Chapter 5

1.8K 383 66
                                    

“Apa kau menyakiti dirimu sendiri lagi hyung?” Tangan kanan Jihoon terulur menelusuri setiap lekuk wajah Seongwoo yang saat ini memang sedang dipenuhi beberapa bekas luka.

Seongwoo tertegun saat ekor matanya menangkap sayatan yang cukup panjang pada lengan pucat adiknya.

“Aku baik-baik saja, Jihoon. Jangan khawatir.”
Seongwoo membawa tangan yang bergetar itu kedalam genggamannya. Mencoba menuntunnya kembali ke kursinya.

“Duduk manis disini. Selesaikan lukisanmu. Aku akan kembali setelah menyiapkan ini.” Salah satu tangan Seongwoo terangkat keatas menunjukkan lunch box berisi nasi goreng kimchi yang sudah ia buat sebelumnya.

Seongwoo tersenyum melepaskan tautan mereka dan langsung berbalik meninggalkan Jihoon yang masih menatap punggung ringkih Seongwoo.

Jihoon tidak berekspresi apapun, ia kembali mengalihkan atensinya ke kanvas yang ada dihadapannya saat ini. Lukisan absurd yang didominasi dengan warna merah dan hitam pekat memenuhi kedua maniknya.

























Ia mengambil salah satu kuas yang tergeletak kaku disana. Dipolesnya kembali lukisan itu dengan tangannya yang sedikit bergetar. Meninggalkan tumpahan cat warna merah pekat yang bercucuran menutupi sebagian sisi lukisan.

“Ong..”

Lamunan Seongwoo pecah kala suara yang tidak asing itu menyapa pendengarannya. Seongwoo menolehkan kepalanya dan mendapati sosok sahabatnya yang sudah dua hari ini tidak ia temui.

“Ah Minhyun kau disini.”

Seongwoo merapikan peralatan melukisnya yang berserakan. Bahkan terlihat beberapa noda bekas cat warna tertinggal di lengan panjang kemeja yang ia gunakan saat ini.

Minhyun menatap ke arah kanvas yang sudah tidak putih lagi itu dengan tatapan datar.

“Sudah lama sekali.” Minhyun membuka suara.

Seongwoo mengernyitkan dahinya bingung dengan pernyataan yang Minhyun lontarkan.

“Ah, tidak. Aku hanya senang melihatmu kembali melakukan apa yang kau sukai.” Minhyun memajukan dagunya menunjuk kanvas yang ada dihadapan mereka.

Tidak ada sahutan dari pihak yang diajak bicara. Seongwoo hanya tersenyum dan kembali sibuk merapikan peralatannya.

“Kau darimana saja? Kau berhutang penjelasan padaku, Ong.”

Minhyun kini sudah beralih dari tempat mereka berdiri ke salah satu sofa yang ada diruang tengah rumah Seongwoo. Ia menyamankan posisinya setelah lelah seharian disibukkan dengan segala aktivitasnya yang belakangan ini memang sudah menyita waktu, tenaga, dan pikirannya.

Seongwoo terlihat sudah berjalan menuju Minhyun dan langsung duduk di sampingnya dengan sepiring buah yang sudah ada di tangannya. Minhyun bangkit dari posisi sebelumnya setelah menatap wajah lelah Seongwoo.

“Ong? Apa ini?”

Minhyun terlonjak kaget saat mendapati bekas luka yang sudah hampir memudar di wajah Seongwoo. Ia meraih dagu Seongwoo dan mengangkat perlahan wajah kecil itu dengan salah satu tangannya, sekedar memastikan apa yang ia lihat ini benar atau tidak.

“Kau berkelahi? Ini jelas memar akibat pukulan.”

Minhyun menaikkan volume suaranya saat memastikan benar adanya apa yang ada dihadapannya saat ini.

Seongwoo melepaskan tangan Minhyun dari wajahnya. Ia memasukkan jeruk yang sudah ia kupas kedalam mulut sahabatnya itu.

“Bisa kau diam sebentar biar kujelaskan?”
Seongwoo menggantungkan kalimatnya, menatap minhyun dengan salah satu alisnya yang terangkat seakan-akan menuntut jawaban dari ekspresi ambigunya.

[END] Fané | OngNielWhere stories live. Discover now