Empat

3.6K 83 7
                                    

Bertemu dengan seorang konglomerat.

Apa yang ada dibayanganmu jika harus kalian yang harus melakukan itu?

Entah kalian sama dengan Arissa atau tidak yang pasti kalau dia yang disuruh melakukannya, bayangan 'repot' langsung terbayang dikepalanya. Dimulai dari ijin bertemu, lalu pencocokan jadwal dan yang paling menyebalkan adalah kesediaan si konglomerat untuk mau bertemu atau tidak. Sama seperti orang pejabat tinggi negara mungkin bahkan lebih, orang dengan embel konglomerat ini biasanya memang sulit ditemui. Kecuali yang orang yang ingin bertemu dengan mereka adalah orang yang sama pentingnya dengan para konglomerat tersebut atau orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengannya.

Jadi sudah taukan bagaimana nasibnya Arissa dan Mario saat mereka ingin bertemu dengan Rajata?

Tidak hanya sulit mendapatkan ijin, keduanya bahkan mendapatkan hal yang paling menyebalkan dari bertemu konglomerat tadi. Rajata tidak bersedia bertemu dengan mereka, pria itu katanya sibuk dan tidak bisa meluangkan waktuuntuk mereka yang tidak membuat janji temu terlebih dahulu. Sebenarnya mereka bisa menggunakan pekerjaan Mario sebagai polisi untuk memaksa bertemu dengan Rajata, namun Mario tidak mau menggunakannya. Ada beberapa alasan yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk menyembunyikan identitas mereka. Namun kegagalan mereka hari itu tidak membuat Arissa dan Mario berhenti berusaha untuk bisa berbicara secara privat dengan pengusaha itu. Mereka sudah berjanji untuk menemukan mama Angelo dan Rajata adalah satu-satunya petunjuk yang mereka punya untuk mencari tahu keberadaan mama anak itu.

Dan disinilah Arissa sekarang, di depan pintu sebuah ballroom hotel menunggu Mario yang katanya sedang berjalana menuju tempatnya.

"Kamu bawa undangannyakan?"

Suara Mario dari seberang membuat Arissa segera membuka tasnya dan memeriksa barang yang dimaksud Mario. "Iya aku sudah bawa kok. Kak Mario dimana?" Tanya Arissa dengan mata yang mengedar untuk mencari keberadaan pria tersebut.

Bukannya mendapatkan jawaban, Mario malah memutuskan sambungan telepon mereka. Membuat Arissa mengumpat karena kesal. Walau Mario sudah memberitahunya kalau dia akan datang terlambat karena harus bertemu Leon dulu, tetap saja Arissa merasa kesal kalau harus menunggu. Apalagi tidak ada orang yang dikenalnya disini, Jadi dia harus menunggu Mario dalam kebosanan.

"Ughhh, jerk. You are not changes at all." Katanya sibuk mengomel pada layar handphonenya. Sampai dia tidak sadar kalau orang yang dia katai sudah berada di belakang tubuhnya.

Puk...puk...

Tepukan dipundaknya, menghentikan omelannya. Arissa berniat melanjutkannya pada orang yang mengganggunya itu. "AP..." Omelan Arissa terhenti saat didapatinya Mario sudah berada dihadapannya, lengkap dengan setelan pestanya.

Untuk sesaat Arissa terpesona dengan penampilan Mario malam ini. Penampilan yang baru kali ini dilihat olehnya. Biasanya Mario hanya menggunakan pakaian biasa saja, bahkan menggunakan dinas kerjanya saja, Arissa bisa menghitung dengan jarinya berapa kali dia melihat Mario menggunakan pakaian resmi pekerjaannya itu.

Senyum Arissa tersungging lebar. Memang Mario tidak serapi pria lain yang ada di pesta itu, tapi entah kenapa Arissa merasa Mario malah lebih menarik dari pria lainnya disana.

"Ada apa? Ada yang salah dengan penampilanku?"

Arissa mengerjap, "Ya? Eh.... enggak, ngga ada yang salah kok." Jawabnya secepat mungkin menguasai dirinya agar Mario tidak menyadari kalau dia tadi sempat terpesona. "Ya udah, masuk yuk." Ajak Arissa segera karena tadi dia melihat kalau Rajata dan istrinya sudah muncul daritadi.

"Apa?" Arissa bertanya karena Mario tidak kunjung beranjak dari posisinya semula.

Mario tidak menjawab. Pria itu malah menoleh pada tangan kanannya, seolah memberi isyarat pada Arissa untuk melakukan sesuatu. Rasanya Arissa dumbfounded, tidak berpikir kalau Mario akan semaksimal itu dalam penyamaran mereka.

Catching Mr Police (MMP II)Where stories live. Discover now