3. Penasaran

53 11 0
                                    

"VINDIIIIIIIIIII ANGELISTA!!!" Teriak gama ketika sudah memasuki kelas. Setelah perjuangan yang keras untuk berjalan dari kantin hingga ke dalam kelas, dia segera mencari seseorang yang tentunya sudah membuat 'masa depan' seorang Gamaliel hampir runtuh.

"Apaansi gamelan! Nama gue bukan vindi angelista" protes vindi.

"Bodoamat! Gue ga peduli sama nama lo. Yang penting lo harus tanggung jawab"

"HAHAHA ABIS DI APAIN LO SAMA VINDI SAMPE HAMIL GITU?" Ucap abay yang entah sejak kapan sudah mendengar pembicaraan gama dan vindi.

"Hamil palelo botak! Gua jambak juga nih rambuh botak lo" ucap gama kesal.

"Gue? ngapa-ngapain gama? Najis amat" jawab vindi sambil berlalu dari hadapan kedua temannya itu.

Gama yang melihat vindi mulai berjalan kembali ke bangkunya, mengikuti vindi dengan langkah seperti orang pincang.

"Vindi ih! Sakit banget ini punya gue" ucap gama.

Vindi hanya diam tak merespon ucapan gama. Setelah itu mengeluarkan buku pelajaran dan earphone dari dalam tasnya.

"bodoamat! Pokoknya lu harus tanggung jawab!" ucap gama masih merasa kesal dengan perlakuan vindi dikantin.

"Tanggung jawab apaan sih? Emang lo gue hamilin sampe minta tanggung jawab gitu?" jawab vindi setelah mencolokkan kabel earphone pada IPhone-nya.

"Tanggung jawab gara-gara lo punya gue jadi sakit"

"Siapa suruh lo ngeselin"

"Yah yaudah deh gue minta maaf masalah kunciran tadi. Tapi lo juga harus minta maaf masalah lo nendang 'masa lalu' gue, eh 'masa depan' maksudnya" ucap gama yang di akhiri kekehan kecil.

Mata vindi menyipit kemudian berkata. "Ga ikhlas banget lo minta maafnya"

"Gue ikhlas, ya Tuhannnn!!" ucapnya kemudian mendengus keras. "Vindi temannya Zyra, gue minta maaf ya sama lo. Dimaafin ga?" lanjut gama dengan nada yang sedikit melembut.

Bukannya merespon permintaan maaf dari gama, vindi malah diam sambil sesekali menganggukkan kepala mengikuti irama musik yang sedang ia dengarkan. Dan gama juga masih pantang untuk menyerah meminta maaf pada vindi.

Vindi melepaskan earphone dari telinganya dengan sekali hentak dan mendengus keras karna kesal dengan gama yang sedari tadi mengganggu waktu istirahatnya.

"Iya udah ah gua maapin"

"YASHH!!!" sambil meninju tangannya ke udara. "Yaudah gua mau ke luar kelas dulu ya, nemuin pacar" kemudian mengacak dengan gemas rambut vindi yang sudah dikuncir.

Vindi mendelik tajam ke arah gama, yang hanya dibalas dengan cengiran lebar khas Gama. "Dasar bucin lo!" teriak vindi sebelum gama benar-benar keluar dari kelas.

*****

Setelah bel pulang berbunyi, vindi segera mengangkat kursinya ke atas meja dan langsung mengambil sapu yang ada ditempatnya. Hari ini memang jadwalnya untuk mengerjakan piket kelas bersama teman-temannya.

"Vin, gue duluan ya.. Udah dijemput abang gue nih" ucap Zyra yang sudah bersiap dengan tas gembloknya.

"Iya duluan aja. Gua masih lama nih"

"Oke. Bye beb!"

"Idih najong"

Setelah selesai dengan kewajibannya, vindi berjalan ke arah tangga. Di koridor sekolahnya masih ramai, banyak teman-temannya yang masih mengangkat buku-buku pelajaran seusai praktek, ada juga yang baru saja naik ke atas setelah olahraga dan ada yang masih menyempatkan waktu untuk pacaran. Terutama sepasang manusia yang sedang mengobrol dekat tangga, vindi yang melihatnya mendengus kesal karna harus melewati sepasang manusia itu.

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang