04 : [Hal Baru & Kehilangan]

50.6K 3.1K 141
                                    

Hai readers yang baik hati dan tidak sombong. Aku mau mengabarkan kalau cerita ini pindah ke dreame.com dan akan di update secara bertahap. Kalau kalian penasaran, link ceritanya ada di bio, ya! ^^

==========

Aku masih membuka tutup telapak tangan, merasakan sensasi aneh yang kurasakan ketika kedua lenganku saling menembus satu sama lain. Hawa dingin menggelikan terasa.

"Nevan..." bisikku seraya meniup-niup kuping Nevan.

Cowok itu bergidik ngeri, tangannya mengusap tenguk dengan gugup. "Anjrit, ni rumah sakit emang horor banget."

Aku terkikik geli, dan itu membuat Nevan semakin merinding. Tubuhku yang berada di gendongan Nevan dibawanya berlari menembus lorong rumah sakit yang gelap. Terlau! Nevan keterlaluan!

"Kamu kayak karung beras aja sih," celetuk suster ngesot, "gak romantis banget pacarmu."

Pergerakanku yang mencoba-coba menembus tubuh Nevan terhenti. Mataku membulat dan terpancar kebahagiaan disana. PACAR? Dia bilang aku pacar Nevan?

Oh Tuhan, rasanya aku mau mati aja sekarang! Eh, jangan deng.

"Kamu bawa siapa?"

Suara berat milik seseorang yang asing membuat kepalaku berputar. Ugh, aku gak bisa muterin kepala kayak setan di film-film. Entah kenapa ini membuatku jengkel. Dan aku baru sadar kalo ternyata Nevan udah berada di dalam kamar rawat.

Ciaat! Ternyata cahaya gak bikin mataku picek atau tubuhku jadi asap. Duh ya, aku kan belum mati. Tapi, kenapa aku bisa transparant gini? Jangan-jangan aku udah mati? Tapi gimana bisaaa?

"Ini Rena, Pa. Temen Nevan yang tempo hari aku ceritain ke Papa," jawab Nevan seraya membaringkan tubuhku di ranjang yang kosong.

Duh! Nevan ngomongin apaan? Jangan-jangan dia ngomongin aku dan Archy. Hihihi, ternyata Nevan perhatian juga ya.

"Oh, Rena..." gumam Papa Nevan, "roh dia kepisah dari tubuh, ya?"

Papa Nevan menoleh kesana kemari seperti mencari keberadaan sesuatu. Keningku berkerut dalam ketika Papa Nevan menggoyangkan tangannya ke arahku dan tersenyum. Aku menoleh ke kanan dan kiri.

"Papa Nevan dadah ke siapa, sih?" tanyaku pada suster ngesot yang masih setia berputar-putar mengelilingi Nevan. Aku curiga, jangan-jangan dia naksir sama Nevan?

"Hai, Rena," sapaan Papa Nevan membuatku melotot.

Hampir saja mataku keluar dari tempatnya. Astaga. Dia nyapa aku—roh aku?!

"Pa." Nevan terlihat kaget dan bingung, tangannya menunjuk tubuhku yang masih berbaring. "Rena ada disini."

"Itu tubuh Rena, jiwanya ada di sana," Papa Nevan menunjukku tanpa rasa takut sedikitpun.

Waaa! Ternyata ada yang bisa liat aku! Yah, gak seru ah.

Kalo Papa dia bisa ngeliat aku, berarti aku gak bisa ngintilin Nevan dong. Gagal deh rencana indahku. Eh. Kenapa aku jadi kayak penguntit gini?

Nevan mematung, wajahnya memucat. "Jadi maksud Papa, Rena terlepas dari tubuh aslinya, gitu?"

Papa Nevan mengangguk mantap. Dia berjalan mendekat seakan aku adalah manusia biasa. Ini Papa Nevan gak takut sama setan, ya? Apa jangan-jangan dia juga setan? Aku semakin gak mengerti dengan hidup ini.

"Jadi, kenapa kamu bisa keluar dari tubuh?" tanya Papa Nevan.

Aku mengerjap sekali, dua kali, tiga kali. Kemudian menggeleng tak mengerti. Aduh Pak, saya gak tau kenapa bisa kayak gini. Tapi aku senang! Bisa terbang kesana kemari dan menembus dinding sesuka hati.

...Where stories live. Discover now