Duapuluhenam - pertarungan

3K 505 99
                                    



Lapangan blok 5 yang biasanya sepi kini di penuhi puluhan murid yang masih mengenakan seragam putih abu - abu. Sebagian dari mereka mengenakan jaket hitam. Ada pula yang hanya mengenakan kaos putih.

Di bagian kiri lapangan berdiri pasukan dengan Taeyong sebagai pemimpin. Lelaki itu membawa sekitar tiga puluh orang yang tujuh di antaranya kawan Yuta dari sekolah lain, empat orang lainnya kawan Johnny, dan sisanya murid sekolah Taeyong.

Mereka kompak mengenakan jaket hitam yang membungkus seragam SMA.

Taeyong berdiri di barisan paling depan. Dengan setongkat kayu di tangan kanan, ia sangat siap untuk pertarungan kali ini.

Di hadapannya dengan jarak lima meter, berdiri Hanbin dengan pasukannya yang berjumlah kurang lebih sama dengan Taeyong. Mereka juga siap untuk pertarungan sore ini.

Langit sore menjadi saksi. Tawuran yang biasanya hanya sebatas saling serang ke masing - masing sekolah, kini berubah. Mereka kini berkumpul di lapangan dengan niat yang sama. Niat untuk saling menghancurkan.

Taeyong melihat sekitar. Berharap seseorang yang paling ia tunggu kedatangannya hadir di lapangan.

Orang itu, Sehun, masih belum terlihat hingga kini. Taeyong pasrah. Ada atau tidaknya Sehun, pertarungan ini harus segera di mulai.

"SERANG!" Teriak Taeyong bersamaan dengan gemuruh petir. Langit yang semula berwarna jingga kini menggelap. Nampaknya hujan akan segera turun.

Taeyong maju dengan berani. Begitupun Hanbin yang ikut maju. Mereka saling adu fisik menghiraukan sekitar yang tengah gaduh.

Taeyong menerjang kuat tubuh Hanbin membuat lelaki itu terjungkal ke belakang. Tak membuang kesempatan, Taeyong meninju wajah Hanbin hingga babak belur. Menimbulkan sobekan darah di sekitar mulut lelaki itu.

Hari itu, Taeyong seperti kerasukan. Menghajar Hanbin hingga lelaki itu tak dapat bangkit dari baringnya.

Saat tengah memukul Hanbin, seseorang dengan keras menarik kerah baju Taeyong dari belakang lalu memberikan satu pukulan penuh pada perut lelaki itu membuat Taeyong harus berlutut menahan rasa sakit.

Taeyong menyempatkan diri melihat sekitar. Memastikan apakah pasukannya baik - baik saja atau malah tumbang.

Pasukan Taeyong kebanyakan terbaring tak berdaya di aspal. Terengah - engah sambil sesekali mengerang karena kesakitan.

Bugh.

Taeyong meringkuk kesakitan kala perutnya untuk kedua kali di pukul dengan sadis. Pandangannya sedikit mengabur. Membuatnya tak jelas hanya sekedar melihat siapa yang berani memukulnya.

"Lebih baik lo nyerah, Lee Taeyong. Pasukan lo udah pada tumbang. Gak ada yang bakal bantuin lo lagi." Ujar orang itu ikut berjongkok di depan Taeyong yang berlutut.

Taeyong mengangkat kepalanya lalu berdecih kala ia melihat siapa orang di hadapannya.

"Gak ada kata nyerah di kamus gue." Lirih Taeyong pelan. Ia pun menegakkan punggung lalu berusaha untuk berdiri.

Setidaknya, jika kawan - kawannya sudah menyerah, masih ada dia yang akan berjuang. Taeyong akan berjuang demi teman - temannya, demi dirinya sendiri, dan demi Jennie.

"Argggh."

"Udah gue bilang, lebih baik lo nyerah."

Taeyong menggeleng di bawah sepatu boots milik pasukan Hanbin. Orang itu menekan kepala Taeyong dengan salah satu kakinya. Semakin menambah tekanan saat Taeyong mencoba berontak di sisa tenaganya.

"Lo gak berhak nginjak dia." Suara berat itu muncul dari arah samping.

Taeyong menoleh masih dalam keadaan terinjak, ia melihat seseorang yang ia harapkan berdiri di sana.

Dengan jaket army kesayangannya, Sehun berdiri bersama beberapa orang yang berpenampilan seperti preman. Banyak tato dan juga tindik di sekitar tubuh mereka.

"Sehun." Bisik Taeyong pelan.

Semangat yang tadinya luntur kini mulai bangkit. Taeyong yang bringas kembali. Ia pun menarik kaki yang menginjak kepalanya membuat orang itu terpelanting ke belakang.

Sehun maju dengan pasukannya membabak beluri orang yang menginjak Taeyong.

Sedangkan Taeyong, ia kembali menoleh pada Hanbin yang dengan susah payah bangkit dari duduknya. Hidung lelaki itu mengeluarkan banyak darah. Ujung bibirnya juga sobek. Satu kata untuk Hanbin sore ini. Mengenaskan.

Hujan mulai turun membasahi lapangan yang di penuhi bercak darah.

Taeyong tak ingin membuang waktu. Ia pun berlari menuju Hanbin dengan kaki yang langsung menendang bahu Hanbin membuatnya terbaring di aspal yang basah. Setelah itu Taeyong kembali memebabak beluri Hanbin tanpa ampun.

Erangan kesakitan Hanbin teredam oleh derasnya hujan hari ini. Pandangannya mulai buram. Semakin lama semakin menghitam. Setelahnya, Hanbin pingsan di tempat dengan luka dan baju yang basah.

Taeyong tersenyum miring. Ia pun menoleh ke arah Sehun yang sudah berhasil menjatuhkan beberapa lawan. Ia kembali tersenyum. Namun kali ini tersenyum senang.

Sehun dengan mudahnya menghadapi beberapa musuh sekaligus. Seolah itu bukanlah hal yang berat untuk di atasi.

Taeyong terus melihat ke arah Sehun hingga ia melihat seorang musuh yang mengarahkan pisau tajam ke arah Sehun.

Taeyong sigap. Ia pun lari berusaha menarik Sehun menjauh.

Sehun selamat, namun Taeyong tidak.

Lelaki itu tertusuk tepat di bagian perut. Tidak dalam, namun cukup perih.

Tak terima, Sehun menghajar orang itu hingga tak sadarkan diri. Setelahnya ia berjongkok di samping Taeyong yang terbaring kesakitan sambil memegang perut.

"Sehun, makasih." Ujar Taeyong di sisa tenaganya.

Sehun tersenyum sebagai jawaban. Ia pun mencoba memanggil ambulance lewat nomor darurat. "Yong, lo harus kuat sampai ambulance datang."

Taeyong mengangguk pelan. Walaupun pandangannya mulai mengabur, ia akan mencoba untuk terus sadar.

Di sisa tenaga yang perlahan mulai habis, Taeyong menolehkan wajahnya menghadap tempat di mana Hanbin terkapar tak sadarkan diri.

Hanbin bohong. Dia berkata kalau Jennie akan datang ke lapangan dan akan memilih satu di antara mereka. Nyatanya Jennie sama sekali tak terlihat di sini.

Sirine ambulance mulai terdengar. Taeyong tebak, ambulance yang datang tak hanya satu.

Dan benar, sekitar lima buah ambulance datang memenuhi lapangan tersebut.

Di detik - detik akhir sebelum Taeyong memejamkan matanya, ia mendengar suara gadis yang belakangan menemani harinya. Orang yang sangat Taeyong tunggu kedatangannya selain Sehun.

Taeyong tersenyum kecil. Hanbin tak sepenuhnya berbohong.

Setelahnya Taeyong di angkat naik ke dalam ambulance yang akan membawanya menuju rumah sakit terdekat.

Di samping mobil ambulance yang di tempati Taeyong, Hanbin juga di angkut dalam keadaan tak sadarkan diri. Wajahnya penuh akan cairan kental berwarna merah yang menodai seragam putihnya.

Mobil ambulance yang membawa Taeyong dan Hanbin terparkir sejajar. Membuat seorang gadis yang tengah berdiri di tengahnya menjadi bingung. Jennie menggigit bibirnya cemas. Mobil mana yang akan ia masuki.

Mobil ambulance yang membawa Taeyong atau Hanbin?

Kalau kalian ada di posisi Jennie, kalian akan milih siapa?

❤️💚❤️

bastard boy •• taeyong x jennie [tamat]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt