31. Besarnya Hati Seorang Kakak

1.9K 241 32
                                    

"siapa bosmu Shinta Naomi ?"

Naomi hanya diam tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan seorang polisi padanya hingga membuat polisi yang bertugas sebagai pemeriksanya berdecak kesal karena Naomi dianggap memperlambat penyelidikan.

"kita sudah 4 jam seperti ini. Jadi saya harap kamu mau mempermudah pekerjaan saya"

"kalau anda lelah ya sudah hentikan pemeriksaan ini, toh bukti yang kalian butuhkan untuk menyeret saya ke pengadilan cukup telak. Apalagi yang kalian tunggu hingga membuat pemeriksaan semudah ini jadi begini lamanya ?"

Polisi itu menggeram kesal. Jika saja dia diperbolehkan memukul wajah perempuan ini mungkin dia sudah melakukannya sejak hari pertama pemeriksaan, namun karena pemeriksaan inj diawasi dengan ketat membuatnya harus menahan mati-matian keinginannya itu.

"ayo lah, kamu mau hanya kamu sendiri yang merasakan kerasnya hidup dipenjara ? Setidaknya bagilah kesengsaraan itu pada teman-teman sekelompokmu atau perlu bosmu" Naomi menggeleng membantah itu semua.

"saya bekerja sendiri. Tanpa bos atau teman sekelompok yang anda bicarakan. Jika ingin memenjarakan ya sudah saya saja tak perlu orang lain seperti yang kalian harapkan"

Brak

Polisi itu meremas wajahnya pertanda kesal bukan main.

"Shinta Naomi, kalau kamu mau berbagi sedikit informasi kepada kami, jaksa tidak akan menghukum kamu terlalu berat. Mungkin mereka akan meringankan masa kurunganmu karena sudah bekerja sama memberantas peredaran narkoba yang kian marak" kata Polisi tersebut mencoba merayu Naomi.

Namun Naomi tetap menggeleng tak tergoda dengan rayuan polisi itu meski yang ditawarkan adalah hal yang mengguntukan baginya, tapi tetap Naomi tak mau. Dia memegang teguh sumpahnya untuk mengorbankan dirinya demi melindungi seluruh anggota keluarganya, jika saja dia mengeluarkan sedikit suara saja itu sudah menjadi kunci polisi-polisi ini untuk menggembangkan kasusnya dan mulai mencari informasi tentang keluarganya, dan dia tak mau itu terjadi.

"saya-tak-memiliki-bos" kata Naomi memberi penekanan disetiap katanya.

"saya juga sudah bilang dari awal bahwa saya bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain" tambah Naomi tegas membuat polisi yang memeriksanya menyerah dan menyuruh bawahannya mengembalikan Naomi ke dalam selnya.

Sementara itu orang-orang yang berada diruang khusus yang memang disediakan untuk memantau pemeriksaan Naomi ikut menggerutu kesal karena tingkah Naomi, pun begitu juga dengan Kinal yang dibuat kelimpungan dengan hasil pemeriksaan Naomi yang tak membuahkan hasil. Ini sudah 2 minggu dia menjalani pemeriksaan tapi tetap saja Naomi tak tergoyahkan untuk membongkar sindikatnya.

"ini gimana ? 2 minggu pemeriksaan dia gak ada kasih informasi sedikitpun buat kita. Bisa disemprot si Tora kita" ujar Dhika frustasi membuat semua orang juga ikutan frustasi.

Kinal menggigit ujung pulpennya sebagai bentuk pengalihan. Dia juga berfikir bagaimana cara membuat Naomi mau membuka mulut tentang kelompoknya, tapi melihat sikap Naomi yang seperti ini membuat otaknya buntu.

"Nal, bujuk adek lo deh buat mancing Naomi buat ngomong"

"iya Nal. Kan mereka berdua pacaran, ya kali adek lo gak tau apa-apa tentang Naomi"

Kinal menatap tajam pada kedua rekannya yang menyarankan untuk menggunakan adiknya buat penyelidikan. Dengan gerakan cepat Kinal langsung mencengkram erat kerah seragam salah satu rekannya.

"jangan libatkan adek gue masalah ini yah ! Gue bunuh lo kalo berani nyentuh dia sedikitpun !" ujar Kinal tajam. Yang diancam mendadak pucat melihat wajah menggerikan Kinal yang tak main-main dengan ucapannya. Mereka tau betapa seriusnya Kinal dengan setiap ancaman yang keluar dari mulutnya, bahkan korban akibat ancamannya pun tak main-main banyaknya termasuk Dhika yang pernah merasakannya.

Veranda Dan NaomiWhere stories live. Discover now