Part 15

2.2K 223 25
                                    

Praew terduduk tepat dibalik meja dokter, langsung berhadapan dengan pria paruh baya yang memakai jas berwarna putih itu, air matanya tak pernah habis dari kelopak mata praew, menuruni kedua pipinya secara pelahan dan membasahi baju bagian depannya. Praew belum juga sadar, dalam artian pikirannya masih dipenuhi oleh keadaan krist sekarang, ia menunggu hasil pemeriksaan dokter. Bagaimana kondisi krist, adakah bagian tubuhnya yang parah atau... apakah krist bisa selamat?

Kedua belah bibir praew mengatup rapat, dirinya telah siap menerima semua kemungkinan buruk yang akan terjadi, meskipun terasa berat, tak ada satupun upaya yang bisa ia lakukan. Mungkin saja.. mungkin saja praew akan dihantui rasa bersalah seumur hidupnya, jika saja krist tidak bisa diselamatkan.

Glup

Melihat bagaimana reaksi dokter, praew sudah bisa memastikan kalau keadaan krist tidaklah baik, berulang kali praew mengusap air matanya dan berusaha setegar mungkin untuk mendengar hasil pemeriksaan tersebut, tetap saja kenyataan itu tidak bisa ia terima dengan lapang dada.

Walaupun siap, dalam hati.. praew belum bisa menerima kenyataan kalau nyawa krist sedang diujung tanduk sekarang.

" dia.. akan baik hik- baik saja kan?  Jangan katakan sesuatu yang buruk, aku mohon! "

Bibir raumnya terlihat bergetar, menahan satu isakan saja yang nantinya akan lolos, memberikan sedikit kekuatan untuknya, praew membuang napas resah kemudian menatap wajah dokter itu sekali lagi.

" dokter-hiks.. " sekuat apapun ia berusaha, praew tidak bisa menahan kesedihan itu, dua jam ia menunggu krist diruang operasi, dua jam akal sehat dan kata hatinya saling bertolak belakang, praew sudah mengatasi hal itu, tapi sekarang dirinya kembali meneteskan air mata.

" benturan pada kakinya sangat parah mengakibatkan tulang keringnya patah terbuka, ada benjolan besar pada tulang tengkorak dibagian depan, juga.. " dengan spontan kedua tangannya mengepal dibalik meja, meremas rok setengah lulutnya dengan gelisah.

" apa lagi? " mendadak dada praew menjadi sesak, sesaat ia melupakan cara untuk bernapas, tulangnya patah, benjolan pada tulang tengkorak, praew cukup paham apa yang nantinya akan terjadi, tak hanya membutuhkan waktu satu atau dua minggu untuk penyembuhannya, bisa berbulan-bulan bahkan tahunan. Lalu ada hal apa lagi? Bagaimana mungkin keadaan krist bisa separah itu? apa yang harus ia katakan pada orangtuanya? Praew tidak tahu harus melakukan apa dan ia tidak sanggup menerima kemungkinan buruk lain yang terjadi pada krist.

Ucapan dokter itu, terdengar seperti kutukan baginya.

" untung saja pembuluh darahnya tidak pecah, " dokter itu kembali membuang napas panjangnya membuat praew tidak tahan, merasa geram akan tingkah menyebalkan dokter tersebut.

" tapi kami harus mengangkat sebelah kornea matanya, dia mengalami banyak pendarahan, mata yang satunya tak begitu fatal namun akan sedikit mengakibatkan kerabunan " tangisan bercampur segukan itu lolos dari bibir praew, walupun begitu~ walaupun kata dokter krist tidak mengalami pendarahan otak tetap saja dia akan kehilangan sebelah matanya. Tubuh praew langsung lemas seketika, dokter itu mengatakannya dengan sangat mudah, begitu mudahnya dia mendeskripsikan keadaan krist sementara dirinya berharap kalau krist akan baik-baik saja.

Diusapnya wajah pucat itu dengan kasar, praew merasa kalau dirinya baru saja dihantam oleh batu besar, tidak bisa bergerak dan hanya bisa terdiam pasrah. " nona~ " tampaknya dokter khon mengkhawatirkan keadaan praew yang sangat memprihatinkan sekarang, ia mengarahkan praew untuk berbaring diranjang pemeriksaan namun praew langsung menepis tangan dokter tersebut.

NEVER THOUGHT 2 - CAN'T DETERMINE [END]Where stories live. Discover now