-LIMA-

1.4K 105 2
                                    

"Bunda gak percaya. Dia tetep maksa gue buat nikahin cewek aneh kayak lo," ucap Adam datar.

Elsa yang saat ini berdiri di hadapannya terlihat membulatkan mata. Menatap tajam Adam yang berdiri di hadapannya dengan wajah datar seperti biasa.

"Eh, ini semua gara-gara kamu tau gak. Cuma mau balikin mp3 doang harus dateng ke rumah kamu! Lagian apa sih maksud kamu nyuruh aku dateng kerumah?" tanya Elsa tak santai.

Adam hanya menatap datar dan kemudian bersidekap dada. Menatap Elsa sangat datar dan hal itu semakin membuat Elsa kesal. Dari ekspresi wajahnya, seolah ia tidak memiliki beban dan keputusan Bundanya yang ingin menikahkannya dengan Elsa.

"Ayah lo setuju?" Tanya Elsa. Suara gadis itu terdengar mulai melembut. Adam tak menjawab, hanya menganggukan kepalanya dan menatap rumput dimana ia berpijak saat ini.

Untuk kesekian kalinya Elsa menghela napas. Melangkah dan duduk di atas rumput belakang sekolah tepat di samping kaki Adam. Menunduk dan memikirkan bagaimana jika Raka tau semuanya.

"Aku gak mau nikah, Dam. Lagian kemarin itu juga gak sengaja kan? Terus kita juga masih terlalu muda buat nikah. Dan kita juga baru kenal kemarin. Gimana bisa nikah coba?" ucap Elsa lirih.

Adam mulai bergerak dan kemudian duduk disamping Elsa. Memperhatikan gadis itu yang kini menundukkan kepalanya dan membiarkan wajahnya tertutupi rambut panjangnya yang terurai.

"Gue juga gak mau nikah sama lo. Gue sama sekali ga cinta sama lo dan ga akan pernah cewek aneh," desis Adam.

"Aku juga gak cinta sama kamu. Jangankan cinta, seneng deket kamu aja enggak. Muka kamu tuh terlalu datar kayak aspal," ucap Elsa dengan wajah cemberut. Adam hanya melirik sekilas wajah Elsa dan kembali menatap lurus kedepan.

Elsa hanya menunduk. Merasa kedatangan Adam di kehidupannya membuatnya terjerat beberapa masalah. Dipaksa menikah hanya karena kesalahpahaman. Sang kakak yang semakin over protektive. Dan... entah, Elsa merasa pundaknya semakin berat sejak kedatangan Adam di kehidupannya.

"Kita tetep nikah. Tapi masuk semester dua. Kita pisah."

Elsa merasa jantungnya seperti terhempas setelah mendengar ucapan Adam. Menikah hanya satu semester. Dan itu artinya saat semester dua. Adam akan menceraikan Elsa?

"Kamu tega ngelakuin itu sama aku? Kamu tega aku jadi janda di usia muda? Aku rasa kamu udah gila! Aku gak mau nikah sama kamu. Aku gak cinta sama kamu. Apalagi jadi janda dari kamu. Amit-amit," ucap Elsa kesal.

"Nanti pulang sekolah ikut gue. Bunda mau ketemu. Kalo mau protes, protes aja sama Bunda." ucap Adam.

Laki-laki itu beranjak dari duduknya. Melangkah meninggalkan Elsa yang masih duduk di atas rumput hijau belakang sekolah. Elsa memejamkan matanya. Ingin sekali berteriak saat ini. Merasa sangat lelah dengan sikap kakaknya yang semakin keterlaluan.

-OurDestiny-

Adam membuka beberapa lembar kertas buku sembari menyandarkan tubuhnya pada body motor. Di kedua telinganya kini terpasang earphone berwarna biru tua. Adam melirik sekilas saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Gadis itu sudah datang.

Adam melepaskan earphone-nya dan segera memasukkan kembali buku yang baru ia baca ke dalam tas. Tapi gerakannya terhenti saat Elsa mencekal lengannya.

"Kamu mau nyuruh aku naik motor? Kamu gak liat aku pakai rok?" tanya Elsa sedikit ketus.

Elsa menghentikan langkahnya saat baru saja keluar dari kelas. Bersidekap dada dan tersenyum tipis melihat Elsa yang tengah bersama Adam saat ini. Sasa segera melangkahkan kakinya menuju pintu pagar utama saat melihat mobil orang tuanya sudah terparkir rapi di sana.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang