4. Lari pagi (1)

81 7 1
                                    

SELAMAT MEMBACA
KISAH GAMA DAN VINDI

SEMOGA SUKA.
SELAMAT MEMBACA🇭

*****************

04.50 WIB

Vindi terbangun dari tidurnya. Sudah menjadi kebiasaan vindi bangun pada saat jarum jam berada di jam lima kurang sepuluh menit. Bahkan tanpa suara dari alarm pun vindi langsung terbangun dari tidurnya.

Tangan vindi berusaha mencapai meja kecil yang tepat berada di samping kasurnya untuk mengambil handponenya disana. Mengecek tanggal dan hari untuk lebih memastikan bahwa ini hari untuk bersantai meluncur disemua sosial media.

Sunday, 14/09/2017.

Vindi bersyukur dalam hati. Akhirnya dia bisa melupakan sedikit tentang pelajarannya. Setelah senin-sabtu berada di luar rumah, hari minggu ini akan dia manfaatkan bersantai dirumah. Tidak seperti biasanya untuk keluar rumah bersama sahabat terbaiknya, Zyra.

Vindi memejamkan matanya kembali.
Tiba-tiba teringat  pertemuan terakhirnya dengan gama saat sore itu setelah pulang sekolah. 

"Rumah gue yang warna coklat" ucap vindi sambil menunjuk ke arah rumahnya ketika dia dan gama masih berada di dalam mobil.

Gama mengikuti arah pandangnya ke arah yang di tunjuk vindi. Ini benar-benar di luar dugaannya. Gama kira, rumah vindi hanya rumah yang standar seperti rumah lainnya. Gama tau ini memang perumahan bertaraf internasional namun gama tetap tidak menyangka, bahwa pemilik rumah yang paling besar di perumahan ini merupakan rumah vindi.
Walaupun rumah gama luasnya mungkin hanya berbeda beberapa meter saja dari rumah vindi.

"Kenapa sih lo selama ini nutupin alamat rumah lo" tanya gama setelah mereka tiba di depan rumah vindi.

"Karna memang seharusnya begitu."

"Loh? Kenapa?"

"Kepo" ucap vindi, kemudian melepas seatbeltnya.

"Gue ngga bisa bayangin sih kalo yang punya rumah ini bukan lo. Pasti itu anak perempuannya udah ngasih tau temen-temennya kalo ini rumah dia. Padahal itu rumah orang tuanya. Sedangkan lo yang punya rumah ini, malah seakan menyembunyikan keberadaannya."

"Bawel banget dah gamelan"

"Mood gue lagi Bagus nih buat ngomong" ucap gama dengan bangga.

"Bukan mood lo yang lagi Bagus. Emang lo nya aja yang bawel"

"Dih ngeselin lo. Gue tarik lagi dah kunciran lo. Eh jangan deh, nanti anu gue di tendang lagi sama lo" setelah itu gama tertawa dengan keras melihat ekspresi vindi yang berubah menjadi macan. Eh. Itu mah iklan bisku*at.

"Udah ah. Gausah mampir ya, rumah lo kan juga disini. Bye"

Gama melongo tidak percaya. Baru kali ini dia mengantar seorang cewek tapi tidak ditawarkan untuk sekedar mampir sebentar. Padahal sebelumnya gama tidak pernah menerima tawaran dari cewek-cewek yang pernah menjadi pacarnya itu.
Kalau vindi menawarkan, mungkin saja gama akan menerima tawarannya walaupun rumah gama berada di daerah yang sama.

Kemudian gama tersenyum kecil setelah vindi masuk ke dalam rumahnya tanpa repot-repot untuk menengok ke arah mobil gama. "dia berbeda" ucapnya.

***************

Vindi membuka matanya ketika mendengar suara gemetar dari handphonenya. Vindi bangun dari kasurnya, dan menyalakan lampu kamar dan mematikan lampu tidurnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang