Chapter 6

1.6K 368 38
                                    

Flashback


April, 2009

Panti Asuhan Dharmais


"....."

"Benar sekali Nyonya, Seongwoo kami sudah yatim piatu sejak ia berusia 6 tahun. Dan Seongwoo saat ini sudah berusia 16 tahun. Jadi sudah hampir 10 tahun ia tinggal di panti asuhan ini."

"Ahh seperti itu.. Aku selalu memperhatikannya setiap berkunjung kesini bi, dia tidak banyak bicara, apa memang seperti itu karakternya?" wanita itu masih memfokuskan atensinya pada sosok anak laki-laki yang saat itu tengah sibuk dengan kanvas putih dihadapannya.

"Benar nyonya, tapi sebenarnya dia anak yang manis. Hanya saja jika bertemu dengan orang baru dia selalu seperti itu. Karena Seongwoo termasuk tipe anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin itu sebabnya dia terlihat pendiam." Ujar seorang wanita paruh baya berusia 50 tahunan menjawab dengan ramah setiap pertanyaan yang diajukan.

"Sebenarnya aku dan suamiku ingin mengadopsi seorang anak, bi. Seperti yang bibi tahu, sejak 8 tahun pernikahan kami, kami belum juga mendapatkan seorang anak."

"Aku memang tidak pernah berbicara banyak dengan Seongwoo bi, tapi entah kenapa aku bisa melihat sisi diriku melalui matanya."

"Apa boleh jika aku dan suamiku mengadopsinya sebagai anak kami?" Wanita yang lebih muda itu menatap harap kepada wanita yang lebih tua.

"Mengadopsi Seongwoo?"

Wanita yang lebih muda mengangguk.

"Apa menurutmu aku bisa menjadi seorang ibu untuk Seongwoo?"

Han bisa melihat dengan jelas dua hal berlawanan di balik tatapan wanita muda yang saat ini tengah duduk dihadapannya.

Kekhawatiran dan harapan.

Kekhawatiran akan kemampuannya sendiri yang merasa takut untuk menjadi seorang ibu. Dan harapan untuk bisa merasakan cinta dari seorang putra melalui sosok Seongwoo.

Disatu sisi, Han merasa lega saat mengetahui salah satu puteranya yang selama ini sudah ia rawat sejak kecil akan diadopsi. Namun disisi lain dadanya terasa sesak, entah beban apa yang mengganjal didalam sana. Ia hanya merasa berat untuk melepas Seongwoo.

Tapi demi masa depan Seongwoo, Han harus bersikap realistis.

Seongwoo berhak mendapatkan rumah yang lebih layak dari sekedar rumah mereka yang bahkan akan sangat dingin dimusim dingin dan sangat panas saat dimusim panas. Seongwoo berhak mendapatkan kamar yang lebih layak dari sekedar kamar dengan kasur yang sebenarnya sudah tidak nyaman lagi untuk digunakan oleh anak seusianya. Seongwoo berhak mendapatkan makanan yang lebih layak dari sekedar lauk yang tidak membuatnya benar benar kenyang karena harus ia bagi setiap hari dengan keluarganya. Seongwoo berhak mendapatkan pendidikan yang layak yang selama ini tidak pernah bisa ia berikan. Seongwoo berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Seongwoo berhak bahagia. Sekalipun ada kebahagiaan lain yang harus di korbankan.

"Tentu.. Tentu saja, nyonya. Kalian adalah donator tetap kami selama ini. Aku sangat bahagia jika Seongwoo akan di rawat oleh orang tua sebaik kalian. Aku akan mencoba berbicara dengan Seongwoo terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengurus semuanya. Percayakan saja padaku." Han menarik paksa kedua sudut bibirnya yang dibalas dengan anggukan dan senyuman bahagia oleh wanita yang ada dihadapannya.

*******

"Apa maksud, eomma?" Seongwoo bertanya lirih namun masih terdengar jelas.

"Seongwoo-ya.. Semua akan menjadi lebih baik jika kau ikut bersama mereka." Han meraih kedua tangan kurus Seongwoo yang semakin hari entah kenapa semakin terlihat kurus. Ia mengelusnya lembut mencoba memberikan ketenangan untuk Seongwoo.

[END] Fané | OngNielWhere stories live. Discover now