itu adalah tunanganku..."
.
.
.
Mingyu hendak mencari udara segar. Ia bersyukur meninggalkan jubah birunya di kamar. Karena jubah itu berat sekali jika dirinya dalam keadaan tidak semangat, seperti sekarang ini. Ia butuh Seokmin jika disaat-saat seperti ini. Ah, ini baru beberapa jam saja,tapi dirinya sudah merindukan sosok itu.

" Lalu apa Rencanamu,Youngjae?" Ucapan itu membuat Mingyu yang sedang memikirkan Seokmin menjadi terfokus pada pembicaraan itu. Ia tidak menyadari jika ia melewati ruangan senjata.

Dengan segera ia menyembunyikan diri dibalik pintu, ia berharap badan besarnya ini tidak membuat keributan apapun. Memang benar, inilah tujuan utama mengapa pernikahan ini terjadi. Karena ia harus menjadi mata-mata.

"Aku? Tentu saja tujuanku sama denganmu, Daehyun."

"Membalas dendam?"

"Bukan hanya aku dan kau saja kan yang berpikiran seperti ini? Aku merasakan semua orang memikirkan hal yang sama. Seungcheol harus diberi sedikit pelajaran agar tidak terlalu congkak." Mingyu merasa yang mengucapkan itu adalah orang yang bernama Youngjae.

"Benar! Untuk itulah kenapa kita digabungkan seperti ini oleh Raja Luhan,bukan?" Ucap orang yang bernama Daehyun. Setelah itu mereka tertawa keras.

"Menurutmu, apakah senjata Nuklir ini benar-benar akan menghancurkan Allans? Kau tahu sendiri kan sebagaimana tebal dinding Allans." Mingyu melebarkan matanya karena nama kerajaan Seokmin di sebut. Tunggu sebentar, bukankah perjanjian pernikahannya ini untuk membatalkan perang?

"Tenang saja,Daehyun. Senjata ini bahkan bisa langsung menghancurkan tembok Allans bahkan sampai ketulang-tulang mereka! Hahaha"

"Baiklah kalau begitu. Kita hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan senjata buas ini,hahaha." Mereka berdua pun berjalan keluar dan menutup pintu.

Sekarang, Mingyu sudah bisa bernapas dengan lega. Dipikirannya sekarang adalah ia harus memberitahukan hal ini kepada ayah Seokmin.
.
.
.
"Mingyu? Itu kamu kan?" Tanya Seokmin yang sekarang memfokuskan matanya di dinding tanaman yang gelap karena tidak terkena sinar bulan.

Dan benar, sosok bertubuh besar itu muncul dengan melewati dinding tanaman itu. Dengan segera Mingyu berlari memeluk Seokmin dengan erat untuk melepas rindunya.

Seokmin pun juga membalas pelukan Mingyu dengan erat. Demi Tuhan, ia sangat tidak rela membiarkan Mingyu bersama orang lain. Apalagi bersama perempuan itu.

"Aku merindukanmu,sayang." Ucap Mingyu yang masih memeluk Seokmin. Sedangkan Seokmin hanya mengelus punggung Mingyu dengan lembut.

"Kita baru saja bertemu tadi." Balas Seokmin yang sebenarnya juga merindukan Suaminya itu.

"Tapi aku tetap merindukanmu." Mingyu melonggarkan pelukannya dan menatap Seokmin dengan tatapan manja.

"Jangan memasang muka seperti itu atau aku.." ucapan Seokmin terputus karena ia merasa malu jika  ia mengatakan akan mencium Mingyu.

"Atau kamu kenapa?" Tanya Mingyu ia memasang senyum miringnya karena tahu istrinya ini kembali salah tingkah.

"Ermm, tidak jadi." Ucap Seokmin sambil menggaruk tengkuk kepalanya. Mingyu terkekeh pelan melihat kelakuannya itu.

"Kenapa?" Mingyu mendekatkan wajahnya dan kembali memasang ekspresi manjanya yang membuat Seokmin semakin salah tingkah.

Akhirnya,Seokmin memutuskan untuk mencubit kedua pipi Mingyu. Yang membuat si empunya meringis kesakitan.

"Sakit tahu, sayang." Ucap Mingyu sambil mengelus pipinya yang berdenyut.

"Siapa suruh masih memasang tampang seperti itu." Balas Seokmin sambil memalingka wajahnya sebentar sebelum kemudian menoleh kearah Mingyu sedikit. Sepertinya ia mencubit sedikit keras.

"Sakit sekali ya?" Tanya Seokmin pada akhirnya. Mingyu mengangguk dalam diam sambil memajukan bibirnya.

Seokmin pun akhirnya memegang tangan Mingyu yang berada di pipi dan menurunkannya. Kemudian ia menggantikannya dengan tangannya.

Setelah itu, ia pun berjinjit sedikit untuk mencium kedua pipi Mingyu. Mingyu kaget dengan perlakuan Seokmin karena pasalnya, seorang Seokmin sangat jarang bergerak terlebih dahulu sebelum dirinya. Keajaiban apa ini?

"Semoga menjadi lebih mendingan." Ucap Seokmin dengan senyum hangat sambil menatap Mingyu.

Dengan segera Mingyu menarik tengkuk Seokmin dan memberinya ciuman ganas. Ia tidak mau tahu jika bibir Seokmin akan membengkak nantinya, siapa suruh menggoda dirinya.

Seokmin akhirnya bisa menyamakan keganasan Mingyu. Ia menelan saliva yang diberikan oleh Mingyu. Bahkan sekarang ia berani membalas gigitan Mingyu sehingga ada rasa asin di dalam mulut mereka.

Ciuman itu akhirnya berhenti setelah Seokmin kehabisan napas dan menepuk dada Mingyu. Bibir mereka sama-sama membengkak dan membiru.

"Seokmin, aku ingin meminta bantuanmu." Ucap Mingyu setelah mengambil napas secukupnya.

"Apa itu? " Mingyu membisikan rencana yang tadi ia dengar di ruang senjata tadi. Seokmin yang mendengarnya hanya terkejut serta marah. Karena dengan perjanjian bodoh ini, suaminya sudah di ambil oleh orang lain, tapi mereka masih tetap ingin membalas dendam ke ayahnya.

"Beritahukan itu ke ayah Seungcheol, mengerti?" Ucap Mingyu yang di balas anggukan oleh Seokmin.

"Dan terakhir, Sayang." Mingyu menatap Seokmin dengan sendu. Ia tidak ingin mengatakan ini, tapi ini demi keselamatan Seokmin.

"Apa?"

"Kamu...kumohon Jangan pernah lagi ke sini."
.
.
.
Nyampe 12ribu readers gaes, thanks banget semuanya :D

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang