Tigapuluh - berdamai

3.9K 504 41
                                    



Teriknya sinar matahari pagi tak menyurutkan semangat membara Jennie hari ini. Setelah turun dari motor besar Haechan yang berhenti tepat di depan gerbang, Jennie bergegas untuk menyimpan tas ranselnya di kelas.

Waktu menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Itu berarti tersisa tiga puluh menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Jennie semakin mempercepat gerakannya.

Setelah menyimpan tasnya, Jennie langsung beranjak pergi mengabaikan panggilan dari Rose yang bertanya tentang penampilan Jennie pagi ini. Mata merah dan sembab. Belum lagi rambutnya yang di ikat asal tak rapi. Menyisakan anak rambut yang menjuntai di sekitar dahi. Sangat tidak mencerminkan seorang Jennie.

Gadis itu tak peduli pada penampilannya saat ini. Yang terpenting sekarang ia harus bertemu dengan seseorang yang sudah membuatnya menangis semalaman hingga menghabiskan dua kotak tissue di kamar.

"Kak Yuta!"

Merasa di panggil, Yuta menoleh. "Kenapa Jen?"

"Taeyong mana?"

"Lagi nyebat di belakang sekolah."

Jennie mengangguk lalu berterima kasih pada Yuta. Gadis itu langsung melangkah menuju gedung belakang sekolah yang sepi.

Tekadnya sudah bulat. Ia akan meminta penjelasan pada Taeyong atas sikap lelaki itu padanya.

Jennie terus mencari - cari keberadaan Taeyong hingga kakinya berhenti saat melihat lelaki itu tengah duduk di lantai koridor. Punggungnya ia sandarkan pada dinding sedangkan tangan kanan mengapit sebatang rokok.

Menghembuskan napasnya panjang, Jennie mencoba menguatkan diri. Melawan seorang Taeyong bukanlah hal yang mudah. Apalagi tipe gadis yang mudah menangis seperti Jennie. Sangat perlu mental yang kuat untuk melawannya.

Jennie berjalan mendekat lalu menarik paksa rokok di bibir Taeyong. Menginjak rokok itu ganas dengan kaki kanannya, membuat lelaki yang tengah menenangkan diri itu bangkit dari duduknya dalam keadaan marah.

"APA YANG LO LAKUKAN?!"

"LO YANG KENAPA?!"

Keduanya sama - sama terdiam setelah saling membentak. Taeyong membuang muka setelah beberapa detik menatap marah Jennie. Ia bahkan berniat beranjak dari tempat jika saja Jennie tidak melanjutkan perkataannya.

"Taeyong, lo berubah." Lirih Jennie pelan. Sedangkan Taeyong hanya mendengus meresponi ucapan Jennie.

"Lo ga kayak yang dulu."

"Kalau gue berubah kenapa? Apa urusannya sama lo? Lo bukan siapa - siapa. Jadi jangan sok ngatur hidup gue!"

Jennie terdiam. Mencoba mencerna lebih dalam perkataan Taeyong barusan.

Jennie bukan siapa - siapa. Benar. Jennie memang bukan siapa - siapanya Taeyong.

Mereka tidak memiliki hubungan apa pun selain kakak dan adik tingkat yang pernah melewati beberapa momen manis bersama.

Jennie sadar. Posisinya sekarang tidak lebih dari itu.

Rasanya ingin berterima kasih pada Taeyong yang telah menyadarkannya akan dunia nyata yang ia jalani. Bukan dunia khayalan yang selalu Jennie impikan bersama Taeyong.

bastard boy •• taeyong x jennie [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang